إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Memiliki agama berarti memiliki tujuan dan arah hidup yang pasti, yaitu Tuhan, memiliki figur dan panutan yang jelas, yaitu para rosul serta memiliki aturan dan undang-undang hidup yang jujur dan adil, yaitu syariat-Nya. Ketiga persoalan prinsip kehidupan tersebut –yang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab disebut al Utsuul ats-Tsalatsah (3 prinsip kehidupan) –adalah merupakan landasan fundamental bagi sebuah pembangun manusia yang berwujud masyarakat atau negara. Agama dan beragama berarti menentukan antara petunjuk hidup yang lurus dengan kesesatan dari arah hidup yang benar, berbicara antara kebahagiaan dan ketentraman dengan kecelakan dan kegoncangan, berbicara antara keselamatan hakiki dan kecelakan hakiki, berbicara antara keadilan yang hakiki dengan kedzaliman yang hakiki, berbicara antara kebenaran dengan kebathilan serta antara surga (tempat yang diridhai Alloh ) dengan neraka (tempat yang dimurkai-Nya).
Dari analisis itulah, maka amat rasional jika Alloh menyatakan dan menyadarkan manusia bahwa kejahatan dan kebohongan bagi kemanusiaan itu sendiri adalah pemalsuan atau kebohongan tentang Tuhan dan ajaran agama-Nya. Karena, dengan itu bukan saja telah menghina dan meremehkan Tuhan, tetapi lebih berbahaya lagi adalah rusak dan hancurnya fitrah dan jati diri manusia itu sendiri. Alloh berfirman:
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Alloh, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (QS. Al-An’am [6]: 21)
Di dalam ayat ini Alloh menjelaskan dua perbuatan yang paling jahat yaitu,
1. Membuat-buat kedustaan atas nama Alloh, seperti mengatakan kitab yang disampaikannya berasal dari Tuhan atau dia mengaku diutus Alloh , padahal semua itu hanyalah pengakuan yang tidak benar dan tanpa bukti yang membenarkannya.
2. Mendustakan ayat-ayat kebenaran yang berasal dari Alloh.
Bahkan dalam ayat yang ke 144 dari surat Al-An’am sendiri ditegaskan tujuan kebohongan atas nama Alloh tersebut yaitu dalam rangka menyesatkan manusia.
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Alloh untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?” (QS. Al-An’am [6]: 144)
Untuk itulah, salah satu isi yang banyak dibicarakan di dalam Al-Quran adalah mengungkap berbagai kebohongan dan pemalsuan atas nama Tuhan. Dalam hal ini setidaknya ada tiga paradigma pemalsuan yang diungkap oleh Al-Quran sebagai upaya membersihkan agama dan keberagamaan dari berbagai kebohongan dan pemalsuan oleh tokoh-tokoh yang gila harta dan kehormatan.
A. Memecah nama agama Islam dengan memberikan nama-nama agama sesuai dengan nama pendiri atau nama daerah yang disucikan di kalangan satu pemeluk agama.
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Imran [3]: 85)
Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar berkata : “Islam menurut bahasa Al-Quran bukanlah sebuah nama bagi agama tertentu. Akan tetapi, Islam adalah agama bersama yang didengungkan oleh para rosul…Islam adalah syiar umum yang disebarkan oleh lisan seluruh nabi dan para pengikut mereka sejak masa lalu hingga masa kenabian Muhammad . Islam adalah ketaatan, kepatuhan dan penyerahan diri hanya kepada Alloh dengan melakukan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Untuk itu, sesungguhnya Islam pada masa Nabi Nuh adalah dengan mengikuti ajaran yang dibawa olehnya. Islam pada masa Nabi Musa adalah dengan mengikuti syariatnya. Islam pada masa Isa adalah dengan mengikuti Injil. Dan Islam pada masa Nabi Muhammad adalah konsekuen terhadap risalah yang dibawa oleh Rosulullah.
- B. Menghapuskan nama dan sifat-sifat Muhammad yang tercantum di dalam kitab-kitab mereka, guna memutuskan hubungan kebenaran agama yang dibawa oleh beliau sebagai kelanjutan dari agama-agama sebelumnya.
Al-Quran yang diturunkan kepada kita secara gamblang menjelaskan bahwa Muhammad dan ummatnya telah disebutkan di dalam kitab-kitab suci langit sebelumnya serta telah diinformasikan oleh para nabi dan rosul yang diutus sebelum beliau . Alloh berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Alloh mengambil perjanjian dari para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa Kitab dan hikmah kemudian datang kepada kalian seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’. Alloh berfirman: ‘Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ mereka menjawab: ‘Kami mengakui’. Alloh berfirman: ‘Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian’.” (QS. Al-Imran [3]: 81)
Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas berkata : “Tidaklah Alloh mengutus seorang nabi pun kecuali Dia mengambil perjanjian kepadanya, jika Alloh mengutus Muhammad dan saat itu dia dalam keadaan masih hidup, sungguh dia akan beriman dan menolongnya. Serta Diapun memerintahkannya untuk mengambil perjanjian kepada ummatnya, jika Dia telah mengutus Muhammad dan mereka saat itu dalam keadaan hidup, mereka akan mengimani dan mendukungnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Kaum muslimin rahimakumullah…..
C. Mengubah ajaran-ajaran inti agama yang berupa tauhid dan kenabian
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka beribadahlah kepada-Ku’.” (QS. Al-Anbiya [21]: 25)
Demikianlah silih bergantinya para rosul dan para nabi seluruhnya: Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub, Musa dan Isa membawa dakwah tauhid kepada kaum mereka, memerintahkan pengabdian hanya kepada Alloh, Rabb mereka serta mendorong mereka untuk konsekuen terhadap syariat dan manhaj-Nya. Hal itu, agar kehidupan mereka di dunia dan di akhirat tegak lurus, hingga pada akhirnya Alloh mengutus Nabi kita Muhammad sebagai penutup para rosul guna memperbaharui dakwah tauhid (akibat penyimpangan yang terjadi).
Penyelewengan telah dilakukan kaum Yahudi ketika mereka menyembah anak sapi serta menjadikan ‘Uzair sebagai anak Tuhan. Penyelewengan pun telah terjadi pada kaum Nashrani ketika mereka menganggap Isa sebagai putera Tuhan yang menebus dosa umat manusia dan masih banyak lagi penyelewengan yang dilakukan oleh umat-umat di luar Islam yang mencoba memalingkan tauhid kepada bentuk-bentuk kesyirikan dan lain-lain.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.