“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”(QS. Luqman [31]: 6).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan ber-hubungan dengan Nadar bin Haris. Ia membeli seorang hamba wanita yang bekerja sebagai penyanyi. Ia menyuruh wanita itu bernyanyi untuk orang yang hendak masuk Islam. Ia berkata kepadanya: “Berilah ia makanan, minuman dan nyanyian”. Kemudian ia berkata kepada orang yang akan masuk Islam itu: “Ini adalah lebih baik dari yang diserukan Muhammad kepadamu, yaitu sholat, puasa dan berperang membantunya”.
Tidak salah rasanya jika kita memuat “Duta-Duta Setan Berparas Cantik” sebagai judul artikel kali ini, karena sebagaimana yang dituturkan Ibnu ‘Abbas mengenai sebab diturunkannya surat Luqman ayat ke-6 di atas, kita semakin tahu dan yakin, bahwa di antara manusia itu ternyata ada yang tidak mengindahkan perkataan-perkataan bermanfaat yang sejatinya dapat meng-upgrade keyakinan mereka kepada agama dan memperbaiki budi pekertinya. Mereka lebih enjoy mengatakan perkataan-perkataan yang tidak ada manfaatnya, dan mereka dengan suka rela menyampai-kan khurofat-khurofat, dongengan-dongengan orang purbakala, lelucon-lelucon yang tidak ada artinya, seperti yang dilakukan Nadar bin Haris demi menghalangi manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka layaknya duta-duta setan yang mendapat amanah untuk menghalau manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik disadari ataupun tidak.
Nah, dari sinilah kita melihat, bahwa ternyata di antara manusia yang dengan sukarela mau menjadi bagian duta-duta setan itu datang dari para wanita beraparas cantik yang seringkali muncul di media massa sebagai icon dari bangsa tertentu. Ya, merekalah yang secara lokal kita kenal dengan Ratu Kecantikan atau secara global diju-luki dengan Miss Universe.
Kita tidak akan terlalu jauh untuk membahas tentang sejarah atau tek tek bengek apapun yang berkaitan dengan para wanita yang kecantikannya sering diibaratkan oleh penggemarnya bak bidadari ini. Yang kita coba uraikan di sini, walau secara singkat adalah tentang sepak terjang mereka yang sering digembar-gemborkan tanpa bukti namun sekaligus diyakini dapat mengharumkan suatu bangsa, yang padahal, tanpa disadari mereka telah menjadi duta setan di dalam misinya menghalau manusia dari jalan kebenaran.
Di dalam tujuan, sekaligus sepak terjangnya, secara langsung sebenar-nya para wanita ini bertugas menjadi duta pariwisata, budaya dan sosial di dalam negerinya tersebut. Sampai di sini mungkin banyak yang memper-tanyakan, “Apanya yang salah, toh justru baik dengan dia menjadi duta-duta tersebut… sehingga pariwisata, budaya dan sosial bangsa ini menjadi lebih terkenal dan baik di mata internasional…???”
Begitulah memang jika suatu pemahaman hanya ditimbang oleh hawa nafsu belaka dan akal yang sempit, tanpa mau memandang lebih jauh, terutama terhadap penodaan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala yang hanya akan menimbulkan bencana sehingga merugikan kita semua.
Cobalah tengok sejenak tentang arti di balik duta pariwisata misalkan..!! Pariwisata apa? … Oh, alangkah indahnya jika memang ada yang menjadi duta pariwisata, kemudian misalkan ketika memperkenalkan buah kelapa sebagai salah satu buah unggulan di daerah itu dia mengatakan, “SubhanAllah, inilah buah kelapa… Dari buah kelapa ini, kita mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Robb yang Maha Mencipta. Betapa tidak..?? Kelapa ini tertutup rapat, kulitnya tebal, batoknya keras, tidak ada celah yang memungkinkan angin atau air masuk ke dalamnya, tapi lihatlah di dalamnya, ada air yang sangat manis, nikmat dan mengandung banyak khasiat jika kita meminumnya… Subhanallah, ini semua tentu tidak akan dapat terjadi kecuali ada kekuasaan Robb Yang Maha Berilmu di dalamnya. Maka, kita harus bersyukur agar dilanggengkan dan ditambah nikmatnya ini”
Nah seharusnya seperti itu, dan begitupun ketika memperkenalkan penciptaan-penciptaan lainnya, dia perkenalkan itu sebagai rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi, mungkinkah se-perti itu?
Tidak..!! Bahkan yang kita saksikan adalah sebuah penolakan besar-besaran terhadap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang begitu besar ini, dan mungkin jangan terlalu jauh, ter-hadap diri mereka sendiri, mereka anggap diri mereka seperti bukan bagian dari ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menyangka tercipta atas kehendak alam, terjadi begitu saja. Kecantikan mereka, kepintaran mereka, semua tidak ada yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga, mau dipergunakan sekehen-dak mereka pun, atau mau ditutupi dengan hanya selembar kain yang dipamerkan di atas catwalk pun bukanlah urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi urusan kita.
Ya… Jika urusannya hanya sampai pada diri mereka sendiri, ya sudah, itu urusan mereka, kita hanya bisa menasehati, tetapi masalahnya ini duta, duta yang setiap pena siap meliak-liuk untuk melukiskan ucapan serta tingkah laku-nya. Padahal mereka bukanlah sekedar duta pariwisata, tetapi duta kekufuran atas nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala – Wal’iyadzubillah.
Selanjutnya juga hal yang lebih mengerikan dapat kita lihat ketika mereka menjadi duta kebudayaan. Kalau mau dihitung, ada ribuan budaya yang terdapat di negeri ini, tetapi kalau boleh dikategorikan, sebenarnya hanya ada dua, Islami atau non Islami. Yang non Islami jelas lebih banyak daripada yang Islami, dengan persentase mencapai 95% dan lebih didominasi oleh turunan kebudayaan Hindu dan Budha. Nah, di sinilah sang duta kita mem-baktikan dirinya.
Berpeluh-kesah menuntun manusia untuk mencintai dan menghargai kebudayaan negeri yang pada hakikatnya adalah budaya kekufuran warisan kaum paganis, dan ini bukan lagi sekedar kufur nikmat, tetapi kufur terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. La haula wa la quwwata illa billah. Lupa mereka dengan peringatan-Nya:
“Sungguh telah berlaku sunnah Allah (hukum Allah) maka berjalan–lah kalian di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat (perbuatan) orang-orang mendustakan ayat-ayat-Nya”. (QS. Ali ‘Imron [3]: 137).
Inilah hakikat sesungguhnya dari keberadaan para ratu kecantikan itu. Sebenarnya, memang terkesan “kejam” jika kita mengatakan mereka sebagai duta-duta setan, tetapi dari beberapa penjelasan singkat yang telah kita sam-paikan di atas adalah sangat mungkin jika mereka mendapat julukan seperti itu, karena dengan sadar ataupun tidak, mereka telah menjadi duta setan di dalam menghalau manusia dari kebenaran. Bahkan lebih jauh bisa kita lihat bagaimana mereka pada hakikatnya memiliki amanah ter-selubung yang disampaikan setan kepada mereka, yaitu agar menjadi duta pornografi dan pornoaksi. Hal ini sangat jelas dan tidak memerlukan penjelasan panjang lebar, kecuali bagi orang-orang yang terdapat zaig (kemiringan) di dalam hatinya.
Alhasil, kita semua patut ber-lindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah para duta-duta setan ini, dan kita berharap anak-anak keturunan kita mendapat petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.