Ketika Alloh Mencabut Penglihatanku

imagesPernahkah Anda membayangkan bagaimana seandainya bila penglihatan Anda diambil oleh sang Kholiq, Alloh ? Apakah yang akan terjadi pada Anda? Apakah yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan bisa tabah? Apakah Anda akan sanggup menanggungnya? Apakah Anda akan sanggup menjalani sisa hidup Anda di dunia tanpa mempunyai penglihatan? Begitulah yang sedang kualami saat ini. Nikmat penglihatan yang ku punya, dengan sekejap diangkat oleh Alloh . Semuanya terasa begitu berat untukku, saat itu aku berpikir “Bagaimana aku harus hidup tanpa penglihatanku? Untuk apa aku mempunyai mata jika fungsinya untuk melihat telah dicabut? Ya Alloh… Mengapa harus aku?? Mengapa tidak orang lain saja yang mengalami ini semua??”Sekarang barulah kusadari, ternyata Alloh menciptakan sesuatu tiada yang sia-sia. Semua yang Alloh  ciptakan itu pasti mempunyai maksud dan tujuan. Alloh  menginginkan penglihatan yang diberikan-Nya itu dipergunakan sebaik-baiknya. Bukan untuk bermaksiat, bukan pula untuk disalahgunakan.

Hidupku sangat bergelimangan harta. Semua barang-barang yang diinginkan oleh anak-anak seusiaku telah aku dapatkan. Dalam usia SMA aku sudah mempunyai mobil, HP tercanggih, uang jajan yang sangat lebih dari cukup setiap bulannya. Banyak teman-temanku yang iri kepadaku. Semua itu aku dapatkan karena Alhamdulillah aku adalah anak dari seorang pengusaha yang lumayan sukses, sehingga kami sekeluarga bisa hidup mapan. Tapi sayangnya orangtuaku tidak pernah memberikan bekal pendidikan agama yang cukup. Pelajaran agama yang kudapat hanyalah 2 jam pelajaran saja dalam 1 minggu. 2 jam itupun bukanlah 2 jam yang sesungguhnya, tapi hanyalah 2×45 menit setiap minggunya. Orangtuaku juga sangat membebaskan anak-anaknya, karena mereka cenderung lebih sibuk dengan bisnis yang mereka punya. Sebenarnya keluargaku cukup harmonis, kami cukup sering bisa ngobrol-ngobrol satu sama lain walaupun kadang hanya bisa dilakukan pada saat sarapan pagi atau makan malam. Aku punya kebiasaan sangat buruk, sebagai seorang anak perempuan, aku sangat menyukai kehidupan malam di Jakarta. Aku sangat menyukai clubbing, yaitu berada di klub malam dan bersenang-senang bersama teman-temanku. Jam 9 malam yang seharusnya dipergunakan untuk beristirahat, malah kupergunakan untuk keluar rumah bersama teman-teman untuk bersenang-senang. Waktu remajaku banyak sekali kuhabiskan untuk bermaksiat kepada Alloh .

Aku merasa hidupku telah aku sia-siakan. Sampai suatu saat ada satu kejadian yang akhirnya telah mengubah seluruh hidupku. Suatu malam saat usiaku telah genap 21 tahun, aku mengalami sakit yang cukup luar biasa aku rasakan. Aku mengalami demam hampir seminggu, sampai orangtuaku sangat panik dan membawaku ke rumah sakit yang cukup terkemuka di Jakarta. Seminggu sudah aku dirawat di sana, tapi kondisiku belum juga membaik. Sampai akhirnya suatu pagi aku bangun, tapi semuanya sangat gelap. Aku tidak bisa melihat apapun. Aku langsung berteriak histeris  memanggil ayah dan ibuku sekencang-kencangnya. Sayangnya saat itu tidak ada satupun keluargaku yang berada di sampingku. Saat aku teriak, yang datang hanyalah seorang suster jaga yang sedari malam bertugas piket di sana. Aku terus menerus berteriak histeris, sampai pada akhirnya 1 jam kemudian orang tuaku datang. Beberapa menit kemudian mataku diperiksa oleh dokter di sana. Kemudian karena mereka tidak sanggup, mereka memanggilkan seorang dokter spesialis mata untuk memeriksaku. Keesokan harinya, orangtuaku dipanggil dokter untuk memberitahukan hasil dari pemeriksaanku, dan setelah itu dokter beserta orangtuaku memberitahukan semuanya juga kepadaku. Ternyata aku mengalami kerusakan pada kornea mataku yang sudah menjalar ke syaraf-syarafnya. Ya Alloh…. Apa yang telah terjadi padaku?? Mengapa kau timpakan semua ini kepadaku?? Aku sangat terpukul, dan aku menangis sejadi-jadinya. Karena menurut dokter, jikalaupun dilakukan operasi dan pencangkokan mata pun, hasilnya akan kurang maksimal, karena mataku hampir mengalami kerusakan permanen.

Orangtuaku berusaha mencarikan dokter yang terbaik untukku sampai kami beberapa kali bolak-balik keluar negeri hanya untuk berobat. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Semua dokter pesimis tentang keadaan mataku yang menurut mereka sudah tidak bisa tertolong lagi.

“Ya Alloh… Mengapa semua ini harus terjadi kepadaku? Apakah ini hukuman dari-Mu karena selama ini aku selalu durhaka kepada-Mu? Ya Alloh… aku rasanya sudah tidak sanggup hidup lagi… apa yang bisa kulakukan tanpa penglihatanku? Hidupku sudah berakhir… aku lebih baik mati saja…” Begitulah aku meratap setiap malam. Hidup ini seakan sudah berakhir untukku. Aku rasanya tak sanggup lagi melanjutkan hidup ini. Aku merasa Alloh tidak adil kepadaku.

Saat aku masih di rumah sakit, ada seorang perempuan yang mengajak aku berkenalan. Menurut pengakuannya, dia seusia denganku. Ternyata dia adalah gadis yang supel, sehingga akupun merasa sangat terhibur dengan kedatangannya. Ia banyak bercerita tentang keluarganya, teman-temannya, dan bahkan kehidupannya. Aku merasa senang sekali bertemu dengannya, dan dengan cepat kami menjadi akrab. Aku merasa Alloh telah mengirimkan dia untuk menjadi temanku. Ibunya sedang dirawat di sana dan ada di samping kamarku. Setelah pulang dari rumah sakit, kami masih terus berinteraksi via HP. Aku bisa  menggunakan HP dengan dibantu oleh adikku. Suatu hari, ia ingin main ke rumahku. Sebut saja namanya Aisyah. Baru beberapa hari saja berteman dengannya, rasanya aku sudah tau banyak tentangnya. Aisyah adalah gadis yang cerdas dan sholihah. Begitu banyak ia memberikan nasihat-nasihat dan tausiah kepadaku. Setelah menerima berbagai masukan darinya, perlahan aku mulai merasa membaik dan mulai bisa menerima keadaanku sekarang ini. Orangtuaku pun sangat senang dengan perubahanku ini. Mereka bilang sekarang aku lebih ceria.

Alhamdulillah ya Alloh, Kau telah mengirimkan seorang teman berhati malaikat untukku. Aku sangat sayang padanya. Aku mulai belajar rajin sholat, belajar mengaji dengan dituntun olehnya, dan belajar banyak ilmu agama darinya. Kemudian aku mulai belajar mengenakan hijab. Aku mengenakan baju-baju yang menutup aurat. Sekarang aku merasa lebih tenang menjalani hidup, dan aku merasa sudah lebih ikhlas dalam menerima keadaanku. Sekarang tangisanku setiap malam kepada Alloh hanyalah untuk memohon ampunan dari-Nya. Aku tidak lagi meratapi keadaanku. Jauh di lubuk hati, aku sangat bersyukur karena Alloh telah memberikan hidayahnya kepadaku melalui seorang temanku.

Tapi ada 1 hal yang membuat aku tidak mengerti, mengapa Alloh   harus mencabut penglihatanku dulu baru aku bisa bertaubat? Mengapa aku harus mengalami kejadian seperti ini dulu baru aku bisa sadar? Tapi aku masih bersyukur karena hanya penglihatanku saja yang diangkat sehingga aku masih bisa bertaubat. Bagaimana bila ternyata ruhku yang engkau angkat? Pasti aku sudah tidak bisa bertaubat lagi.

Ya Alloh…. Ampunilah segala kesalahan-kesalahanku, begitu banyak maksiat yang telah kulakukan kepada-Mu…

Alhamdulillah sekarang aku bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik. Aku merasa bisa lebih tabah, lebih kuat, dan merasa lebih dekat kepada Alloh .

Ukhty fillah, semoga kalian semua bisa mengambil hikmah dari pengalaman hidupku ini… jangan sampai kalian semua harus mengalami hal / kejadian yang buruk dulu baru kalian bisa bertaubat. Senantiasalah perbaharui taubat kalian, karena sesungguhnya Alloh sangat menyukai orang-orang yang senantiasa memperbaharui taubatnya. Aku mohon doanya dari ukhty fillah, mudah-mudahan aku bisa tetap tegar dan tabah dalam menjalani sisa hidupku ini.

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot