Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehi

Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehi

Hampir setiap tahun dunia ini di penuhi dengan hingar–bingar pera-yaan tahun baru masehi.  Semarak memang acara di malam tersebut di-penuhi dengan gemebyar pesta petasan dan kembang api . Begitu juga gegap gempita dunia yang dipenuhi dengan pesta pora diringi sorak sorai  suara terompet dan wanita ditengah malam hari. Namun  perayaan tahun baru adalah budaya jahiliyyah yang mendunia dizaman ini. Dialah ritual tahunan yang lahir dari masyarakat non Islami. Yaitu masyarakat jahiliyyah yang jauh dari hidayah dan menyimpang dari fitroh dan ajaran Islam yang murni.

Sejarah Munculnya Perayaaan Tahun Baru Masehi

Kalau kita runut  dari berbagai sumber, munculnya tradisi  perayaan tahun baru masehi muncul dari peradaban romawi yang notabenenya beraqidah paganisme (penyembah berhala) dan Zoroastirianisme (penyem-bah dewa). Pada mulanya bangsa romawi kuno memiliki sistem penang-galan tersediri sebelum diganti dengan penganggalan masehi. Peletak dasar penanggalan masehi adalah Julius Caesar pada tahun 45 SM. Oleh karena itu sistem penanggalan masehi disebut juga dengan penanggalan Julian yang didasarkan pada perhitungan peredaran matahari. Awal penanggalan masehi di mulai dari bulan Januari yang berasal dari nama dewa bermuka dua (dewa Janus) yang diyakini sebagai penjaga pintu gerbang Olympus. Kemudian setelah Kristen menjadi agama resmi di kekaisaran Romawi kuno (312 M) sistem penanggalannya pun mengekor pada penanggalan Julian, namun mereka jadikan tahun 1 Masehi sebagai tahun kelahiran tuhan mereka, Yesus Kristus. Begitu juga dengan bangsa Yahudi, setelah Yerusalem di kuasai romawi (63 SM) sistem penanggalan yahudi berganti dengan penanggalan masehi . Setelah berjalannya waktu munculah tradisi “Sylvester Night” dengan berpesta pora pada malam 31 Desember hingga 1 Januari. Tradisi ini akhirnya diperingati hingga zaman ini.

Perayaan Tahun Baru Adalah Bentuk Fenomena Keterpurukan Rohani/Fitroh Umat Manusia

Dibalik gegap gempita perayaan tahun baru ternyata tersimpan segudang keterpurukan rohani yang begitu dahsyat. Manusia seolah lupa dengan tujuan hidup yang sejatinya. Sungguh berbagai penyimpangan fitroh berkumpul menjadi satu di malam tahun baru. Bagaimana tidak menyimpang dari fitroh, ketika jutaan manusia melaksanakan berbagai kemungkaran dengan dalih pergantian tahun baru.  Semua  hal tersebut dilakukan dengan kolektif dan ditempat umum. Seolah penyimpangan fitroh tersebut bukanlah kejahatan publik lantaran mendapatkan legalitas dari masyarakat dunia yang di dominasi sistem jahiliyyah yang terorganisasi rapi.

Menarik  sekali apa yang dikatakan Sayyid Qutb dalam muqodimah kitab beliau ”Fi Dzilalil Qur’an[1]” ketika menyifati masyarakat yang tenggelam dalam kejahiliyyahan. “Dan aku telah hidup  di dalam naungan Qur’an. Aku melihat dari tempat yang sangat tinggi ke pada gelombang dahsyat kejahiliyyahan yang membahana dan berkecamuk di atas muka bumi ini. Begitu juga aku lihat  betapa kecil dan kerdilnya perhatian para penduduknya terhadapnya. Dalam naungan al-Qur’an aku melihat dengan keterheranan kepada para  pemuja-pemuja jahiliyah itu berbangga-bangga dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, yaitu ilmu pengetahuan yang sebenarnya  kekanak-kanakan, kefahaman dan pemikiran yang kanak-kanak, serta minat dan cita-cita yang kanak-kanak pula. Pandanganku tersebut  sama seperti pandangan seorang dewasa kepada mainan kanak-kanak. Sungguh aku terheran. Ya, terheran apa sebenarnya yang ada dalam benak mereka? Kenapa mereka tenggelam dalam lumpur kotor keterpurukan dan enggan mendengarkan dan menyambut seruan yang maha  tinggi, yaitu seruan Alloh [swt] yang menjadikan luhur dan memberkati kehidupan dan umur mereka?”

Ungkapan tersebut mirip sekali kita saksikan hari ini. Sungguh keterpurukan rohani yang besar sekali kita lihat manusia di malam tahun baru. Mereka berhura-hura, berpesta pora dan bermaksiat   sambil tertawa ria  namun tidak mengetahui apa tujuannya. Mirip sekali perbuatan mereka seperti anak-anak  kecil yang  sedang bermain di dalam hidup ini.  Lebih terpuruk lagi jika tradisi jahiliyyah tersebut di rayakan oleh umat Islam bahkan di Negara yang mayoritas kaum Muslimin. Tentunya ini merupakan keterpurukan rohani yang menjadi biang keladi berbagai musibah (keterpurukan duniawi) di negeri ini.

Perayaan Tahun Baru Bentuk Penyimpangan Sirotulmustaqim

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya “Iqtidho’ Sirotulmustaqim Mukholafah Ashabul Jahim.” Beliau berkata;

إن الصراط المستقيم هو أمور باطنة في القلب؛ من اعتقادات، وإرادات وغير ذلك، وأمور ظاهرة؛ من أقوال، وأفعال، قد تكون عبادات، وقد تكون أيضاً عادات في الطعام، واللباس، والنكاح، والمسكن والاجتماع، والافتراق، والسفر، والركوب، وغير ذلك

“Sesungguhnya Sirotulmustaqim adalah perkara-perkara batin di dalam hati dari keyakinan-keyakinan dan berbagai keinginan dan lainnya. Begitu juga menyangkut perkara dzohir dari perkataan dan perbuatan. Terkadang bisa berupa peribadatan dan terkadang pula bisa berupa kebiasaan dalam tata cara makan, berpakaian, pernikahan, tempat tinggal dan budaya masyarakat, acara perpisahan, bepergian serta rekreasi dan lain-lain.”

Dilihat dari sejarahnya peringatan tahun baru masehi berasal dari kaum kuffar. Didalam Islam tidak ada perayaan kecuali perayaan dua hari raya yaitu idul fitri dan idul adha. Jadi tradisi perayaan tahun baru baik berupa pemberian ucapan, begadang tengah malam, konvoi, pesta kembang api dan petasan serta terompet sangat jauh dari sirotulmustaqim. Dialah jalan golongan “al-Magdhubi ‘Alaihim (orang-orang yang di benci)” yaitu golongan Yahudi dan jalan “‘Adh-dhollin (orang yang tersesat)” yaitu orang Nasrani[2]. Lebih dari itu perayaan tahun baru masehi adalah bentuk tasyabbuh dengan kaum kuffar yang hukumnya adalah haram. Dimana Rasulullah [saw] bersabda;

 من تشبه بقوم فهو منهم

“Barangsiapa meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk golongannya.”(HR.Abu Dawud no.4031)

Perayaan Tahun Baru Masehi Tradisi Suram Penguburan Sejarah Islam

Ketika pasukan Islam telah meluluh lantakkan peradaban Persia dan Romawi, maka Kholifah Umar [ranhu] membuat sistem penanggalan Islam dengan penanggalan hijriah berdasarkan perhitungan peredaran bulan.  Dan kalau kita renungkan hal ini selaras dengan firman Alloh [swt].

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.”  (QS .al-Baqoroh [2]: 189)

Didalam ayat tersebut Alloh [swt] mengisyaratkan bahwa perhitungan penanggalan dalam Islam  dengan peredaran bulan. Kemudian Umar [ranhu] menjadikan tonggak sejarah awal kebangkitan Islam yaitu peristiwa hijrahnya nabi [saw] sebagai tahun pertama dalam tahun hijriah. Subhanaloh, kalau kita cermati ini merupakan kejeniusan kholifah Umar [ranhu] yang luar biasa. Namun demikian beliau sama sekali tidak memerintahkan kaum Muslimin untuk memperingati tahun baru hijriah.

Setelah umat ini meninggalkan kemurnian. Mereka mulai membebek pada tradisi orang kufar. Bahkan ketika hegemoni Yahudi dan Nasroni menguasai dunia tradisi itu membudaya di kalangan kaum Muslimin. Allohu musta’an…

Akhirnya sistem penanggalan hijriah mulai luntur dikalangan kaum Muslimin berganti dengan penanggalan masehi. Akibatnya terkubur pula jejak-jejak sejarah Islam. Padahal tidak mungkin syiar-syiar Islam yang murni akan bangkit kecuali dengan menghidupkan kembali penanggalan hijriah dalam kehudupan kaum Muslimin. Semoga kita bisa menghidupkan kembali sunnah mulia yang kini redup di telan peradaban tirani tersebut. Pada hakikatnya menghidupkan penaggalan masehi adalah menghidupkan syiar-syiar jahiliyyah dan mengubur sejarah emas kejayaan Islam.

Ingat..!!! Kita Adalah Umat Terbaik

Suatu hari Rasulullah [saw] pernah memberitakan pada para Sahabat;

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ

“Sungguh engkau sekalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak engkaupun akan mengikutinya. Kita (para Sahabat) bertanya; Wahai Rasulullah [saw], apakah mereka kaum Yahudi dan Nasroni? Beliau menjawab, siapa lagi kalau bukan mereka.”  (HR. Muslim no. 6952)

Apa yang di kabarkan beliau sungguh benar dan telah terjadi. Perayaan tahun baru adalah bukti konkret dari pengekoran umat ini pada budaya kaum kufar Yahudi dan Nasrani. Sangat tidak pantas bagi kaum Muslimin mengikuti budaya mereka yang menyimpang dari fitroh. Kita harus selalu ingat bahwa kita umat terbaik yang di anugrahkan bagi alam ini. Ya, umat terbaik hingga akhir zaman. Tiada yang lain. Percayalah…



[1] Diterjemahkan bebas dari muqodimah kitab “Fi Dzilalil Qur’an”, Sayyid Qutub,2008. Daarul asy -Syuruuq, Mesir. Juz 1

[2] Lihat al-Mishbah al-Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir, I’dad jama’ah minal ulama bi isyrof syaik Sofiyyurohman al-Mubarokfuri, Darus Salam li nasyri watauzi’, 2000, Riyadh, hal 26.

Check Also

Melihat Masa Depan Melalui Telapak Tangan, MUNGKINKAH…??

Melihat Masa Depan Melalui Telapak Tangan, MUNGKINKAH…?? Hari ini tak sulit untuk kita dapatkan orang-orang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot