Mali-HASMI.org| Sebuah kelompok HAM pada hari Jumat kemarin (1/2/2013) mengatakan bahwa sebuah serangan terhadap gerilyawan di Mali yang dipimpin langsung oleh pasukan Prancis telah menyebabkan kematian banyak dari warga sipil, tepat sehari sebelum Presiden Francois Hollande dijadwalkan akan mengunjungi negara tersebut.
Prancis sudah menempatkan lebih dari 3.500 pasukan darat dalam kampanye 3 minggu ofensif mereka dengan tujuan untuk merebut kendali utara wilayah Mali.
Tujuan serangan adalah untuk mencegah para pejuang menggunakan wilayah gurun Mali utara sebagai basis demi memulai serangan terhadap negara-negara tetangga Afrika dan bagian barat lainnya.
Amnesty International dan Human Rights Watch, bagaimanapun, mengutip laporan saksi mata bahwa pembunuhan di luar hukum yang di lakukan oleh tentara Mali dan Prancis telah menyebabkan kematian dari puluhan warga sipil di kota pusat Sevare dan konna.
Mereka mengatakan pasukan menargetkan terhadap kelompok etnis Arab dan Tuareg terkait dengan perlawanan pejuang Mali utara.
Amnesty pun melaporkan bahwa sedikitnya lima warga sipil termasuk di antaranya seorang ibu dan tiga anaknya tewas oleh serangan roket dari helikopter pada pagi hari 11 Januari kemarin di konna, yang direbut oleh para pejuang pada 2 hari serangan sebelumnya.
“Baik militer Mali maupun Prancis seharusnya mengambil tindakan pencegahan maksimal yang diperlukan untuk menghindari serangan terhadap sasaran warga sipil,” kata Gaetan Mootoo, peneliti utama Amnesty untuk Afrika Barat, pada konferensi pers di Bamako. “Kami sudah meminta otoritas Prancis dan di Bamako agar membuka penyelidikan independen.”
Tuduhan pelanggaran HAM samapi pada saat Paris mengkonfirmasi Hollande akan mengunjungi Mali pada hari Sabtu ini, yang didampingi oleh Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian dan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius. (Red-HASMI/IP)