Mengawali Kebangkitan Ummat dengan DaKwah Sirriyah

Di antara perintah Robbani pertama kali yang diturunkan dalam al-Quran adalah  perintah  memberi peringatan dan menyampaikan wahyu kepada seluruh mahluk. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu beri peringatan!” (QS. al-Mudatsir [74]: 1-2). Dan turunnya surat ini kepada Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam di awal kerosulannya sangatlah jelas menandai arti pentingnya da’wah sebagai upaya menyiarkan agama Alloh kepada seluruh umat manusia.

Realita Keterpurukan di Makkah.

Seperti yang sudah diketahui bahwa kotaMakkah merupakan pusat agama bagi bangsa Arab. Di sana terdapat para pengabdi Ka'bah dan tiang sandaran bagi berhala dan patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Untuk mencapai sasaran perbaikan yang memadai terhadap kondisi yang ada nampaknya akan bertambah sulit dan keras jika jauh dari jangkauan kondisionalnya. Karenanya, kondisi tersebut membutuhkan tekad baja yang tak mu-dah tergoyahkan oleh beruntunnya musibah dan bencana yang menimpa; maka adalah bi-jaksana dalam menghadapi hal itu, Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam memulai da’wah secara sirri (sembunyi-sembu-nyi) agar penduduk Makkah tidak dikagetkan dengan hal yang (bisa saja) memancing emosi mereka.

Gelombang Pertama Penerima Da’wah

Sudah menjadi suatu hal yang lumrah danalami jika Rosululloh shalallohu alaihi wa sallammenyampaikan da’wah rahasianya itu kepada orang yang paling dekat dengannya, baik dari keluarga maupun teman-teman dekat yang dikenalnya.

Dari upaya da’wah sembunyi-sembunyi itu Beliau berhasil mengajak sang isteri (Khodijah rodhialallohu ‘anha ). Bahkan ulama telah berijma’ bahwa Khodijah adalah orang pertama sekaligus wanita pertama yang masuk Islam, kemudian disusul Ali bin Abi Thalib  rodhiallohu ‘anhu (putra paman Beliau yang masih belia), dan Zaid bin Haritsah (seorang budak yang kemudian menjadi anak angkat). Lalu Rosululloh shalallohu alaihi wa sallamjuga berhasil mengajak Abu Bakarrodhiallohu ‘anhu.

Kemudian tanpa menunda-nunda, Abu Bakar pun segera bangkit dan bergiat dalam menda’wahkan agama Islam. Dia adalah sosok laki-laki yang lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu me-ngunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena keintelekan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Dia terus berda’wah kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berin-teraksi dan bermajelis dengannya.

Berkat hal itu -ba’dallohi ta’ala-, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana al-Umawi,az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrah-man bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqash az-Zuhri-yan dan Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Ke-delapan orang inilah yang terlebih dahulu ma-suk Islam dan merupakan (As-Sabiquun al-Awwaluun)gelombang pertama dan palang pintu Islam. Selain itu tercatat pula golongan yang pertama kali masuk Islam dari hasil da’-wah sembunyi-sembunyi yang dilakukan Rosululloh shalallohu alaihi wa sallamdan para shahabatnya, diantaranya adalah Bilal bin Rabah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh Abu 'Ubaidah 'Amir bin al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin 'Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam, 'Utsman bin Mazh'un beserta ke-dua saudaranya yakni; Qudamah dan 'Abdullah, 'Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid al-'Adawy dan isterinya yakni; Fathimah binti al-Khaththab al-'Adawiyyah (saudara perempuan dari 'Umar bin al-Khaththab) serta banyak lagi selain me-reka. Mereka semua terdiri dari suku Quraisy, bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang.

Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian banyak orang yang masuk Islam secara berbondong-bondong, baik laki-laki maupun wanita sampai akhirnya tersiarlah gaung "Islam" di seantero Makkah dan mulai banyak menjadi bahan per-bincangan orang.” (Sirah Ibnu Hisyam, 1/245-262)

Mereka semua masuk Islam secara sem-bunyi-sembunyi. Maka cara yang sama pun dilaklukan oleh Rosululloh shalallohu alaihi wa sallamdalam pertemuan beliau dengan pengarahan agama dan penggem-blengan di rumah Arqom bin Abil Arqom di Makkah. Adapun ketika itu Wahyu telah turun secara berkesinambungan dan memuncak se-telah turunnya permulaan surat al-Mudatstsir.

Ayat-ayat dan penggalan-penggalan surat yang turun pada masa ini merupakan ayat-ayat pen-dek; memiliki pemisah-pemisah yang indah dan valid, senandung yang menyejukkan dan memikat seiring dengan suasana suhu domestik yang begitu lembut dan halus. Ayat-ayat ter-sebut membicarakan solusi memperbaiki pe-nyucian diri (tazkiyatun nufuus), mencela pe-ngotorannya dengan gemerlap duniawi dan menyifati surga dan neraka yang seakan-akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, meng-giring kaum Mukminin ke dalam suasana yanglain dari kondisi komunitas sosial kala itu.

Termasuk wahyu pertama yang turun ada-lah perintah mendirikan shalat. Ibnu Hajar berkata: "sebelum terjadinya Isra', Beliau shalallohu alaihi wa sallamsecara qath'i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para sahabat. Akan tetapi yang diperselisihkan; apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkan-nya) sholat lima waktu ataukah tidak? Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan saat itu hanyalah dua waktu sholat, yaitu sebelum terbit dan terbenamnya mata-hari."(Sirah Nabawiyah, shofiyurrahman al-Mubarakfuri, hal. 93)

Faidah Siroh

Dari kisah ini maka kita bisa ambil bebe-rapa pelajaran, bahwasanya seorang da’i dalamda’wahnya hendaknya memperhatikan kondisi maysarakat yang menjadi objek da’wahnya, jika memang tidak memungkinkan untuk da’wah secara terang-terangan di sana, maka tak ada salahnya ia menempuh jalan da’wah secara ra-hasia dan bersabar dalam memetik hasil. Hal ini sebagaimana yang telah ditempuh oleh Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam di saat yang tidak memungkinkan untuk da’wah secara terang-terangan.

Selain itu, seorang da’i hendaknya tidak tertipu oleh bisikan setan yang membuatnya ragu untuk memulai da’wah dengan alasan mi-nimnya ilmu. Hal ini bisa kita perhatikan ba-gaimana Abu bakar yang baru masuk Islam, ternyata ia sudah berhasil mengajak beberapa orang sahabat untuk masuk ke dalam Islam tanpa harus menunggu banyaknya ilmu yang ia miliki.

Kisah ini juga menunjukan betapa besarnyaperhatian Islam terhadap wanita, dimana kaum wanita lah yang pertama kali diseru oleh Rosu-lulloh, dan wanita lah yang pertama kali masukIslam. Jika Islam tidak memperhatikan wanita, tentu Rosululloh tidak menjadikan Khodijah sebagai sasaran pertama da’wahnya. (Fikih Siroh, DR. Zaid ‘Abdul Karim az-Zaid, hal, 132-137)

Check Also

Setangguh Nabi Ayyub

Setangguh Nabi Ayyub Nabi Ayyub ‘alaihissalam adalah salah seorang nabi Alloh subhanahu wata’ala yang diutus ke muka …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot