Pembangun keluarga harmonis adalah cita-cita bagi setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan baru maupun lama tentu sangat menginginkan hidup bahagia dengan balutan iman hingga tercapilah keluarga sakinah, mawaddah dan rohmah. Harapan ini bukanlah isapan jempol belaka, karena uswah kita Rosululloh telah mencontohkannya kepada kita semua bahwa beliau sanggup menciptakan keluarga yang harmonis, keluarga yang dibangun di atas dasar keimanan dan ketakwaan.
Untuk lebih menyelami bagaimana sekilas kehidupan Rosululloh bersama keluarganya, mari kita simak di bawah ini.
Keakraban Rosululloh
Sesungguhnya kenabian Muhammad tidak menghalangi beliau dalam bercengkrama dengan istri-istrinya. Bahkan beliau selalu menggembirakan mereka dengan senda gurau. Aisyah mengisahkan:
“Suatu hari Rosululloh memanggilku untuk melihat orang-orang Habasy yang sedang bermain perang-perangan di masjid. Beliau bertanya apakah aku senang dengan permainan itu. Aku pun mengiyakan. kemudian Rosululloh yang berdiri di depanku menundukkan kedua pundaknya agar aku dapat melihat ke depan dengan jelas. Aku meletakkan daguku di pundak beliau dan menempelkan wajah di pipi beliau. Rosululloh bertanya apakah aku sudah puas. Aku pun menggelengkan kepala. Sebenarnya aku tidak begitu suka melihat mereka itu, tapi aku ingin memperlihatkan kedudukanku di sisi beliau. Dan kedudukan beliau di hadapanku. Aku ingin beliau menganggapku seperti gadis kecil yang ingin bermain.”
Aisyah juga meriwayatkan sikap Rosululloh ketika pulang dari Perang Tabuk atau Hunain. Beliau melihat aneka mainan di kamar Aisyah karena tirai yang menutupnya tertiup angin. Beliau serta merta bertanya tentang apa yang dilihat itu. Aisyah menjawab,
“Anak-anakku.”
“Apa itu di tengah-tengahnya?,” Tanya Rosululloh , ketika melihat ada kuda yang mempunyai dua sayap dari kain tambalan.
“itu kudaku,” jawab Aisyah .
“Apakah ada kuda yang mempunyai sayap?”, Tanya Rosululloh keheranan.
“Tidakkah engkau pernah mendengar kuda Nabi Sulaiman yang mempunyai banyak sayap,” jawab Aisyah .
Mendengar jawab demikian Rosululloh tertawa sampai tampak putih gigi serinya. (HR. Abu Dawud)
Suatu kali Rosululloh di tengah perjalanan bercanda dengan Aisyah sebagaimana riwayat Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasai.
Aisyah saat itu masih muda dan tubuhnya ramping dan kecil. Saat itu mereka dalam perjalanan bersama para sahabat. Rosululloh menyuruh para sahabat untuk berjalan lebih dahulu. Kepada Aisyah beliau berkata,
“Mari Aisyah, kita berlomba adu lari.”
Tatkala sedang berolmba, Aisyah berhasil mendahului dan memenangkan perlombaan itu. Kemudian satu kali peristiwa yang sama terjadi lagi. Ketika itu tubuh Aisyah tidak lagi seperti semula yang ramping dan kecil, kini ia telah gemuk sebelum berlomba. Seperti sebelumnya, Rosululloh menyuruh para sahabat untuk berjalan terlebih dahulu. Dan kepada Aisyah beliau berkata:
“Hai Aisyah, mari kita berlomba lagi.”
“Bagaimana saya dapat berlomba dengan keadaan demikian ya Rosululloh?”, jawab Aisyah .
“Tentu kami bisa melakukannya,” jawab Rosululloh .
Aisyah yang mempunyai tubuh gemuk tentu saja kalah dalam perlombaan itu. Rosululloh tersenyum melihat Aisyah yang tertinggal di belakang.
Rosululloh juga pernah minum dari tempat yang sama dengan istrinya. Bahkan di bekas mulutnya. Beliau juga menggigit daging di tempat bekas gigitan Aisyah meskipun saat itu Aisyah sedang haidh, sebagaimana diriwayatkan Muslim.
‘Aisyah juga pernah mandi bersama Rosululloh dalam satu tempat. Saat itu beliau berdua mandi janabat. Tangan mereka bersilang di bejana dan Rosululloh mendahului Aisyah. Terdengar Aisyah berseru kepada beliau,
“Sisakan airnya untukku, sisakan untukku!” (HR. al-Bukhori, Muslim dan lain-lain)
Rosululloh selalu bersiwak jika akan masuk rumahnya’ sebagaimana disebutkan Aisyah dalam riwayat Muslim.
Imam an-Nasai’, dan at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Aisyah berkata kepada para wanita,
“Perintahkan suami kalian agar beristinja’ dengan menggunakan air, karena Rosululloh selalu melakukan demikian.”
Rosululloh beristinja’ dengan batu sebagaimana dikatakan dan dilakukan Ibnu Umar . Beliau juga mempunyai alat khusus untuk berhias diri. Hadits yang meriwayatkan ini adalah hadits hasan dari Abu Daud.
Selain bercengkrama, Rosululloh juga selalu membantu istrinya dalam menyelesaikan urusan rumah tangga. Beliau mengerjakan sendiri apa-apa keperluan bagi dirinya selama itu dapat beliau kerjakan sendiri. Beliau tidak ingin membebani istrinya dengan hal-hal yang dapat beliau lakukan sendiri.
Kesetiaan, Kesabaran, dan keadilan Rosululloh
Kesetiaan Rosululloh terhadap istri beliau tidak pernah disangsikan lagi, terutama kepada Khodijah , hingga ‘Aisyah sering merasa cemburu dengan kesetiaan ini. Setiap kali Rosululloh menyebut nama Khodijah , setiap itu pula rasa cemburu Aisyah timbul. Sampai pada suatu ketika, Aisyah berkata,
“Mengapa anda masih menyebut-nyebut wanita tua yang sudah wafat itu? Bukankah Alloh sudah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik dan lebih muda?”
‘Demi Alloh! Alloh tidak akan pernah menggantikan untukku wanita yang lebih baik dari dia. Dia beriman kepadaku di saat semua orang mengingkariku. Dia membenarkanku ketika semua orang mendustakanku. Dia telah membantuku dengan hartanya saat tiada sudi lagi orang membantuku. Alloh telah pula mengaruniaku anak melalui rahimnya, sedang dari yang lain aku tidak mendapatkannya,” jawab Rosululloh marah.
Sejak kejadian itu, Aisyah sama sekali tidak berani lagi mengungkit-ngungkit hal yang sama. Apalagi mencela Khodijah . Kesetiaan Rosululloh kepada Khodijah memang pantas dijadikan teladan bagi pasangan suami istri.
Ada kisah menarik lainnya yang menggambarkan tentang kesabaran Rosululloh dalam menghadapi bahtera rumah tangganya. Suatu saat, rumah Rosululloh terlihat banyak orang di sana. Lantas, tidak lama berselang, datanglah Abu Bakar dan Umar , dan Rosululloh pun mempersilahkan mereka untuk masuk. Kepada mereka Nabi berkata,
“Mereka ini meminta nafkah kepadaku yang aku tidak mampu memenuhinya.”
Abu Bakar dan Umar serentak berdiri di depan putrinya masing-masing. Abu Bakar mencengkam Aisyah dan Umar terhadap Hafsoh . Mereka berkata,
“Keterlaluan! Mengapa kalian meminta sesuatu yang Rosululloh tidak mempunyainya!
“Demi Alloh, tidak! Kami tidak akan minta apa-apa yang tidak beliau miliki mulai saat ini,” jawab mereka.
Setelah peristiwa itu, Rosululloh mendiamkan istri-istrinya selama kurang lebih satu bulan sampai akhirnya turun ayat Alloh .
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kalian sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka marilah supaya kuberikan kepada kalian mut’ah dan aku ceraikan kalian dengan cara yang baik. Dan jika kalian sekalian menghendaki (keridhoan) Alloh dan Rosulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Alloh menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantara kalian pahala yang besar. (QS. al-Ahzab [33]: 28-29)
Begitulah kehidupan rumah tangga Rosululloh yang dapat kita jadikan pegangan dan suri teladan. Masih banyak lagi hal yang berkaitan dengan keteladanan beliau dalam kehidupan rumah tangga, namun untuk kali ini rasanya cukup dapat menjelaskan perpaduan teoritis dan praktis tuntunan ajaran Islam dalam hal berumah tangga.