Bulatkan Tekadmu lalu Tawakallah

Tawakal kepada Alloh [swt]  adalah bersandarnya manusia kepada Tuhannya secara lahir maupun batinnya dalam rangka memperoleh manfaat dan menolak mara bahaya yang akan mengancam dirinya setelah  menjalankan usaha yang ditempuh.

Alloh  [swt]  adalah Dzat tempat bergantung bagi manusia untuk menyandarkan segala urusannya. Dialah yang memerintahkan kepada manusia untuk bertawakal kepada-Nya. Siapa saja yang bertawakal kepada Alloh [swt], niscaya Dia akan mencintainya. Alloh  [swt] berfirman: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron []: 159)

Syaikh as-Sa’di  berkata:“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekadatas suatu perkara yang telah dimusyawarahkanjika perkara tersebut dibutuhkan musyawarah, maka bertawakallah kepada Alloh, yaitu bersandar kepada upaya Alloh dan kekuatan-Nya dan berlepas diri dari kemampuaandan kekuatan dirimu.” (Tafsir as-Sa’di 1/154)

Saudaraku…seorang mukmin dalam mengarungi kehidupannya harus senantiasa mewujudkan sikap tawakal kepada Alloh [swt] Dzat Maha Hidup yang memiliki kesempurnaan dan tiada memiliki cacat lagi kekurangan.

Alloh [swt] berfirman: “Dan bertawakkallah kepada Alloh yang hidup (kekal) yang tidak mati…” (QS. al-Furqon: 58)

Manusia tidak akan mampu menyandarkan daya dan kekuatannya kepada dirinya sendiri. Karena manusia merupakan makhluk yang banyak memiliki kelemahan. Terlebih jika manusia menyandarkan hajat kepada benda-benda keramat, jelas ini lebih tidak masuk akal. Karena benda itu sendiri tidak bisa membela dirinya sendiri pada saat dihancurkan dan dibinasakan, bagaimana dia bisa memberikan pertolongan kepada manusia?

Mukmin sejati adalah seorang mukmin yang senantiasa menyandarkan segala urusannya kepada Alloh [swt] dalam menghadapi problematika kehidupannya. Pada saat menghadapi masalah bisnis yang dikelolanya, ia berusaha memperbagus dan memperbaiki bisnisnya secara profesional, seperti mengelola bisnis dengan cara yang baik dan efektif, perbaikan kualitas komoditi barang daganganya, membuat strategi pemasaran yang jitu dan lain-lain. Setelah itu, ia pasrahkan segala urusan bisnisnya kepada Alloh [swt] Dzat yang Maha Memberi rezeki. Inilah ciri sejati orang yang beriman berbedahalnya dengan pelaku kesyirikan. Ia sandarkan urusan bisnisnya kepada berbagai jimat penglaris dagangan dengan berbagai modelnya seperti ruwatan usaha, susuk penglarisan, sabuk penglarisan, tasbih penglarisan, uang penglarisan, minyak penglarisan, dan lain-lain.

Mukmin sejati adalah seorang mukmin pada saat tertimpa sakit, baik ringan maupun berat, maka ia berusaha secara maksimalmenempuh pengobatan yang diperbolehkan dalam agama. Kemudian ia tambatkan  hatinya kepada Alloh [swt] semata sebagai Dzat yang Maha Menyembuhkan penyakit. Keyakinan dan keteguhannya sangat kuat kepada Alloh [swt] bahwa Dia yang memberi penyakit dan menyembuhkannya, tiada penyembuh kecuali Dia. Apa yang ditakdirkan Alloh [swt] kepadanya semata-mata mengandung kebaikan. Oleh karena itu, tidak ada keinginan sedikit pun ia berobat ke para normal. Disamping alasan utamanya adalah kesyirikan, paranormal adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan. Jika Alloh [swt] menimpakan penyakit kepada paranormal, niscaya tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya meskipun seluruh manusia berkumpul untuk mencegah kehendak-Nya. Jika Alloh [swt] menghendaki para normal itu mati, niscaya ia pun akan mati. Jadi para normal adalah makhluk lemah dan tak berdaya menghadapi kekuasaan Alloh [swt].

Saudaraku…siapa saja yang bertawakal kepada Alloh [swt], niscaya Dia akan mencukupi keperluannya. Alloh [swt] Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang akan menolongnya dan tidak akan membiarkannya begitu saja.

Alloh  berfirman: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. ath-Tholaq []: 3)

Ingatlah kisah perjuangan Nabi Ibrahim [alayhis] dalam menegakkan tauhid dan melenyapkan kesyirikan yang mengakar di masyarakatnya. Nabi Ibrahim [alayhis] menyeru kepada mereka agar menyembah Alloh [swt] semata dan meninggalkan peribadahan berhala. Namun mereka tidak menyambut ajakan Nabi Ibrahim [alayhis] bahkan mereka membakarnya di kobaran api yang menyala-nyala. Dalam keadaan demikian, dia menyandarkan harapan hanya kepada Alloh [swt]. Ia pun pasrah atas apa yang diperbuat oleh kaumnya kepadanya. Ia memiliki kekuatan dan keteguhan keimanan yang mantap bahwa Alloh [swt] adalah satu-satunya Dzat yang akan menolongnya. Alloh [swt] satu-satunya Dzat tempat bersandar dan bergantung. Alloh [swt] adalah satu-satunya Dzat yang akan melindungi dan menyelamatkan dirinya. Sikap tawakal Nabi Ibrahim [alayhis]  membuahkan sesuatu yang sangat luar biasa. Api yang panas dijadikan dingin oleh Alloh . Akhirnya beliau pun selamat dari jilatan api yang berkobar menyala-nyala.

Alloh [swt] berfirman: Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (QS. al-Anbiya’ : 69)

Ingatlah kisah para sahabat ketika mereka mengalami kekakalahan pada perang Uhud. Mereka ditimpa luka, krisis, dan banyak yang meninggal pada peperangan tersebut. Dalam kondisi demikian lalu dikatakan kepada mereka bahwa Abu Sufyan hendak menyerang mereka dengan membawa banyak pasukan. Namun, justru kabar tersebut menambah keimanan mereka kepada Alloh [swt] semakin kokoh. Mereka sangat yakin akan ditolong dan dilindungi oleh Alloh [swt]. Sungguh keimanan yang luar biasa. Sungguh keyakinan yang sangat menakjubkan akan ketergantungan hati mereka kepada Alloh [swt] semata. Inilah gambaran tawakal yang sebenarnya; menyandarkan kepada Alloh [swt] dalam rangka menolak bahaya yang akan ditumbulkan oleh serangan musuh.

Alloh [swt] berfirman: “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Alloh menjadi penolong Kami dan Alloh adalah Sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali Imran : 173)

Mudah-mudahan dari dua kisah teladan tersebut, menjadikan kita semakin memiliki sikap tawakal yang tinggi kepada Alloh  dalam menghadapi seluruh problematika kehidupan kita. Wallohu a’lam.

(Red-HASMI)

Check Also

Obat Mujarab Penyakit Galau

Zaman sekarang pemuda pemudi pasti tidak asing lagi dengan istilah “galau”, satu kata pendek yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot