Beliau termasuk pemuka kaum wanita yang masyhur dengan keutamaannya, nasabnya dan kemuliaanya. Awalnya ia menikah dengan Mas’ud bin Amru ats-Tsaqafi sebelum masuk Islam, sebagaimana beliau. Tidak banyak aktifitas yang dilakukannya, hanya saja ia gemar sekali berkunjung ke rumah saudaranya yaitu Ummu Fadhl sehingga beliau banyak mendengar sebagian kajian-kajian keislaman dan tentang nasib dari kaum muslimin yang berhijrah. Sampai kabar tentang Badar dan Uhud yang mana hal itu menimbulkan bekas yang mendalam pada dirinya.
Tatkala tersiar berita kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar, kebetulan ketika itu Maimunah berada di rumah saudara kandungnya yaitu Ummu Fadhl, maka dia juga turut senang dan sangat gembira. Namun manakala dia pulang di rumah suaminya ternyata dia mendapatkan bahwa suaminya sedih dan berduka cita karena kemenangan kaum muslimin. Maka hal itu memicu mereka pada pertengkaran yang mengakibatkan perceraian. Maka beliau keluar dan menetap di rumah al-‘Abbas.
Pada saat Rosululloh dan para sahabatnya menunaikan haji ke Makkah, maka pada saat itu kaum Quraisy tidak bisa menghentikan mereka. Bahkan kaum quraisy ketika itu pergi, mengundurkan diri dan pergi ke bukit-bukit serta gunung-gunung karena mereka tidak kuasa melihat Muhammad dan para sahabatnya kembali ke Makkah dengan terang-terangan, dengan kekuatan dan penuh wibawa. Yang tersisa hanyalah para laki-laki dan wanita yang menyembunyikan kaimanan mereka sedangkan mereka mengimani bahwa pertolongan sudah dekat.
Maimunah adalah salah seorang yang menyembunyikan keimanannya tersebut. Beliau mendengarkan suara yang keras penuh keagungan dan kebesaran. Beliau tidak berhenti sebatas menyembunyikan keimanan, akan tetapi yang beliau inginkan adalah agar dapat masuk Islam secara sempurna dengan penuh izzah (kewibawaan) yang tulus agar terdengar oleh semua orang tentang keinginannya itu. Dan di antara harapannya adalah kelak akan bernaung di bawah atap nubuwwah sehingga dia dapat minum pada mata air agar memenuhi perilakunya yang haus akan aqidah yang istimewa tersebut, yang akhirnya merubah kehidupan beliau menjadi seorang pemuka bagi generasi yang akan datang. Akhirnya harapan untuk menikah dengan Rosululloh pun terkabul. Nabi menerimanya dengan mahar 400 dirham. Dalam riwayat lain, bahwa Maimunah adalah seorang wanita yang menghibahkan dirinya kepada Nabi maka turunlah ayat dari Alloh .
“… dan perempuan mukmin yang menyerahkan diri kepada Nabi kalau nabi menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bahkan untuk semua orang mukmin…” (QS. al-Ahzab: 50)
Mujahid berkata, “Dahulu namanya adalah Bazah, namun Rosululloh menggantinya dengan Maimunah. Maka sampilah Maimunah ke Madinah dan menetap di rumah nabawi yang suci sebagaimana cita-citanya yang mulia, yakni menjadi ummul mukminin yang utama, menunaikan kewajiban sebagai seorang istri dengan sebaik-baiknya, mendengar dan ta’at, setia dan ikhlas. Setelah Nabi menghadap Ar-Rofiiqul A’la, Maimunah hidup selama bertahun-tahun hingga 50 tahunan. Semuanya beliau jalani dengan baik dan takwa, serta setia kepada suaminya penghulu anak Adam dan guru seluruhnya manusia yakni Muhammad bin Abdulloh . Hingga karena kesetiaannya kepada suaminya, beliau berpesan agar dikuburkan di tempat di mana dilaksanakan walimatul ‘urs dengan Rosululloh .
‘Atho’ berkata, “Setelah beliau wafat, saya keluar bersama Ibnu Abbas. Beliau berkata, “Apabila kalian mengangkat jenazahnya, maka janganlah kalian menggoncang-goncangkan atau menggoyang-goyangkan.” Beliau juga berkata, “Lemah lembutlah kalian dalam memperlakukannya karena dia adalah ibumu.”
Berkata ‘Aisyah setelah wafatnya Maimunah, “Demi Alloh telah pergi Maimunah, mereka dibiarkan berbuat sekehendaknya. Adapun demi Alloh beliau adalah yang paling takwa di antara kami dan yang paling banyak bersilaturahmi.
Keselamatan semoga tercurahkan kepada Maimunah yang mana dengan langkahnya yang penuh keberanian tatkala masuk Islam secara terang-terangan membuahkan pengaruh yang besar dalam merubah pandangan hidup orang-orang musyrik dari jahiliyah menuju dienulloh seperti Kholid dan Amru bin ‘Ash dan semoga Alloh meridhoi para shahabat seluruhnya.