Kebangkitan Islam dengan Kembali Kepada Kemurnian

Kebangkitan Islam dengan Kembali Kepada Kemurnian2

Tercapainya masyarakat Islami dan Khilafah di atas manhaj kenabian yang kita idam-idamkan hanya bisa dibangun oleh jiwa-jiwa yang komitmen kepada Islam yang murni. Jiwa-jiwa yang telah memahami Islam dan bertekad dengan sangat antusias untuk menitinya secara sempurna dan menyeluruh. Dan jiwa-jiwa seperti ini hanya bisa dibentuk oleh suatu dakwah yang kuat dan dakwah yang mengusung manhaj kemurnian. Yang menjadi pertanyaan adalah:“Kenapa harus dengan kemurnian?”

Berikut ini di antara dasar-dasar yang menjadi pijakan mengapa harus meniti dan mengusung manhaj kemurnian:

Para Rosul Mendakwahkan Kemurnian

Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman (yang artinya): )dahulu) Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Alloh mengutus para nabi, sebagai pemberi khabar gembira dan peringatan, dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” [QS. Al-Baqarah (2): 213].

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ibnu Abbas –Radhiyallahu ‘anhuma- berkata: Antara Nuh dan Adam -Alaihimassalam-  ada sepuluh kurun/generasi, semua di atas syari’at al haq (Islam yang hak), lalu mereka berikhtilaf (menyimpang) dari Islam yang murni, maka Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan peringatan.

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang dahulu sejak zaman nabi Adam -Alaihissalam- sampai nabi Nuh -Alaihissalam- semuanya berpegang kepada syariat Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  yang murni.

Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- mengutus para rosul untuk mengembalikan penyimpangan umat manusia kepada kebenaran dan kemurnian.

Rosululloh –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- pun hanya mengikuti dan mendakwahkan apa yang diwahyukan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- serta tidak sekali-kali memasukkan ke dalam Islam suatu ajaran yang berasal dari produk diri beliau sendiri. Sebagaimana firman Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- (yang artinya): “Wahai Rosul, sam-paikan apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. Dan jika tidak engkau kerjakan, maka (berarti) engkau tidak menyampaikan risalah-Nya..” [QS. Al-Maidah [5]: 67]

 Bahkan beliau –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- diancam oleh Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  sekiranya beliau mencemari kemurnian wahyu;

“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami. Niscaya benar-benar Kami genggam dia dengan sangat keras. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” [QS. al-Haqqoh (69): 44-46]

Terpalingkan dari Kemurnian Pasti Akan Tersesatkan

Benar sekali, siapa yang terpalingkan dari kemurnian Islam pasti akan tersesatkan. Karena hanya jalan kemurnianlah yang dijamin kebenarannya dan keselamatannya.

Rosululloh –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- telah menghabarkan bahwa umat akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, dan hanya satu golongan selamat yang berada di atas kemurnian. Yaitu mereka yang mengikuti jejak Rosululloh –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-  dan para sahabatnya dalam memahami Islam dan menerapkannya. Merekalah yang akan selamat dari kese-satan dan bahaya siksaan di dalam neraka.

…وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً قَالُوْا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ.

 “…dan ummatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat) bertanya: siapakah satu kelompok itu ya Rosululloh? Beliau menjawab: mereka yang mengikuti jejakku dan jejak sahabat-sahabatku”. (HR. At Tirmidzi No: 2643, Al Hakim dalam al-Mustadrok: 1/218 dan Al Lalikai: 1/99)

Tidak Mendakwahkan Kemurnian Berarti Mendakwahkan Kesesatan

Jaminan keselamatan dari Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- adalah ketika kembali kepada jalan kemurnian; sirotul mustaqim dan mendakwahkannya. Sebagaimana firman Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- (yang artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling menasehati dengan kebenaran dan saling menasehati dengan kesabaran” [QS. al Ashr [103]: 1-3]

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia semua tidak akan mendapatkan kesela-matan, kecuali mereka yang beriman dan beramal sesuai dengan Islam yang murni serta berdakwah dengan kebenaran yang murni dan sabar di saat meniti dan meng-awal kemurnian.

 “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menyimpangkan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al-An’am [6]:153)

Alasan apapun tidak akan pernah dibe-narkan ketika dakwah kemurnian harus dirubah menjadi dakwah kepalsuan apalagi hanya untuk sekedar menjaga persatuan di atas kebatilan!

Melepaskan sendi-sendi Islam satu demi satu tidak akan pernah membantu dalam mencapai masyarakat Islami dan Khilafah di atas manhaj kenabian, bahkan sebaliknya. Dan berkumpul di atas satu manhaj kepalsuan bukanlah persatuan yang diridhoi, dia adalah furqoh (penyimpangan/penyelewengan).

Tak ada kemurnian, tak ada kemenangan

Hanya para peniti dan pengusung kemurnianlah yang akan dimenangkan oleh Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-. Sebagaimana firman Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  (yang artinya):  “Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (QS. an-Nur [24] : 55).

Rosululloh –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-  pernah bersabda:

 لاَتَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ, لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ, حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُاللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ.

 “Senantiasa ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan memudlaratkan mereka orang yang menelantarkan (tidak menolong) mereka hingga hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.”  (HR. Muslim).

Ketika kemenangan dunia bukan ber-dasar atas kemurnian, maka kemenangannya hanyalah semu belaka dan bukan kemenang-an hakiki.

Demikianlah betapa pentingnya meniti dan menda’wah-kan kemurnian. Oleh sebab itu marilah kita besama-sama, mempelajari Islam yang murni, yang utuh, seperti yang disampaikan Rosululloh –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, Islam yang tidak ada padanya bentuk penyimpangan….

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot