Dari Imran bin Abdullah, dia berkata, :Said mempunyai atas harta yang ada di Baitul Mal sebanya 30-an ribu. Dia diundang untuk mengambilnya, akan tetapi dia menolaknya. Dia berkata, “Aku tidak membutuhkannya, hingga Alloh berkenan memberikan keputusan yang adil antara aku dan Bani Marwan.”
Dari Ali bin Zaid, dia berkata, “Seseorang pernah berkata kepada Said bin Al-Musayyib, “Apa pendapat Anda tentang Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi yang tidak pernah mengutus seseorang kepada Anda dan tidak pula menyakiti Anda?” Said menjawab, “Demi Alloh, hanya saja dia pernah masuk masjid dengan ayahnya, kemudian melakukan sholat yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya. Lalu, aku segera segenggam kerikil dan aku lemparkan kepadanya dan Al-Hajjaj pun berkata, “Aku merasa telah melakukan sholat dengan baik.”
Dari Imran bin Thalhah Al-Khuza’I, dia berkata, “Pada suatu ketika, Abdul Malik bin Marwan menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di Madinah dan berdiri di pintu Masjid Nabawi, dia mengutus seorang pengawalnya kepada Said bin Al-Musayyib untuk memanggilnya. Akan tetapi Said bin Al-Musayyib tidak memperdulikannya.
Kemudian, utusan khalifah itu mendatangi dan mengatakan, “Penuhilah panggilan Amirul Mukminin yang sedang berdiri di pintu Masjid, dia ingin berbincang-bincang denganmu!” Dia menjawab, “Amirul Mukminin tidak mempunyai urusan apapun denganku, dan aku pun tidak mempunyai urusan sedikitpun dengannya. Kalau memang dia mempunyai keperluan denganku, pastinya itu salah alamat.”
Kemudian, utusan khalifah itu kembali dan melapor. Khalifah berkata, “kembalilah dan katakan kepadanya bahwa aku hanya ingin berbicara dengannya dan tidak ingin apa-apa.” Lalu utusan itu berkata kepadanya, “Penuhilah undangan Amirul Mukminin!” Said pun menjawab seperti semula.
Akhirnya pengawal itu pun berkata dengan berangnya, “Kalaulah dia tidak memerintahkanku untuk memanggilmu, maka aku tidak akan kembali menghadap kepadanya kecuali dengan membawa kepalamu. Amirul Mukminin hanya ingin berbincang-bincang denganmu dan kamu bersikap seperti ini?” Said menjawab, “Jika memang Amirul Mukminin ingin berbuat baik kepadaku, maka Anda akan mendapat keuntungannya. Dan, jika dia menginginkan selain itu, maka aku tidak akan berdiri hingga harus ada seorang penengah di antara kami.”
Pengawal itu pun kembali dan melaporkan apa yang di dengarnya. Kemudian Amirul Mukminin berkata, “Semoga Alloh memberikan rahmat kepada Abu Muhammad, dia memang bandel dan keras hati.”
Dari Amr bin Ashim dari Salam bin Miskin dari Imran bin Abdullah bin Thalhah Al-Khuza’i, dia berkata, “Ketika Al-Walid resmi diangkat sebagai khalifah, dia datang ke Madinah. Setelah berada di Madinah, dia lalu masuk ke sebuah masjid dan melihat seseorang yang sudah tua dikelilingi banyak orang.
Al-Walid bertanya, “Siapa orang itu?” Orang-orang di situ menjawab, “Dia adalah Said bin Al-Musayyib.” Ketika sang khalifah duduk, dia mengutus pengawalnya untuk memanggil Said bin Al-Musayyib. Lalu, utusan khalifah itu pun mendatanginya dan mengatkan, “Patuhilah panggilan Amirul Mukminin!”
Dia menjawab, “Mungkin anda salah menyebut dan mungkin dia mengutus Anda kepada orang selain aku.” Kemudia khalifah utusan itu kembali dan melaporkan sikap Said itu, sehingga membuat sang khalifah marah dan berniat untuk menghampirinya sendiri.
Pada saat itu, orang-orang masih sangat ramai didalam masjid, sehingga mereka menyambut sang khalifah dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, dia adalah ulama fikih di Madinah, pembesar kau Quraisy dan juga teman dari ayahmu. Tidak ada seorang pun dari para khalifah yang bisa membuatnya memenuhi panggilan mereka.” Mereka mengatakan begitu berulang-ulang, hingga akhirnya sang khalifah pun pergi darinya.”
Mungkin saja dia tidak mau memenuhi panggilan para khalifah tersebut karena melihat kezhaliman yang mereka lakukan dalam menjalankan pemerintahan. Buktinya, dia pernah memenuhi panggilan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang pada saat itu sedang menjabat sebagai walikota Madinah.”
Ibnu sa’ad dalam kitab Ath-Thabaqat dari Malik bin Anas mengatakan, “Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah, dia tidak pernah tidak pernah memutuskan suatu perkara kecuali setelah meminta pendapat dan bermusyawarah dengan Said bin Al-Musayyib.
Pada suatu ketika, khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengutus pengawalnya untuk menanyakan suatu permasalahan. Kemudian, pengawal tersebut mengundangnya dan mengajaknya datang ke istana. Setelah Said datang, Umar bin Abdul Aziz buru-buru berkata, “Utusanku telah melakukan kesalahan, aku hanya ingin menanyakan kepadamu tentang suatu permasalahan di majelismu.”
Dari Salamah bin Miskin, di berkata, “Imran bin Abdullah telah memberitahukan kepada kami, dia berkata “ Aku melihat sosok Said bin Al-Musayyib adalah seorang yang lebih ringan untuk berjuang di jalan Alloh dari seekor lalat.”