GHOFLAH (LALAI)
Di antara sekian banyak sifat tercela yang telah datang peringatannya dari Allah serta Rasul-Nya ialah sifat ghoflah (lalai). Allah ta’ala berbicara tentang orang kafir sebagai celaan untuknya dalam firman-Nya, yaitu:
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”. (QS ar-Ruum: 7).
Dan menjelaskan tentang Fir’aun dalam firmanNya, “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS Yunus: 92) Dan Alloh [swt] berfirman yang secara umum di tunjukan untuk kita semua, anak cucu Adam sebagai peringatan, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS Yunus: 7-8).
PENGERTIAN GHOFLAH
Ghoflah secara bahasaartinya lalai, lengah. al-Fayumi mengatakan: “al-ghoflah adalah hilangnya sesuatu dari fikiran seseorang serta tidak mengingatnya. Ahli bahasa, Ibnu Faris menjelaskan: “al-Ghaflah ialah hilangnya sesuatu dari benak seorang insan dan tidak teringat akan hal tersebut. dan kalimat ini, bisa juga di gunakan bagi seseorang yang meninggalkan perkara karena meremehkan atau berpaling darinya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al-Anbiya’ :1). Imam asy-Syaukani menjelaskan pengertian ghaflah (lalai) dalam ayat ini dengan menyatakan: “Pengertiannya mereka berada dalam kelalaian oleh dunia dan berpaling dari akherat tidak bersiap-siap dengan kewajiban mereka berupa iman kepada Allah dan melaksanakan kewajiban serta menjauhi semua larangan”
SIKAP SYARI’AT TENTANG GHOFLAH
Allah Subhanahu wa Ta’ala secara tegas telah melaranag dan mencela ghoflah (lalai) serta memperingatan supaya tidak terjatuh di dalam golongan orang-orang yang lalai, demikian pula Allah Ta’ala juga telah memperingatkan Nabi-Nya agar tidak termasuk diantara mereka. Allah Ta’ala berfirman,”Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai”. (QS al- A’raaf: 205). Dan Allah azza wa jalla juga telah melarang kita semua agar tidak berteman dengan orang-orang yang lalai, Allah Ta’ala berfirman: “…… dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS al-Kahfi: 28).
Bentuk-bentuk ghoflah (lalai)
Syirik atau menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kufur, inilah fenomena kelalaian yang paling besar, melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.Menyia-nyiakan shalat, dan menyepelekan waktu-waktunya, serta (meninggalkan)mendirikannya secara berjamaah di mesjid.Sedikit mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, Sedikit membaca Al Qur’an,meninggalkan berdoa, dan berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara. Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, karena itu semua menyebabkan rusaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan. Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran parabola yang beracun, Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti mempergunakan narkoba, merokok. Isbal dalam berpakaian dan mencukur jenggot, wanita bertabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.
HUKUMAN BAGI ORANG-ORANG YANG LALAI
Adapun hukuman bagi orang-orang yang lalai, maka sangat banyak sekali di antaranya adalah:
1. Berhak mendapatkan adzab di dunia. Hal itu sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam kitab-Nya, “kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu”. (QS al-A’raf :136). Maka di tenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di sebabkan kelalaian akan ayat-ayat-Nya yang mereka lakukan.
2. Di palingkan untuk bisa mentadaburi ayat-ayat Allah, bisa memahaminya serta mengambil manfaat dari ayat-ayatNya. Allah ta’ala terangkan dalam firmanNya”….. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya”. (QS al-A’raf: 146) Imam Badhowi mengatakan: “Maksud dari ayat di atas adalah bahwa di palingkannya mereka itu dengan sebab kedustaan yang mereka lakukan dan enggannya mereka untuk mentadaburi ayat-ayatNya”. Allah ta’ala akan membalas orang-orang yang berpaling dan lalai dengan di lalaikannya mereka oleh Allah ta’ala sebagai balasan yang setimpal. Sebagaimana yang Allah ta’ala jelaskan dalam firmanNya: “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka”. (QS Shaff: 5).
3. Dijauhkannya dari rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Di riwayatkan dari Yusairoh rodhiallohu’anha dia adalah salah seorang shahabiyah yang telah ikut serta berhijroh berkata: Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada kami, (biasakan selalu) kalian dengan tasbih, tahlil (ucapan la ilaaha illa Allah) dan tahmid, hitunglah (dzikir tersebut) dengan ruas jari kalian, sesungguhnya ia akan bersaksi (pada hari kiamat nanti), dan janganlah kalian lalai (dari dzikir tersebut) sehingga di jauhkan dari rahmatnya Allah”.( HR Tirmidzi). Berkata al-Qori: “Makna dari hadits ini adalah janganlah kalian tinggalkan dzikir karena sesungguhnya jika kalian meninggalkan dzikir-dzikir tersebut kalian akan di jauhkan dari pahalanya yang itu seolah-olah kalian telah meninggalkan rahmat Allah Ta’ala”.
4. Do’anya di kembalikan serta tidak di kabulkan. Hal itu sebagaimana yang telah di jelaskan dalam haditsnya Abu Hurairoh semoga Allah meridhoinya berkata: Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: ….dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengkabulkan do’a dari orang yang hatinya lalai”. (HR Tirmidzi). mereka mengangkat tangan-tangan mereka ketika berdo’a beberapa saat namun mereka tidak memahami apa yang mereka katakan dan do’a yang sedang mereka panjatkan kepada Allah ta’ala, Atau seperti seseorang yang ikut mengamini do’a imamnya sedangkan ia tidak paham sama sekali apa yang sedang imam baca.
5. Dan adzab yang paling pedih bagi mereka adalah dimasukannya ke dalam nereka jahanam. Dalam hal ini Allah ta’ala telah menjelaskan dalam firmanNya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”. (QS al- A’raf: 179). Maka adapun mereka orang-orang yang lalai maka hati-hati mereka telah mengeras sehingga tidak bisa lagi mengambil pelajaran, menerima nasehat, tidak mau memperhatikan serta berfikir, dan juga mata-mata mereka telah dibutakan dari melihat kebenaran, telinga-telinga mereka telah tuli untuk mendengar kebenaran, dengan demikian mereka tak ubahnya seperti hewan ternak bahkan mereka lebih buruk, merekalah orang-orang yang terlelap dalam kelalaian mereka. Maka akan dikatakan kepada setiap orang yang lalai pada hari perhitungan nanti yaitu pada hari kiamat sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan dalam ayatNya “Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam”. (QS Qaaf: 22).
CARA UNTUK MENGOBATI LALAI
1. Selalu membasahi kedua lisannya dengan berdzikir. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini,”Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai”. (QS al- A’raaf: 205). Imam Ibnu Qoyim mengatakan: “Sesuai dengan kadar kelalaian seorang hamba dari berdzikir sejauh itu pula dirinya semakin jauh dari Allah azza wa jalla
2. Berdo’a kepada Allah Subahanahu wa ta’ala. Salah satunya adalah do’a yang khusus tentang masalah ini yaitu sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh Anas rodhiallohu’anhu ia berkata: Adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a, “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepadaMu dari kelemahan, rasa malas, kebakhilan, pikun, kerasnya hati, lalai, kehinaan, kemiskinan, dan aku memohon kepadaMu dari kefakiran, kekufuran, kesyirikan, nifak, sum’ah (rasa ingin dipuji) dan riya’.(HR Ibnu Hibban dan al-Hakim di shahihkan oleh al-Albani).
3. Membiasakan diri dengan sholat malam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash rodhiallohu’anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa (melakukan) sholat malam dengan sepuluh ayat maka tidak akan di tulis sebagai orang-orang yang lalai, siapa (yang sholat malam) membaca seratus ayat akan di tulis sebagai orang-orang yang taat, siapa yang (sholat malam) membaca seribu ayat maka akan di jadikan sebagai orang-orang yang berkecukupan”. (HR Abu Dawud di shahihkan oleh al-Albani).
4. Dengan sering melakukan ziarah kubur. Dengan sering melakukan ziarah kubur maka akan lenyap kelalaian tersebut dan akan hilang kepekaan untuk memahami. Di riwayatkan dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya berkata Rasulullah bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya saya pernah melarang kalian (dari tiga perkara), kemudian telah nampak (mana) yang benar (bagi saya), (yaitu) saya melarang kalian untuk ziarah kubur, (kemudian) nampak bagi saya bahwa (ziarah kubur) dapat melunakkan hati dan membuat air mata berlinang, serta mengingatkan akhirat, (maka) ziarailah (oleh kalian) kubur”. (HR Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani).
(Red-HASMI/Buletin Dakwah As-Silmi)