Banda Aceh – Dewan ulama Aceh meminta kepolisian untuk mengusut dan menangkap penyebar aliran sesat “Millata Abraham” di kawasan Peusangan Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
“Saya berharap pimpinan atau penyebar aliran sesat itu ditangkap dan diberi hukuman yang berat dan polisi harus mengusutnya secara cepat serta tuntas,” kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Selasa [12/10].
Hal itu disampaikan menanggapi penyebaran aliran sesat “Millata Abraham” dan ditemukan belasan warga Bireuen yang terindikasi terpengaruh oleh aliran sesat tersebut.
Faisal Ali meminta pihak kepolisian melakukan tindakan pengembangan kasus tersebut ke seluruh Aceh, karena aliran sesat tersebut berkemungkinan tidak hanya di Bireuen.
“Hal itu penting dilakukan sebagai antisipasi jangan sampai aliran sesat seperti itu atau dalam bentuk lainnya juga ada di daerah lain, khususnya di Aceh. Kami juga mengimbau masyarakat tidak memberi ruang bagi berkembangnya aliran sesat di daerah mereka,” kata dia. Faisal Ali yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Aceh warga tidak melakukan tindakan anarkis terhadap oknum masyarakat yang terpengaruh aliran sesat. “Kalau ada warga yang terpengaruh maka serahkan kepada ulama untuk pembinaan kembali atau kepada polisi sebagai penegak hukum. Jangan sampai bertindak anarkis,” katanya menambahkan.
Bagi warga yang telah terpengaruh aliran sesat itu perlu dibina kembali oleh berbagai pihak, terutama pemerintah daerah. “Saya juga mengimbau agar tidak menjadikan sentimen pribadi atau kelompok dengan menuduh orang terlibat aliran sesat, serahkan kepada ulama atau tokoh masyarakat,” katanya menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU/MUI) Bireuen Tgk Jamaluddin mengindikasikan dalam ajaran komunitas “Millata Abraham” itu mengklaim Nabi Ibrahim sebagai sosok yang paling hanif (lurus) dibandingkan nabi-nabi lain.
Selain itu, bagi yang telah menjadi anggota komunitas “Millah Abraham”, maka namanya akan diganti dengan yang lain, misalnya Safwaliza diubah jadi Luqas Muhayyatsyah, M Afdal menjadi Yoshua, Hajarul Mirza jadi Esau, Junaidi jadi Zera Almahdi, dan M Ikhwan menjadi Moses. Komunitas itu diduga berhubungan dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiah yang mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran agama lain. (Redaksi HASMI/MUI)