Tetesan darah mulia itu terus membasahi tanah yang akan menjadi saksi sejarah umat tercinta ketika mereka mengabaikan perintah sang Utusan Mulia. Ya..Rosul berpesan kepada detasemen yang terdiri dari para pemanah ulung yang telah beliau tempatkan di atas bukit untuk tetap ditempat tanpa tergoda dengan keadaaan apa pun. Beliau berkata “lindungilah kami dengan anak panah kalian agar musuh tidak menyerang dari arah belakang! Tetaplah di tempat kalian baik kita berada dalam posisi menang atau terdesak! Lindungilah punggung kami, jika kalian melihat kami sedang bertempur, maka kalian tak perlu membantu kami, dan jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta rampasan, maka janganlah kalian turun bergabung bersama kami…. ! ”.
Penggalan kata–kata mulia itu merupakan strategi bijaksana dan rangkaian detail yang menggambarkan kecerdikan sang utusan mulia sebagai komandan perang. Begitulah Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam mengatur pasukannya pada perang uhud. Namun, wasiat agung itu terabaikan oleh detasemen pasukan pemanah sehingga kemenangan gemilang yang telah berada di pelupuk matapun hilang lenyap dengan menyisakan kepedihan dan penderitaan umat tercinta, serta menjadi sebuah tinta emas bagi generasi yang akan datang.
Penderitaan, kesengsaraan, kepedihan yang tak ternilai menyelimuti rasa pada jiwa dan raga kaum muslimin saat itu, begitulah adanya umat yang tidak mentaati perintah rosul-Nya. Kekalahan telak pada pertempuran yang sudah diambang kemenangan. Ya… perang uhud tengah berkecamuk saat itu dan semakin mengganas diantara kedua belah pihak. Pasukan kaum muslimin bertempur laksana air bah yang menghantam dan menjebol tembok bendungan yang sangat kokoh, sambil meneriakan takbir yang menggema dan menyeruak alam angkasa raya tempat yang Maha Rohman berada.
Sejenak kemudian pasukan mulia itu sudah menguasai keadaan, sekalipun mereka mengalami kerugian yang besar dengan syahidnya “Singa Alloh” sebagai pilar penjaga kesucian utama agama, ya… dialah Hamzah bin Abdul Mutholib rodhiyallohu ‘anhu. Dia terbunuh di barisan terdepan pasukan kaum muslim. Begitulah roda pertempuran terus berputar dan pasukan kaum muslimin yang sedikit justru dapat menguasai seluruh keadaan, sehingga sempat menyurutkan ambisi para dedengkot kafir Quraisy untuk meluluh lantakkan pasukan kaum muslimin. Bahkan membuat mereka lari tungganglanggang meninggalkan kancah pertempuran dan bendera kebesaran.
Detik-detik terakhir pada saat pasukan agung kaum muslimin yang kecil tinggal meraih kemenangan yang kedua atas kaum musyrikin, ketaatan para pemanah ulung yang ditempatkan di atas bukit meluntur karena kemilau harta rampasan perang serta jiwa yang diselimuti oleh rasa egoisme tinggi. Padahal saat itu komandan mereka Abdullah bin Zubair rodhiyallohu ‘anhu telah mengingatkan mereka untuk tetap di tempat sebagaimana yang telah rosul perintahkan. Namun jiwa mereka telah tertutupi oleh indahnya dunia sehingga mereka pun meninggalkan pos yang telah diamanahkan oleh rosul-Nya, akibatnya begitu memilukan dan sungguh menyedihkan. Pasukan yang gagah berani itu kini menjadi centang perenang. Mereka dikoyak oleh taring-taring kafir Quraisy yang sejak semula mengintai kelengahan detasemen pemanah yang berada di atas bukit itu
Disana juga terdengar teriakan “Muhamad telah terbunuh”. Sesaat barisan menjadi kacau balau, centang perenang serta keadaan semakin hingar-bingar, sungguh sangat jelas sahabat mendengar bahwa manusia mulia yang mereka cintai telah gugur. Mental pasukan Islam seketika itu jatuh serta semangat meraka pun semakin meredup bahkan hampir tak ada yang tersisa di dalam sanubari pasukan Islam. Kini mereka harus menerima kekalahan karena tidak mentaati titah rosul mulia.
Rosulalloh sholallohu ‘alaihiwasallam ternyata masih hidup. Beliau dikawal oleh Sembilan orang pasukan berani mati, mereka takkan rela Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam harus ternoda bahkan terluka. Nyawa mereka pun dipertaruhkan untuk menjaga tubuh sang utusan dari yang Maha Pemurah. Merekalah sembilan sahabat yang telah dijamin masuk surga oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam. Namun, begitu ganasnya pasukan musyrikin mengoyak dan mencabik barisan kaum muslimin sehingga sembilan orang pasukan berani mati pun tak sanggup menahan taring-taring Quraisy yang akan menerkam tubuh yang mulia. Dan saat itu adalah saat yang paling kritis di kehidupan baginda tercinta, dan tiba-tiba hantaman batu keras mengenai lambung beliau bahkan melukai gigi seri bagian kanan bawah bibir beliau dan taring-taring Quraisy masih terus memburu beliau.kemudian “braak” sebuah hantaman keras telah menghujam pada kening mulia beliau. Kening mulia itu terluka dan mengucurkan darah dihantam sebuah pukulan seorang kafir Quraisy. Darah suci yang mengalir dari tubuh yang semerbak menjadi tebusan karena ketidaktaatan para pengawal pada titah Rosul mulia. Sambil mengusap darah yang mengalir dari keningnya, beliau bersabda “Bagaimana mungkin suatu kaum akan mendapat keberuntungan jika mereka melukai wajah rosul-Nya dan memecahkan gigi serinya.”
Sejarah ini menjadi tinta emas bagi generasi penerus umat, mereka takkan pernah mendapat keberuntungan selama titah yang mulia mereka abaikan.!! Kekalahan telak pasukan kaum muslimin pada Perang Uhud karena mereka telah terpedaya oleh indahnya kemilau dunia, ya… rampasan perang membuat mereka lupa akan perintah rosul mulia, namun seketika itu mereka tersadar dari kelengahan mereka, dan mereka tebus kelengahan ini dengan pengorbanan darah dan jiwa mereka, sehingga kekalahan ini hanya sementara. Pasukan Islam akhirnya membalikan keadaan dan semuanya telah Alloh subhanahu wata’ala ampuni.
Saudaraku… dunia, harta, tahta, terkadang membuat umat tercinta lalai akan kehidupan abadi. Jangan sampai darah itu menetes kembali karena ketidaktaatan kita pada Sang Utusan Sejati. Sholawat dan salam kupersembahkan untukmu wahai rosul tercinta, kami akan mentaatimu agar keutuhan agama agung ini tetap murni dan terjaga.