Mali-HASMI.org| Muhammad wuld Haddemin, seorang pengungsi yang berhasil melarikan diri dari kota Timbuktu Mali, mengatakan bahwa para tentara Mali saat ini sengaja membagi masyarakat dalam satu kelompok etnis tertentu.
Setelah mereka dipaksa untuk meninggalkan Mali karena operasi militer Prancis melawan pejuang Islamis, hingga Haddemin akhirnya bercerita kepada kantor berita Anadolu (AA) di perbatasan Mauritania.
“Kami telah sampai di sini dari Timbuktu. Di sana Tentara Mali mengambil orang-orang Arab dan Tuareg keluar dari rumah mereka serta merampas harta mereka. Alhamdulillah, kami mampu berhasil melarikan diri. Kami meninggalkan rumah-rumah kami, juga barang-barang dan binatang ternak kami di sana. Tidak ada perang di Mali sana. Yang ada hanya pembubaran atau pengusiran pada masyarakat Arab dan Tuareg,” ujar Haddemin.
Pengungsi lain dari Timuktu, Hasen Ag Huseyino juga menceritakan bahwa mereka meninggalkan segalanya yang ada di tempat tinggal mereka.
“Pesawat tempur Prancis telah melecehkan kami di padang pasir. Pesawat tempur Prancis terbang rendah di atas kendaraan kami. Mereka meninggalkan kami setelah kami mulai berjalan di tengah gurun pasir dengan istri dan anak-anak saya,” Huseyino menjelaskan.
“Orang-orang berkulit putih, dan semua orang dari ras Arab dan Tuareg di kota-kota besar pun meninggalkan negara itu,” tambah Huseyino. (Red-HASMI/IP)