INGKAR SUNNAH NODA HITAM DALAM KEMURNIAN

 

Dewasa ini telah muncul suatu kelompok yang menamakan dirinya Qur’aniyyin (pengikut Qur’an) namun pada hakikatnya mereka bukanlah pengikut Al-Qur’an yang benar, akan tetapi mereka telah menafsirkan Al-Qur’an dengan nafsu dan akal mereka tanpa mencari keterangan tafsirnya dari sunnah yang shahih. Oleh karenanya kelompok sesat ini dikenal dengan paham Ingkar Sunnah. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat diartikan sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber  dasar syari’at Islam Mereka menganggap as-sunnah bukanlah wahyu yang turun dari Allah. Mereka telah lupa atau bodoh terhadap firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala :

 
” dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat” (QS. An-Najm : 3-5).
 
Beberapa Riwayat tentang  kemunculan Paham Ingkar Sunnah 
 
Rasulullah Shalallahualaihi wa Sallam dalam sebuah haditsnya pernah menyampaikan tentang kemunculan paham bathil tersebut dari ummatnya, yaitu orang-orang yang mengingkari sunnahnya yang suci, yang mengaku pengikut Al-Qur’an dengan sabdanya;
 
”sungguh sebentar lagi kalian akan melihat seseorang yang duduk di singgasananya, kemudian datang kepadanya urusanku (sunnahku) baik yang berisi larangan atau perintah, maka dia berkata : “aku tidak tahu ! semua yang kami dapatkan dalam kitab Allah itulah yang kami ikuti (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud). Dalam riwayat lain dia berkata; "apa yang kami dapatkan dalam kitabullah pengharaamannya, akan kami haramkan.”Maka Rasululah bersabda : ” ketahuilah bahwasanya aku diberi Al-Qur’an dan yang semisalnya bersamanya (yakni As-sunnah) (HR. Ahmad 4/131 dan Abu Daud 5/11)
 
Sahabat Abdulloh bin Mas’ud Radhiallahu anhu, pada suatu kesempatan beliau berkata,
 
‘Alloh melaknat orang yang mentato dan yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencukur bulu alisnya dan memisahkan gigi-giginya dalam berhias yang telah merubah ciptaan Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Lalu hal itu sampai kepada salah seorang wanita dari keluarga Asad yang dikenal dengan Ummu Ya’qub. Ia pun langsung mendatangi Abdulloh bin Mas’ud dan berkata, ‘Aku telah mendengar bahwa engkau telah melaknat ini dan itu.’ Ibnu Mas’ud pun menjawab, ‘Kenapa saya harus tidak melaknat orang-orang yang Rosululloh laknat, sedang hal itu ada dalam kitabulloh.’ Wanita itupun menimpali, ‘Saya telah membaca apa yang ada diantara kedua sampulnya, tapi saya tidak mendapati apa yang engkau katakan.’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Kalau kau telah membacanya, maka kau telah menemuinya; tidakkah kau baca ayat ini:
 
 “Apa yang dibawa oleh Rasul kepada kalian, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
 
Wanita itu menjawab, ‘Benar.’ Ibnu Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya Beliau telah melarangnya.’ Wanita itu kembali berkata, ‘Sesungguhnya aku melihat isterimu melakukannya.’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Pergi dan lihatlah.’ Lalu wanita itupun pergi dan melihat keluarga Ibnu Mas’ud; dan ternyata apa yang ia katakan tidak ia temukan. Ibnu Mas’ud pun berujar, ‘Kalau dia melakukan hal itu, aku tidak menyetubuhinya. (HR. Bukhori dan Muslim)
 
Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya menuliskan riwayat tentang cikal-bakal paham tersebut, "suatu hari Imron bin Hushoin  seorang sahabat Nabi Shalallahualaihi wa Sallam tengah duduk bersama para sahabat lainnya. Lalu ada salah seorang dari mereka yang angkat bicara, ‘Janganlah kalian menyampaikan sesuatu kepada kami kecuali dari al-Qur’an.’ Lalu Imron berkata, ’Suruhlah ia untuk mendekat!’ laki-laki itupun mendekat. Lalu Imron berkata kepadanya, ‘Apakah kalau engkau dan sahabat-sahabatmu hanya bersandar pada al-Qur’an akan mendapati sholat dzuhur empat roka’at, sholat asar empat roka’at dan maghrib tiga roka’at, dimana engkau membaca surat pada dua roka’at pertama? Apakah kalau engkau dan sahabat-sahabatmu hanya bersandar pada al-Qur’an akan mendapati bahwa thowaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali? Dan kau dapati pula thowaf di shofa dan marwah? Lalu Imron berseru, ‘Wahai kalian semua, ambillah dari kami; karena demi Alloh, jika kalian tidak melakukannya kalian akan tersesat.’(Al-Kifayah, Hal: 15).
 
Beberapa riwayat di atas menggambarkan bahwa kemunculan paham Qur'aniyyin atau Ingkar sunnah yang ada sekarang  ternyata sudah diprediksi oleh  Nabi Shalallahualaihi wa Sallam dan sudah terjadi pada masa sahabat Radhiallohu anhu.
 
 Berikut ini adalah beberapa keganjilan dan kesesatan paham Ingkarus sunnah di antaranya:
 
1. Tidak Mau Percaya Kepada Siapa pun Kecuali Al-Qur`an
 
Orang-orang inkar Sunnah sering mengatakan demikian. Akan tetapi, mereka juga sering mengatakan bahwa hadits-hadits baru dibukukan 200-an tahun setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat. Mereka pun sering menjadikan (masa) Imam Al-Bukhari sebagai referensi utama dalam masalah tahun atau waktu pembukuan hadits. Bahkan, setiap kali mereka melontarkan pendapat sesatnya, mereka enggan mengatakan dari mana sumbernya. 
 
Mereka tidak mau dikatakan mengutip atau mengambil pendapat seseorang. Mereka selalu keukeuh mengatakan bahwa mereka hanya mau percaya dan mengikuti Al-Qur`an saja. Mereka hanya mengakui bahwa pendapatnya itu hanya berdasarkan Al-Qur`an.Pemikiran mereka ini jelas bertentangan dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala :
 
 فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ .
 
“Maka bertanyalah kalian kepada ahlu dzikir (orang yang mengetahui) jika kalian tidak mengetahui.” (QS.An-Nahl: 43)
 
Ayat ini dengan tegas menyuruh orang yang tidak tahu untuk bertanya kepada orang lain yang lebih tahu; orang yang lebih tahu tentang Al-Qur`an ataupun dalam suatu permasalahan tertentu. Dan, ayat ini tidak menyuruh orang agar bertanya kepada Al-Qur`an, karena kata “ahlu dzikir” di sini adalah kata ganti orang, bukan benda atau barang.
 
Pemahaman mereka juga tidak sesuai dengan firman Alloh berikut,
 
“Dan yang memberitahukan kepadamu tidak sama seperti orang yang ahli.” (QS.Fathir: 14)
 
Maksudnya, informasi atau ilmu yang disampaikan oleh orang biasa jelas berbeda dengan yang disampaikan oleh orang yang memang pakar di bidangnya. Penafsiran mereka yang menuruti hawa nafsu terhadap ayat-ayat Al-Qur`an jelas berbeda dengan penafsiran para ulama tafsir yang memang betul-betul menguasai Al-Qur`an dan ilmu tafsir. Begitu pula pemahaman dangkal dan sesat mereka tentang Sunnah pun pasti berbeda dengan pemahaman para imam hadits yang memang ahli di bidang hadits dan diakui kredibilitasnya.
 
 
 
2. Mengaku Ahlul Qur`an Tapi Tidak Paham Al-Qur`an
 
Ini juga tidak kalah aneh. Mereka mengklaim sebagai ahlul qur`an atau qur`aniyyun namun tidak paham dan tidak menguasai ilmu-ilmu Al-Qur`an. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku mencintai Al-Qur`an tetapi tidak mau tahu tentang Al-Qur`an? Lihatlah, betapa mereka tidak mau tahu sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur`an, kepada siapa suatu ayat diturunkan, dalam masalah apa suatu ayat turun, apakah ayat tersebut Makkiyah atau Madaniyah, tatacara turunnya wahyu, dan sebagainya. Bahkan, sangat bisa jadi mereka juga tidak bisa membaca Al-Qur`an dengan baik sesuai ilmu tajwid yang benar.
 
Bagaimana mungkin seseorang bisa memahami Al-Qur`an dengan baik sementara dirinya menganggap tidak perlu Bahasa Arab untuk memahami Al-Qur`an? Padahal, para sahabat saja masih bertanya kepada Nabi dan kepada sesama sahabat tentang makna suatu ayat. Dan, bagaimana mungkin seseorang bisa memahami Al-Qur`an dengan baik sementara dirinya tidak tahu adab membaca Al-Qur`an? Pun, bagaimana mereka mau serius membaca Al-Qur`an jika mereka tidak tahu keutamaan membaca dan menghafal Al-Qur`an? Lagi pula, untuk apa mereka membaca Al-Qur`an jika mereka mengatakan tidak ada bacaan dan gerakan tertentu dalam shalat? Artinya, dalam shalat pun mereka belum tentu membaca Al-Qur`an. Lalu, kapan mereka meluangkan waktu untuk membaca dan memahami Al-Qur`an?
 
Ketidakpahaman mereka terhadap Al-Qur`an ini bisa dilihat dari penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur`an, yang tidak lain merupakan penafsiran yang memperturutkan hawa nafsu setan semata. Tidak ada yang mereka jadikan rujukan dalam menafsirkan Al-Qur`an selain hanya permainan bahasa dan bersilat lidah belaka. Allah berfirman tentang orang-orang semacam inkar Sunnah ini,
 
“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan
perkataannya, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian.”(QS. Muhammad: 30)
 
Dalam ayat lain disebutkan,“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya daripada binatang ternak.”(QS. Al Furqan: 44)
 
Mereka persis seperti yang dikatakan seorang penyair, “Betapa banyak pemuda yang mengaku sebagai kekasih Laila, padahal Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya.” Ya, orang inkar Sunnah mengaku mencintai Al-Qur`an, padahal Al-Qur`an tidak mencintai mereka.
 
         
 
3. Mengaku Mencintai Nabi Tapi Tidak (Mau) tahu Siapa Saja Para Sahabat Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam
 
Bahkan, mereka pun tidak (mau) tahu siapa yang dimaksud dengan as-sabiqun al-awwalun dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam surat At-Taubah ayat 100! Bagaimana mungkin seorang yang mengaku cinta kepada Al-Qur`an tetapi tidak mengenal orang-orang yang dicintai oleh Allah dan Rasulnya? Ya, orang-orang inkar Sunnah hanya mencintai Al-Qur`an di mulutnya saja, tetapi Allah Mahatahu bahwa yang tersimpan dalam hati mereka adalah permusuhan yang sangat sengit kepada Islam. Mahabenar Alloh dengan firman-Nya: “Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Dan Allah Mahatahu apa yang mereka sembunyikan.” (QS. Ali Imran: 167)
 
 
 
4. Mengaku Mengamalkan Al-Qur`an Namun Caranya Kacau Sekali
 
Al-Qur`an diturunkan adalah untuk dibaca, dipahami, direnungkan, dan diamalkan. Akan tetapi, jika tidak ada petunjuk pelaksanaannya (baca; Sunnah), tentu akan sulit mengamalkannya, terutama untuk hal-hal yang memang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dan rinci.
 
Lihatlah bagaimana cara mereka mempraktikkan shalat; tanpa ada aturan bacaan, gerakan, dan jumlah rakaat tertentu. Jika demikian halnya, apa yang terjadi kalau mereka shalat jama’ah? Ini baru baru satu contoh, bagai mana dengan ibadah lainnya.
 
Di tangan inkar Sunnah, agama ini menjadi semacam permainan dan kacau balau. Itupun masih ditambah lagi, bahwa banyak di antara praktik ritual mereka yang mencontek Sunnah Nabi, baik secara langsung maupun tidak, diakui ataupun tidak. Hal ini tak lain dikarenakan mereka mengambil referensi tatacara beribadahnya hanya berdasarkan pemahaman manusia semata tanpa mau merujuk kepada sumber yang lebih bisa diterima oleh akal sehat. Dengan kata lain, sebenarnya fondasi pemahaman mereka ini sangat rapuh. Ibarat rumah, rumah mereka ini laksana sarang laba-laba. Alloh berfirman,
 
 “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling rapuh ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 41)
 
Ya, paham mereka tak ubahnya rumah laba-laba yang lemah, bahkan lebih lemah dari rumah laba-laba itu sendiri. "Hasbunallah wa ni'mal wakiil"
 
 
 
Penulis : Ustad Aceng Zakaria, S.Th.I  

Check Also

Ketika Galau Melanda, Kemanakah Diri Menambal Luka

Ketika Galau Melanda Kemanakah Diri Menambal Luka Tanpa perlu banyak penelitian, sungguh pasti bahwa di …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot