Hisab Pada Hari Pembalasan

Siapa pun kita, apapun profesi dan jabatan kita, pada hari kiamat nanti akan menjumpai satu peristiwa yang sangat mengerikan, yaitu satu peristiwa yang akan menentukan di mana kita akan ditempatkan, di tempat penuh kebahagiaan dan kumuliaan yaitu surga Alloh subhanahu wata’ala atau tempat yang penuh dengan kerendahan, kemurkaan, kehinaan, penyiksaan dan penyesalan, yaitu neraka jahannam.  Peristiwa tersebut adalah hisab pada hari pembalasan.

Hisab adalah peristiwa dimana Alloh subhanahu wata’ala menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Atau ketika Alloh subhanahu wata’ala mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.

Menurut istilah aqidah hisab memiliki dua pengertian;

Pertama; Penampakan dosa dan pengakuan, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Alloh subhanahu wata’ala dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka yang mencakup semua orang yang diperiksa hisabnya ataupun yang tidak dihisab. Atau juga sebuah peristiwa  yang dinamakan hisab yang ringan, yaitu berupa pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, kemudian menetapkannya dan merahasiakannya, dan juga tidak dibuka di hadapan orang lain sebagai pengampunan Alloh subhanahu wata’ala atasnya.

Kedua; Munaqosyah atau diperiksa secara sungguh-sungguh, dan inilah yang dinamakan dengan hisab antara kebaikan dan keburukan.

Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam al Qur`an dan Sunnah.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman,

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ. فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا  

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.”
(QS. al-Insyiqaq: 7-8)

Sedangkan di antaranya dalil penjelasan hisab yang terdapat dalam as-sunnah adalah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah rodhiyallohu’anha dari Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam beliau berkata:

“Tidak ada seorangpun yang dihisab kecuali binasa,” Aisyah rodhiyallohu’anha bertanya, “Wahai Rosululloh, bukankah Alloh subhanahu wata’ala berfirman ‘pemeriksaan yang mudah’?” Beliau  menjawab, “Itu adalah penampakan dosa dan pengakuan, namun barangsiapa yang diperiksa hisabnya, maka binasa”.
(HR. Muslim)

Imam Ibnu Abil Izz menjelaskan bahwa makna hadits ini adalah, seandainya Alloh subhanahu wata’ala memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah Alloh akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikitpun, namun Alloh subhanahu wata’ala memaafkan dan mengampuninya.

Umat Islam juga telah sepakat atas adanya hisab ini. Sehingga apabila seseorang mengingkari hisab, maka ia telah berbuat kufur, dan pelakunya sama dengan pengingkar terhadap hari kebangkitan.

Alloh subhanahu wata’ala akan menghisab seluruh makhlukNya yang telah terbebani oleh syariat yang mencakup manusia dan jin. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh menyatakan bahwa hisab ini juga mencakup jin, karena mereka mukallaf. Oleh karena itu, jin kafir akan masuk ke dalam neraka sebagaimana disebutkan menurut nash syariat dan kesepatakan para ulama, sedangkan jin yang mukmin akan masuk surga. Akan teetapi ada beberapa golongan yang dikecualikan dari hisab ini, yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab maupun adzab. Begitu pula dengan hewan yang tidak memiliki pahala dan dosa.

Adapun berkaitan dengan hisab bagi orang-orang kafir para ulama berselisih pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa orang kafir tidak dihisab. Sedangkan sebagian lainnya menyatakan mereka juga akan dihisab.

Syaikh Kholil Haras menyatakan: semua amalan kebaikan yang dilakukan orang kafir hanya dibalas di dunia saja. Hingga bila datang hari Kiamat, ia akan mendapati lembaran kebaikannya kosong”.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman,

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan.”
(QS. al Furqoon: 23)

Namun ada juga pendapat lain yang menyatakan amalan kebaikan mereka di dunia dapat meringankan adzab mereka.

Menurut pendapat ini, amalan kebaikan yang tidak disyaratkan Islam padanya, pada hari Kiamat akan mendapat balasan untuk menutupi kezhalimannya terhadap orang lain. Apabila antara kezhalimannya seimbang dengan amalan tersebut, maka ia hanya diadzab disebabkan oleh kekufurannya saja. Namun, bila orang kafir ini tidak memiliki amal kebaikan di dunia, maka ditambahkan adzabnya yang disebabkan kekufurannya.

Hisab dilakukan dalam satu waktu dan Alloh subhanahu wata’ala sendiri yang akan melakukannya, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Robb-nya tanpa ada penterjemah antara dia dengan Robb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya.”
(HR. Muslim)

Kemudian orang tersebut diberi kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang sebagaimana disebutkan dalam Firman Alloh subhanahu wata’ala  yang artinya;

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?” Dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada tertulis. Dan Robb-mu tidak menganiaya seorang pun.”
(QS. al Kahfi: 49)

Alloh subhanahu wata’ala menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk. Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman,

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
(QS. Yaasin: 65)

Akan tetapi Alloh subhanahu wata’ala yang Maha Pengasih dan Maha Lembut tidak menghisab kaum Mukminin dengan pemeriksaan yang sungguh-sungguh, namun mencukupkan dengan penampakan dosa dan pengakuan.

Dia hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka dan Dia merahasiakannya, sehingga tidak ada orang lain yang melihatnya, lalu Alloh berseru: “Telah Aku rahasiakan hal itu di dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang diriwaytakan oleh Imam Bukhori dari Ibnu ‘Umar, bahwa ia berkata:

Aku telah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya penghalang dan menutupinya dari pandangan orang lain, lalu Alloh berseru: ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab, ‘Ya, wahai Robb-ku,’ hingga bila selesai menyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Alloh  berfirman, ‘Aku telah menutupi dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya.”

Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua nikmat Alloh, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana. dalam hadits riwayat muslim dari Abu Huroiroh, ia berkata, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

“Lalu Alloh menemui hambaNya dan berkata: “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?” Maka ia menjawab: “Benar”. Alloh berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Alloh berfirman: “Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”. Kemudian Alloh menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan tadi. Lalu orang itu menjawab: “Wahai Robbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab suciMu dan rosul-rosulMu. Juga aku telah sholat, bershodaqoh,” dan ia memuji dengan kebaikan semampunya. maka Alloh menjawab: “Kalau begitu, sekarang pembuktiannya,” kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya. Itulah nasib munafik dan orang yang Alloh murkai.”

Demikianlah keadaan tiga jenis manusia. Yang pertama seorang mukmin, ia mendapatkan ampunan dan kemuliaan Alloh. Yang kedua seorang yang kafir dan ketiga orang munafik. Keduanya mendapat laknat dan kemurkaan Alloh.

Oleh karena itu, marilah kita bersiap untuk menghadapi hisab dengan mempersiapkan bekal ilmu yang bermanfaat dan amal sholih yang cukup, memperbanyak mengingat hari perhitungan ini dan melihat kepada amalan yang telah kita perbuat. Mudah-mudahan Alloh memberikan taufiq kepada kita untuk memperbanyak bekal, yang nantinya dengan bekal tersebut kita menghadap sang pencipta dan mendapat keridhoanNya. Amin.

Wallohu A’lam.

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot