Umat Islam dari dahulu senantiasa berusaha untuk mem-perjuangkan dan menegakan ajaran Islam dimuka bumi ini, mereka meluangkan waktu mereka untuk mempelajari Islam, mengamalkannya, mendakwaahkannya serta memperjuangkaannya. Ini semua karena kesadaran yang tinggi bahwa Islam adalah satu-satunya jalan yang benar yang harus ditempuh oleh setiap insan. Mereka rela berkorban dengan harta dan jiwa untuk menyebarluaskan Islam, untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada mahluk menjadi penghambaan kepada Alloh saja, mengeluarkan manusia dengan izin Alloh dari kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam, dari kedzoliman aturan manusia dan agama-agama batil kepada keadilan Islam.
Diantara perjuangan Umat Islam yang telah membantu penyebaran Islam adalah Perang Yarmuk yang terjadi antara kaum Muslimin melawan pasukan Romawi (Bizantium), negara super power saat itu. Peperangan ini terjadi pada masa Kholifah Abu Bakar as-Shidiq pada tahun 13 H disebuah daerah bernama Yarmuk yang merupakan suatu tempat di wilayah Syam (Syam sekarang meliputi Suriah, Palestina, Yordania dan Libanon).
Peperangan Yarmuk termasuk perang yang sangat besar dimana Raja Heraklius mengirimkan sekitar 240.000 pasukan yang terdiri dari 80.000 tentara bersenjata lengkap, 80.000 pasukan berkuda dan 80.000 pasukan yang berjalan kaki. Diceritakan pula ada 30.000 pasukan pejalan kaki yang diikat dengan rantai agar tidak lari dari peperangan.
Sementara saat itu pasukan kaum Muslimin yang dipersiapkan hanya sekitar 27.000 yang terdiri dari 21.000 mujahidin dibawah pimpinan Abu Ubaidah dan ditambah pasukan Ikrimah bin Abu Jahal sejumlah 6.000. Mengetahui jumlah pasukan Romawi yang begitu besar maka Abu Ubaidah segera mengirim surat kepada Abu Bakar di Madinah untuk mengabarkan keadaan lawan. Abu Bakar pun akhirnya memerintahkan kepada mereka agar bersatu menjadi satu pasukan dalam menghadapi kaum musyrikin, beliau juga menyampaikan: “Bahwa kalian adalah penolong agama-agama Alloh dan Alloh Penolong siapa yang menolong (agama)-Nya, ia akan menghinakan kekufuran, Alloh tidak akan memberikan kekalahan kepada kalian karena jumlah kalian yang sedikit, akan tetapi dosa-dosa kalianlah yang akan menyebabkan kekalahan maka jagalah diri kalian dari dosa.”
Beliau juga menyampaikan akan membuat gentar pasukan Nasrani dengan mengirimkan Kholid bin Walid , maka beliau pun memerintahkan Kholid bin Walid sebagai salah satu yang disebut sebagai “Pedang Alloh ” yang hampir tidak pernah mengalami kekalahan dalam perang untuk segera berangkat dari Irak ke Yarmuk membantu pasukan Abu Ubaidah dan Ikrimah , dan dialah yang diangkat sebagai panglima perang disana. Maka Kholid pun berangkat dan membawa 9.000 mujahidin, hingga jumlah semua personil kaum muslimin sekitar 36.000. Merekalah yang akan menghadapi 240.000 pasukan Romawi, sungguh jumlah yang tidak sebanding. Namun yang demikian tidak menggentarkan dan melemahkan kaum Muslimin untuk menghadapi mereka karena mereka yakin, kemenangan berasal dari sisi Alloh dan akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak.
Hampir semua tentara Muslim gembira dengan penunjukan Kholid bin Walid sebagai seorang pemimpin. Karena ia memiliki kemahiran dan keberanian dalam perang yang mengagumkan setiap orang. Dan selama memimpin perang, pasukannya senantiasa meraih kemenangan.
Kholid bin Walid tidak takut dengan tentara Romawi yang berkali-kali lipat banyaknya dari jumlah pasukan kaum Muslimin. Ia membagi tentara Muslim menjadi 40 rombongan besar untuk memberi kesan seolah-olah mereka lebih besar daripada musuh.
Strategi Kholid ternyata sangat ampuh, kegigihannya dalam memimpin pasukan membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan Muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Disaat terjadi peperangan ternyata kholifah Abu Bakar meninggal dan digantikan oleh Kholifah Umar bin Khoththob . Diantara langkah awal yang diambil Umar adalah memecat Kholid dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar hawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Kholid untuk meraih kemenangan. Hal demikian sangat bertentangan prinsip Islam.
Namun Kholid sebagai Panglima Besar yang telah berperan dalam berbagai penaklukan, menerima keputusan itu dengan ikhlas. Ia berkata: “Saya berjihad bukan karena Umar, tapi karena Alloh ”. Maka ia tetap berjihad dijalan Alloh membantu Abu Ubaidah di medan tempur dan tidak mengurangi kegigihannya dalam perjuangan apalagi mundur dari perjuangan. (Red-Hasmi/IH/Didi Wahyudi, S.Ud)