Keutamaan Mendukung Dakwah Di Jalan Alloh

Keimanan adalah dasar persaudaraan seseorang hamba. Seorang muslim adalah saudara bagi seorang muslim lainnya sekalipun berbeda nasab dan asal daerahnya. Mencintai seorang muslim adalah sebuah keimanan. Kecintaan seorang muslim kepada muslim lainnya diwujudkan dengan mengharapkan kebaikan, mendukung, membantu, dan mendoakan kebaikan-kebaikan untuknya sebagaimana dia selalu mengharapkan kebaikan untuk dirinya.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.”
(QS.al-Hujurat: 10)

رَوَى اْلبُخَارِيُّ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, beliau meriwayatkannya dari Nabi sholallohu’alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. al-Bukhari)

Pada dasarnya seorang muslim memiliki dasar kewajiban yang sama terhadap agamanya. Mengamalkan nilai-nilai agama Islam dan mendakwahkannya di antara kewajiban masing-masing individu seorang muslim. Siapapun dari ummat Islam, sama-sama mempunyai kesempatan untuk ikut mendakwahkan agama Islam. Dakwah adalah tugas setiap muslim sesuai batas tingkat ilmu dan kemampuannya.

رَوَى اْلبُخَارِيُّ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah ibn Amr bahwa Nabi S.A.W. bersabda, “Sampaikahlan oleh kalian dariku sekalipun hanya satu ayat.”
(HR. al-Bukhari)

روى مسلم عن أبي سَعِيدٍ قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ « مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ »
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya, dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim)

Allah subhanahu wata’ala telah mengutus para Nabi dan Rosul untuk mendakwahkan agama Islam kepada ummat manusia. Setelah wafatnya para Nabi, maka dakwah diteruskan oleh generasi yang mengikuti jejaknya, meraka adalah genarasi pewaris para Nabi. Tugas utama generasi para Nabi adalah mendakwahkan ajaran Islam kepada ummat manusia. Tugas dakwah berarti tugas kemuliaan yang diemban oleh orang-orang mulia.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (berdakwah) kepada Alloh dengan ilmua yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
(QS. Yusuf: 108)

Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَم
“Demi Alloh! Andaikata denganmu seseorang diberi petunjuk hidayah maka itu lebih baik dari onta merah (kendaraan terbaik orang arab).”
(QS. al-Bukhari)

رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ »
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Kewajiban mendakwahkan Islam bukan dibebankan kepada orang atau lembaga tertentu. Karenanya, seorang muslim harus saling bantu-membantu dalam mendakwahkan agama Alloh subhanahu wata’ala. Membantu amal dakwah merupakan amal shalih yang agung nan mulia. Setiap orang yang terlibat dalam sebuah amal kebaikan maka dia akan mendapatkan bagian pahalanya. Besar kecilnya sebuah pahala ditentukan berdasarkan besar kecilnya kontribusi seseorang dalam dakwah. Kontribusi dalam dakwah bisa dilakukan dengan ilmu, tenaga, harta, pikiran, dukungan dan bahkan bisa membantu dengan doa untuk kemajuan dakwah dan para penitinya.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan kalian tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”
(QS. al-Maidah: 2)

رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ »
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Mas’ud al-Anshari, beliau berkata: Rasulalloh sholallohu’alaihi wasallam. bersabda, “Barangsiapa yang memberi petunjuk suatu amal kebikan maka baginya bagian pahala sebagaimana orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim)

Menginfakan harta untuk terselenggaranya amal dakwah termasuk infak Fiisabilillah. Buah dari amal berinfak akan kembali kepada orang yang mengeluarkannya. Orang yang menginfakkan hartanya dijanjikan Alloh subhanahu wata’ala dengan masuk Surga melalui pintu sedekah. Infak merupakan wujud nyata sifat dermawan, solidaritas keimanan. Infak dapat mensucikan diri dari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, cinta dunia, dan sombong. Sejarah emas kesuksesan dakwah Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam tidak terlepas dari kisah para sahabat-sahabat Nabi yang begitu antusias meninfakkan hartanya demi kelancaran perjuangan dakwah Islam.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(QS. al-Baqarah: 274)

Rosullulloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
“Barngsiapa termasuk orang yang senantiasa bersedekah maka dia akan dipanggil masuk Surga lewat pintu sedekah.”
(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Mencintai dakwah dan para pelakunya merupakan konsekuensi dari iman. Kecintaan kepada para pengusung dakwah karena amal dakwah mereka. Setiap muslim hendaknya menjaga diri dari perbuatan menyakiti, mendzalimi, dan terlebih menghalang-halangi dakwah Islam. Hal ini disebabkan karena bisa jadi orang-orang yang beramal mendakwahkan Islam adalah orang-orang yang dicintai Alloh subhanahu wata’ala karena mereka berada dalam amal taqwa.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
“Alloh adalah wali bagi orang-orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
(QS. al-Baqarah: 257)

رَوَى اْلبُخَارِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Alloh berfirman: Barangsiapa yang memusuhi para wali-ku maka Aku menyatakan perang terhadapnya.”
(HR. al-Bukhari)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar bahwa Rasululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda,
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Alloh akan memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Alloh akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya pada hair kiamat.”
(HR. Muslim)

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot