Rosululloh [saw] bersabda:
“Kalau kau tidak merasa malu maka kerjakan apapun sekehendak hatimu” (HR. Ahmad)
Rasa malu memang menjadi sikap yang harus di pupuk dalam diri kita. Sikap yang satu ini menjadi sesuatu yang sangat langka dan unik dan Alloh akan berikan kepada hamba-hamba-Nya yang di rahmati. Apa jadinya jika manusia sudah kehilangan rasa malu dan harga dirinya? Pantaskah kalau kemudian kita mengaku sebagai manusia beradab? Ketika rasa malu itu telah hilang dan lenyap, kita tak beda dengan manusia barbar yang hidup di zaman batu.
Beberapa tahun terakhir ini rasa jengah dan risih seringkali menye-limuti diri kita, dimana kita menjumpai realitas remaja remaja putri ABG yang notabene kebanyakan Muslimah mengenakan celana yang nama trendnya short pants (celana pendek) dengan berbagai ragam dan model. Mulai dari yang selutut sampai diatas lutut bahkan diatas batas paha atas. Modelnya enggak Cuma one girls, ada yang baggy atau lurus dengan motif polos, stripes atau polkadot dan masih banyak yang lain. Tanpa rasa malu sedikitpun, mereka cuek bebek berseliweran di jalan-jalan umum serta tempat keramaian seperti mall dan pusat pusat belanja dan perdagangan. Lebih parah lagi, celana pendek melewati dengkul itu dikenakan di tempat pesta pernikahan, bahkan acara-acara resmi lain. Ya Robbii…!!. Kalau dipikir-pikir, kemana rasa malunya itu? Sudah pudar atau sudah putus urat malunya? Atau sudah lenyap sama sekali?
Dulu masyarakat kita mencitrakan celana pendek sebagai busananya kaum pelacur dan wanita binal lainnya yang kerap nongkrong dan di lokalisasi prostitusi, rumah bordil dan club-club dugem.Yang juga kita tidak habis pikir kemana saja selama ini orang tua mereka, ayah ibu mereka, apa sudah buta mata hatinya melihat putri-putri tercinta mereka yang merupakan amanah Alloh yang harus diper-tanggungjawabkan dibiarkan berpakaian seronok bak pelacur binal. Berbarengan dengan short pants, muncul lagi trend celana yang terbuat dari bahan stretch. Celana ketat ini dianggap nyaman dipakai dan bisa membentuk lekuk tubuh.
Kini, ketika model dan gaya itu menjadi trend, para ABG sepertinya tidak peduli dengan pencitraan itu. Mereka memang bukan pelacur, tapi mereka meniru-niru gaya bak pelacur. Terkadang terbetik oleh kita, jika trend ini dipelihara terus, bukan tidak mungkin, lama-lama kaum perempuan tidak malu lagi ketika mengenakan celana dalam di tempat keramaian sekalipun, atas nama demam model dan trendy, “astagfirulloh al-Adzim”, kalau sudah begitu, inilah tanda-tanda kiamat bakal semakin dekat.
Para musuh Islam sangat berkepentingan terhadap penyelewengan kaum Muslimah. Pasalnya, mereka mengetahui benar posisi strategis seorang wanita muslimah dalam pembinaan dan pembentukan generasi Islam yang kuat. Melalui corong-corong (media massa) yang ada di negeri-negeri Muslim, para musuh Islam itu melontarkan slogan-slogan yang bombastis, dalam rangka mengenyahkan kaum muslimah dari kesucian, benteng kehormatan dan peran penting pembinaan umat. Dengan mengatas namakan tahrîrulmar‘ah (kebebasan bagi kaum Hawa), arraghbah filistifâdah min thâqatil mar‘ah (pemberdayaan kaum wanita), inshâfulmar‘ah (keadilan bagi kaum wanita/emansipasi) dan slogan-slogan yang berdalih modernisasi, para musuh Islam dan antek-anteknya mencoba memperdaya kaum Muslimah.
Slogan-slogan dan propaganda-propaganda ini diarahkan kepada satu tujuan. Yakni menyeret kaum wanita Islam keluar dari manhaj syar’i, dan menyodorkannya kepada ancaman eksploitasi aurat, kenistaan, kehinaan dan fitnah. Sebagian dari kalangan muslimah ada yang bertekuk lutut menghadapi propaganda yang tampaknya baik, yakni untuk mengentaskannya dari “penderitaan”. Demikian yang diper-sepsikan oleh kaum propagandis, baik dari kalangan sekularis maupun liberalis.
Fenomena para ABG diatas tentu tidak lepas dari sebuah konspirasi besar musuh-musuh Islam, lewat tangan-tangan perancang fashion yang kebanyakan non Muslim dan didominasi oleh kaumnya Nabi Luth : gay, waria dan lesbian ini, membuat rancangan busana casual yang dianggapnya lebih praktis dan modis. Seperti diungkapkan seorang owner Colour Mode, Anggi, di sebuah Mall di Jakarta, short pant sangat digemari oleh remaja putri, bukan sekedar mengikuti trend. Dengan menggunakan bawahan jenis ini penampilan wanita lebih feminim karena lebih menonjolkan kaki jenjang yang indah. Short pants, lanjutnya, juga bisa dikenakan untuk ke pesta atau clubbing.
Beberapa perancang menyatakan ”Kebanyakan blus wanita di matchkan dengan celana pendek atau short pants dengan warna-warna ceria. Biasanya wanita kalau sedang JJS (Jalan-jalan Sore) menggunakan celana jeans panjang atau jeans gantung. Sekarang tidak musim lagi, yang musim celana pendek diatas lutut,” tukas praktisi fashion itu menjelaskan.
Masih menukil pernyataan sebagian perancang bahwa dengan memberikan beberapa trik kepada remaja, agar terlihat matching di pandang: “Untuk mempercantik sentuhan celana ini, pilih modelnya yang bottom up alias terlihat mengangkat pantat anda. Karena apa? Karena celana ini didesain untuk memunculkan efek seksi dan glamour di saat orang melihatnya terutama dari bagian belakang tubuh anda. Ya, seperti itulah peran andil para perancang mode yang menularkan virus-virus menghinakan kepada remaja putri Muslimah dengan fashion-fashion merusak “nakal” dan memperkenalkan hal-hal yang beraroma exploitative dan glamour. Ketika brand-brand (merk) terkenal seperti Louis Viuton, Gucci dan Bonia ditawarkan, dengan mudahnya perempuan Indonesia tergiur untuk memilikinya.
Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon saat diserang oleh Israel dalam perang tahun 2006 lalu.
Tulisan Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang Muslimah, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam. Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslimah dalam tulisannya bertajuk “Kepada Saudariku Para Muslimah“, “ditengah serangan Israel ke Libanon dan “perang melawan teror” yang dipropagandakan Zionis, dunia Islam kini menjadi pusat perhatian di setiap rumah di AS.
Aku menyaksikan pembantaian, kematian dan kehancuran yang menimpa rakyat Libanon, tapi aku juga melihat sesuatu yang lain; aku melihat kalian (para Muslimah). Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa bayi atau anak-anak yang mengelilingi mereka. Aku menyaksikan bahwa meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata. Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku; aku merasa iri. Aku merasa gundah melihat kengerian dan kejahatan perang yang dialami rakyat Libanon, mereka menjadi target musuh bersama kita. Tapi aku tidak bisa memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang paling penting kebahagian yang tetap terpancar dari wajah kalian.
Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, bahkan di tengah serangan bom yang terus menerus, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari kami (perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang alamiah sebagai perempuan.
Di Barat, kaum perempuan juga menjalami kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral. Apa yang kalian lihat dan keluar dari Hollywood adalah sebuah paket kebohongan dan penyimpangan realitas. Hollywood menampilkan seks bebas sebagai sebuah bentuk rekreasi yang tidak berbahaya karena tujuan mereka sebenarnya adalah menghancurkan nilai-nilai moral di masyarakat melalui program-program beracun mereka.
Aku mohon kalian untuk tidak minum racun mereka. Mereka akan menggoda kalian dengan film, musik dan video yang merangsang, memberi gambaran palsu bahwa kaum perempuan di AS senang, puas dan bangga berpakaian seperti pelacur serta nyaman hidup tanpa keluarga. Percayalah, sebagian besar dari kami tidak bahagia….”. [Joana Francis]
Kecenderungan ABG zaman sekarang adalah menelan mentah-mentah, bahwa yang sesuatu yang dianggap mode dan trend itu pasti dianggap indah, gaul dan fungky. Sekalipun trend itu berenturan dengan Islam dan nilai-nilai asusila alias kesopanan yang berlaku di masyarakat kita sebagai orang timur. Pokoknya sesuatu yang datang dari barat (West), dengan lugunya kita membebek, terpesona dan member jempol. Pantas, jika kita selalu menjadi korban mode yang dihembus-hembuskan sebagai trend masa kini. Yang nggak ikut trend dianggap makhluk jadul alias manusia jaman dulu. Alloh menjelaskan, makhluk yang tak punya rasa malu tak ubahnya binatang ternak, bahkan lebih buruk dari binatang ternak. Bahasa sederhananya. Maukah kita disebut ayam, kambing, monyet, dan binatang lainnya. Tentu tidak mau bukan??? Benar kata Rosululloh , rasa malu itu sebagian dari iman. Bahkan Rosululloh mewanti-wanti, agar kita waspada, kelak di akhir zaman, manusia tidak lagi peduli halal-haram.
Nah, apa jadinya jika manusia sudah kehilangan rasa malu dan harga dirinya? Tidak ada cara yang paling efektif dan efesien yang dilakukan musuh-musuh Islam, selain menghilangkan perasaan malu yang dimiliki kaum muslimahnya. Lewat mode (fashion) itulah dinul Islam muslimah dipalingkan.
Ingatlah pesan Rosululloh tentang dua golongan penghuni neraka yakni: wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka melenggak-lenggok-kan tubuhnya dan kepalanya bagaikan punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk Surga, tidak pula mencium baunya, meskipun surga itu bisa tercium dari jarak sekian-sekian. (HR. Muslim)
(Red-HASMI/Habibulloh Lc)