Secara etimologi peradaban berasal dari bahasa arab dengan asal kata adab. Adab berarti jamuan makan, dalam hal konteks ini wahyu Ilahi yaitu al-Qur’an dan hadist sebagai jamuan makan rohani umat manusia.
Para ulama terdahulu mendefinisikan adab sebagai ilmu. Jadi manusia yang beradab adalah manusia yang mengetahui tujuan penciptaannya sebagai makhluk, ia hanya takut dan mengagunggung Alloh [swt] semata serta menjunjung tinggi hak-hak Alloh-Nya diatas segala-galanya.
Adapun masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang secara kolektif tunduk atas aturan-aturan Alloh [swt]. Aturan-aturan dan perintah Alloh [swt] yang mengatur setiap gerak setiap individu masyarakat, pemimpin Negara, dan menghiasai berbagai gerak institusi negara, dalam suatu bangunan peradaban yang manusiawi.
Atas dasar inilah sejak Rosululloh [saw] diutus ke muka bumi ini, dakwah yang paling urgen dalam membentuk peradaban Islam adalah dakwah tauhid.
Sejarah sudah membuktikan, jika suatu umat tidak tunduk kepada aturan Alloh [swt], maka sekuat apaapun peradabannya ia tidak akan langgeng di atas muka bumi ini. Alloh [swt] berfirman yang artinya :
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS.al-An’am [6]: 6)
Peradaban Islam adalah peradaban yang sempurna berlandaskan pada agama Islam yang berasal dari wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad [saw].
Peradaban islam memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh peradaban lain, diantaranya adalah :
- Robbaniyah (bersumber dari wahyu Ilahi)
- Wahdaniyah (mengesakan Alloh [swt])
- Universal (mendunia)
- Syumuliyah (sempurna dan paripurna)
Bukti esensi kesempurnaan peradaban Islam dapat dilihat dari pokok dasar ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, di antaranya Islam menekankan kepada empat bagian yaitu; iman, ilmu, amal, dan dakwah. Keempat bagian ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu-sama lain.
Berilmu dalam Islam adalah kewajiban pertama sebelum kewajiban beramal saleh. Ilmu tanpa amal sangat tercela dalam Islam dan amal tanpa ilmu akan tersesat. Sedangkan iman adalah pondasi dasar sebelum segala sesuatu. Tanpa iman amal tidak akan diterima dan ilmu tidak bermanfaat. Begitu juga dakwah menjadi tonggak utama dalam peradaban Islam. Dengan dakwah peradaban Islam menjadi gemilang.
Alloh [swt] jadikan umat Muhammad sebagai umat terbaik yang mengemban dan mendakwahkan risalah terakhir kepada seluruh manusia dan bahkan seluruh bangsa jin tanpa terkecuali. Sebagaimana Alloh [swt] berfirman : “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imron [3]:110)
Atas dasar iman, ilmu, amal dan dakwah ini setiap individu masyarakat akan menjadi sosok-sosok pembangun dalam membangun peradaban Islam yang manfaatnya pasti tercermin secara institusional yang kokoh, baik dalam bentuk organisasi sosial, lembaga pendidikan, bahkan Negara. Sebaliknya, organisasi sosial, lembaga pendidikan dan Negara yang dibentuk oleh individu-individu Muslim yang tidak memenuhi empat bagian ini bagi pembentukan peradaban Islam hanya akan menjadi simbol-simbol dan wadah-wadah yang tidak mencerminkan wajah peradaban Islam bahkan mungkin malah merusaknya. Adapun tentang peradaban Barat sangat bertentangan dengan peradaban Islam, dan anggapan dalam benak sebagian ummat Islam bahwa kebudayaan Barat lebih unggul dibanding peradaban Islam. sehingga mereka menganggap Islam perlu belajar dari Barat dalam segala hal, bahkan termasuk dalam memahami Islam. Ini adalah anggapan yang harus dibenarkan.
Perlu diketahui bahwa kepesatan perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi Barat tidak berangkat dari ajaran agama dan wahyu Ilahi. Ia adalah kebudayaan yang berasaskan pandangan hidup sekuler. Pengaruh gelombang kebudayaan Barat melalui kolonialisme dan imperialisme telah membawa dampak yang cukup serius terhadap negara-negara dunia ketiga yang terjajah. Pandangan hidupnya yang sekuler merubah atau sekurang-kurangnya mengacaukan pandangan hidup masyarakat yang menjadi obyek westernisasi.
Bila kita melihat sejarah peradaban manusia, peradaban Islam pernah berjaya ratusan tahun, Islam mampu mengepakkan sayapnya ke berbagai pusat kebudayaan dunia pada masa itu. Sedangkan di zaman sekarang ini ummat Islam tidak memiliki kekuatan seperti di zaman kejayaan ketika itu. walaupun demikian ummat Islam optimis Islam akan kembali jaya sebagaimana kejayaan yang pernah dirasakan.Mengapa ummat Islam di zaman sekarang ini tidak mempunyai kekuatan itu lagi? Untuk menjawab pertanyaan ini Setidaknya ada dua jawaban yaitu:
1. Masalah internal yaitu lemahnya Ilmu tentang Islam dan lemahnya pergerakan dakwah baik secara lisan maupun perbuatan.
Ketika penyebaran ilmu dan dakwah melemah maka akibatnya dalam pemerintahan adalah rendahnya kualitas pemimpin dan kondisi politik Islam dan lemahnya penguasaan ummat Islam terhadap konsep-konsep sentral dan fundamental yang digali dari dalam ajaran dan pandangan hidup Islam.
2. Masalah eksternal yaitu pemikiran Barat yang merangsek masuk ke dalam dan merusak pemikiran ummat Islam melalui berbagai media dan cara.
Pemikiran-pemikiran liberal, sekuler, plural dan berbagai nama lainnya yang berasal dari barat telah merasuki kepala umat Islam. Dalam sejarah kemanusian pemikiran-pemikiran ini merupakan salah satu problem terbesar yang melanda umat manusia. Ia ibarat syndrom ganas yang merambah dan merusak berbagai peradaban. Bahkan jantung peradaban Islam di Eropa yang telah lama meniti kemunian Islam lumpuh digerogoti faham ini. Perang pemikiran ini adalah makar dan strategi perang kaum kuffar untuk memadamkan cahaya Alloh . Dalam bidang pendidikan, misalnya, konsep pendidikan sekuler yang dibawa bersama dengan proses penjajahan membawa serta penyebaran prinsip-prinsip ilmu, filsafat dan pandangan hidup Barat, tradisi-tradisi kebudayaan sekuler disebarkan melalui medium hiburan, nilai-nilai modernisme dengan konsep liberalismenya dibawa bersama dengan konsep pasar bebas, teknologi informasi dan pemikiran filsafat. Kini jelaslah bahwa berbeda dari kondisi ummat dizaman kejayaan, dizaman ini kondisi ummat Islam sangat lemah, khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan penyebaran dakwah. Dalam kondisi yang lemah inilah arus pemikiran Barat telah masuk kedalam pemikiran ummat Islam melalui berbagai bidang kehidupan dan keilmuan, sehingga konsep-konsep mereka merembes kedalam pemikiran ummat Islam tanpa proses adaptasi secara konseptual. Akibatnya, konsep-konsep Islam dan Barat difahami secara tumpang tindih (overlapp) dalam skala luas.
Setidaknya ada dua usaha yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan ummat yaitu :
1. Membangun
Membangun dalam arti membina ummat dengan hal-hal yang baik seperti; membangun lembaga-lembaga pendidikan islami, membentuk halaqoh pengajian, memahamkan akidah, mempelajari dan mendakwahkan manhaj ahlussunnah wal jama’ah
2. Mempertahankan
Sedangkan usaha mempertahankan adalah upaya kita untuk mempertahankan Islam dari serangan faham-faham yang merusak seperti sekulerisme, liberalism dan dan pluralisme.
(Red-HASMI)