Menyembah Atau Berdo’a Kepada Alloh Melalui Perantara Apakah Sama Dengan Tawasul??

Pertanyaan:
Menyembah atau berdoa kepada Alloh melalui perantara apakah sama dengan tawasul?? (kata orang2)
Mohon penjelasanya..

Mulyanto (ML-014)

Jawaban:
Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah amma ba’du:

Tawassul secara bahasa adalah mendekat kepada yang lainnya dengan perantara. Sehigga tak beda antara tawasul dan perantara dari sisi bahasa.

Tawassul dalam pandangan Islam terbagi menjadi dua macam, tawasul yang disyariatkan dan tawassul yang dilarang.

Adapun tawasul yang disyariatkan ada tiga. Pertama “Tawasul dengan nama-nama Alloh subhanahu wata’ala yang Indah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Ini sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu..” (Qs. al-Arof: 180)

Alloh subhanahu wata’ala pun berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Qs. al-Maidah: 35)

Yang kedua bertawasul dengan amal solih sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dalalm sohih Bukhori dan Muslim ketika mengisahkan tiga orang yang tertutup batu di dalam gua sehingga mereka bertawasul dengan amal solih yang mereka lakukan, akhirnya Alloh subhanahu wata’ala pun mengeluarkan mereka.

Ketiga bertawasul dengan doa orang solih yang masih hidup. Disebutkan dalam sohih Bukhori

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّى عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik sesungguhnya Umar bin Khatthab RA ketika masyarakat tertimpa paceklik, dia meminta hujan kepada Allah dengan wasilah Abbas bin Abdul Mutthalib, dia berdo’a “Ya Allah! Dulu kami bertawassul kepada-Mu dengan perantara Nabi kami, lalu kami diberi hujan. Kini kami bertawassul kepadamu dengan perantara paman Nabi kami, berikanlah kami hujan”. Perawi hadits mengatakan “Mereka pun diberi hujan.” (HR. Bukhori)

Adapun tawasul yang dilarang ada tawasul bid’ah ada juga tawasul syirik. Tawasul bid’ah seperti tawasul dengan dzat para nabi dan zat orang solih. Dalil bahwa hal ini bid’ah, karena tawasul adalah ibadah dan ibadah sifatnya tauqifiyah yang harus berdasarkan dalil.

Kedua jenis tawasul yang dilarang adalah tawasul syirik, yaitu tawasul dengan melakukan ibadah kepada selain Alloh subhanahu wata’ala, seperti berdoa, berdoa, bernazar, menyembelih heran kepada selain Alloh agar ia menjadi pembela di hadapan Alloh subhanahu wata’ala. Alloh berfirman tentang orang-orang musyrik Makkah:

[مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى [الزمر:3

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.” (Qs. Az-Zumar: 3).

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّه

“Mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Alloh.” (Qs. Yunus: 18)

Wallahu’alam…