Ittiba’ (kesetiaan mengikuti) Rosululloh merupakan sumber berbagai kemuliaan dan ke-bangkitan sejati di dunia dan di akhirat.
Hidayah Alloh akan didapat dengan ittiba’ kepada Rosululloh . (QS. al-Maidah [5]:15-16)
Kesuksesan diraih dengan mengimani Rosu-lulloh , mendukung, bersikap loyal dan ber-ittiba’ kepadanya. (QS. al-A’raf [7]: 157)
Keteguhan meniti kebenaran hanya tercapai dengan berittiba` kepada Rosululloh . (QS. Ali Imran [3]:173-174)
Begitu pula kemenangan dan kebangkitan pe-ran sebagai khalifah di muka bumi hanya terbukti dengan berittiba’ kepada Rosululloh . (QS. al-An’am [6]: 64)
Ini di dunia, lalu di akhirat?
Di akhirat, mereka yang berittiba’ akan berada di dalam barisan orang-orang yang loyal kepada para Nabi dan Rosul Alloh . (QS. Ali Imran [3]: 68)
Derajat yang mereka capai di akhirat kelak akan mengucur pula untuk anak cucu keturunan mereka yang beriman bersama mereka. (QS. ath-Thur [52]: 21)
Semua rasa takut dan duka tak mungkin lagi terjangkit di jiwa-jiwa mereka. Semua penuh ke-tentraman, kedamaian, kemuliaan dan kebaha-giaan tiada tara. (QS. al-Baqarah [2]: 38)
Tak ada satu keselamatan dan kehormatan tanpa pengikutan yang setia kepada Rosululloh . Semua fenomena kehormatan tanpa kesetiaan mengikuti Rosululloh akan musnah, sekalipun dibangun dalam waktu yang relatif lama.
Bahkan, sejarah telah membuktikan bahwa kemuliaan dan kejayaan yang sudah dibangun dan digenggam pun ternyata gugur dan hancur, saat ittiba’ mulia luluh lantak dipendam dalam kubur.
Dr. Ahmad Muhammad Shollabi dalam se-buah bukunya yang berjudul “Ad Daulatul `Utsma-niyyah; ‘Awamilun Nuhudh wa Asbabus Suquth” (Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah) menguraikan salah satu sebab utama runtuhnya khilafah penjaga kejayaan dan kemuliaan Islam:
“Sunnah Rosululloh di masa itu menjadi suatu hal yang sangat aneh, setelah diterpa topan badai bid`ah dengan demikian besar. Manusia bahkan berubah pandangan dengan beranggapan, bahwa bid’ah-bid’ah yang ada itu adalah inti dari agama. Mereka tidak ingin meninggalkannya, na-mun pada saat yang sama mereka telah melalaikan hukum-hukum Islam. Mereka berjuang demi bid’ah-bid’ah itu, bersumpah setia untuknya. Me-reka melihat bahwa apa yang mereka lakukan ada-lah sebagai pengabdian terhadap agama dan kaum Muslimin”.
Sayangnya keimanan tentang hal ini memudar bahkan hampir membeku mati di tengah-tengah umat Islam. Apa yang bisa diharapkan jika gerakan-gerakan Islam membangun persatuan di atas pemretelan ajaran-ajaran sunnah Rosululloh ? Cita-cita penegakan khilafah telah mengharuskan para pengusungnya lupa tentang kemurnian ajaran-ajaran yang telah disepakati oleh para sohabat Rosululloh ?
Lihatlah realita di sekeliling umat saat ini, ke-tika ittiba’ (kesetiaan mengikuti) Rosululloh kosong dalam jiwa dan realita mereka. Bumi pun mengingkari mereka, dunia merendahkan mereka dan mereka terlempar di belakang kafilah kehidupan bangsa.
Ingatlah pesan seorang sohabat Nabi yang diberi gelar turjumanul Qur`an, Ibnu ‘Abbas :
“Alloh menjamin bagi siapa saja yang mem-baca al-Qur’an dan berittiba’ dengan seluruh kan-dungannya, pasti tidak akan sesat di dunia dan tak akan celaka di akhirat.” (Jami` al-Bayan: 16/235)