Rosululloh [saw] bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya di setiap umat ada fitnah, dan fitnah umatku adalah harta.” (HR. at–Tirmidzi IV/147, no.2336)
Indonesia, Negeri Terkaya yang Miskin
Dunia telah mengakui bahwa Indonesia adalah negeri yang subur dan kaya raya. Namun benarkah Indonesia itu kaya?
Survey telah membuktikan bahwa Indonesia termasuk jajaran negara-negara miskin di dunia, dan berada pada peringkat ke 5 sebagai negera dengan gizi terburuk. Kita tidak mengingkari karunia Alloh yang sangat besar di negeri tercinta ini, berupa rempah-rempah, perkayuan, perikanan sampai pertam-bangan, semuanya itu adalah nikmat yang tidak ternilai dari Alloh dan wajib untuk disyukuri. Bahkan kekayaan ter-sebut jika diolah dan dikelola dengan baik oleh negeri Indonesia kemudian diguna-kan untuk kepentingan negara dan kesejahteraan rakyat Indonesia, sudah pasti bisa melunasi hutang negara dan menjamin kesejahteraan seluruh rakyat.
Dan siapapun orangnya akan ber-decak ta’jub jika melihat data dari analisa para peneliti kekayaan di negeri kita.
Kita ambil contoh kekayaan satu pulau saja seperti Papua, perusahaan tambang PT. Freeport Indonesia sebagai afiliasi Freeport-Mc Moran Copper and Gold yang berpusat di Phoenix-Arizona Amerika Serikat, diperkira-kan sejak beroperasi hingga tahun 2010 sudah menyedot 7,3 ton tembaga dan sekitar 725 juta ton emas, dan semua itu berjalan tanpa pengontrolan yang jelas dari pihak Indonesia sendiri mulai dari pimpinan Rezim Suharto sampai pimpinan yang sekarang.
Besarnya kekayaan yang dikeruk oleh PT. Freeport bisa mencapai 8.000 Triliun Rupiah setiap tahunnya. Sedangkan APBN Indonesia setiap tahunnya hanya sekitar 1.200 triliun. [lihat: http://matanews.com]
Dimanakah peran para wakil-wakil rakyat dalam satu kasus ini (dari sekian ratus kasus yang terjadi)? Kenapa mereka terdiam? Mampukah mereka menjadi pelindung, pengayom, dan pengemban amanah rakyat? Atau malah menjadi pengkhianat?
“WAKIL Rakyat” atau “WAKIL Syahwat”
Hanya satu-satunya jabatan “wakil” yang tidak mau bergeser naik ke level berikutnya. Jika “Wakil Gubernur” bisa menjadi “Gubernur” “Wakil Presiden” bisa menjadi “Presiden” maka “Wakil Rakyat” pasti tidak mau menjadi “Rakyat” karena penghidupan “Wakil Rakyat” jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan kehidupan rakyatnya. Allohu musta’an…
Masih hangat ditelinga, berita di awal tahun 2012 kembali rakyat Indonesia dihebohkan oleh perilaku wakil-wakil mereka, bukan prestasi yang diraih, namun penghamburan uang rakyat yang sangat dahsyat hanya untuk aksesoris dan renovasi gedung rapat DPR, dibenarkan ataupun tidak kepu-tusannya, penghamburan dana tersebut jelas telah menyayat hati rakyat.
Bagaimana tidak, di tengah keterpurukan, kemelut dan gejolak per-masalahan negeri yang tak pernah selesai ini (kemiskinan yang merebak, pendidikan yang mahal, hukum yang tebang pilih, dan lain-lain) keputusan DPR tersebut tentu sangat jauh dari kesan menyelesaikan masalah. Malah yang ada, memperburuk citra wakil rakyat berikut berbagai permasa-lahannya.
Hanya demi keperluan “mem-percantik diri”, mereka (DPR) telah berani menggelontorkan uang rakyat dengan fantastis yang menelan dana miliaran rupiah. Apa saja yang dibeli?
Pewangi ruangan menghabiskan Rp1,59 miliar, untuk membeli kursi harus mengimpor dari Jerman dengan harga per unit Rp 24 juta (kursi yang dibeli sekitar 200 unit kursi), karpet lantai Rp 5 juta per meter, renovasi toilet Rp 2 miliar, pembangunan gedung parkir Rp 3 miliar, bahkan ada sebuah lampu yang masih dibanderol senilai Rp 250 juta (subhanalloh, sebuah lampu senilai dua mobil Toyota Avanza), dan demi kepuasan citra DPR, wajah ketua DPR masuk kalender dengan anggaran Rp 1,3 miliar.
Selain itu, Rp 20,3 miliar di-alokasikan untuk renovasi ruang rapat, padahal ruangan itu hanya berbentuk 10×10 m, dilengkapi pesawat televisi berukuran 3×2 m, berdinding akustik, dan dilengkapi sekitar 200 kursi.
Sebagai perbandingan menurut Marzuki Alie (Ketua DPR) harga ruang berukuran 100 m2 tersebut setara dengan gedung mewah berlantai 9 [lihat: http:// dream indonesia.wordpress.com]. Makanya tak heran jika ruang rapat BANGGAR tersebut dinilai sebagai ruangan termahal di Indonesia bahkan mungkin di Dunia.
Seandainya uang Rp 20 miliar itu (dana gedung DPR) didistribusikan merata ke sekolah-sekolah ‘laskar pelangi’ di seluruh Indonesia dengan perhitungan anggaran perbaikan tiap sekolah Rp 40 juta, maka akan ada 500 sekolah yang terselamatkan. Dan masyarakatpun bisa langsung merasa-kan manfaatnya dari pada renovasi pembangunan gedung DPR yang tidak pernah dinikmati rakyat. Jangankan menikmati, masuk pun tidak mungkin bagi rakyat ‘jelata’.
Antara Akal Sehat dan Realita
Sudah bukan rahasia lagi bagi masyarakat tentang kehidupan para wakil rakyat. Banyak dari kalangan masyarakat yang menilai sikap para wakil rakyat kekinian mengalami transformasi karakter, terjangkit bu-daya hedonisme. Hal itu tidak bisa dipungkiri lantaran sebagian bahkan mayoritas anggota dewan yang memang dalam kehidupan kesehariannya menun-jukkan tabiat gaya hidup hedonisme.
Dengan penghasilan atau gaji per bulan anggota dewan mencapai Rp 62.441.942 (sudah dipotong pajak, berdasarkan data yang disampaikan Indonesia Budget Center), ditambah rumah super mewah yang mereka huni, mobil kelas elite yang selalu mereka gunakan keliling kota dan rekreasi, memakai produk ternama mulai dari tas, sepatu, baju dan yang lainnya, serta berlibur ke luar negeri pun sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Berdalih studi banding, malah dijadikan ajang refreshing berjama’ah. Allohu musta’an…
Ironis, di saat rakyat masih ter-jerat kemiskinan, uang rakyat justru dihambur-hamburkan. Berdasarkan data dari “Badan Pusat Statistik (BPS)” terakhir per september 2011, lebih dari 29,8 juta orang Indonesia masih dalam kondisi miskin. Semen-tara sekitar 27,8 juta orang Indonesia berada dalam kondisi hampir miskin.
Pantaskah ketika wakil rakyat bergelimang kemewahan, sementara di seberang jalan masih banyak gelandangan, masih banyak busung lapar yang meregang nyawa, di-sanapun terdapat ribuan masyarakat yang rela antri berdesakan bahkan berani mengorbankan nyawa mere-ka hanya untuk sekantong daging kur-ban atau sekardus sembako, serta masih banyak rakyat ber-KTP Indonesia yang gelap masa depannya…
Kemana tanggung jawab para wakil rakyat? Kemana akal sehat mereka? Telah buta kah panca indera dari realita yang ada di sekitar mereka, karena terdistorsi kemewahan dan jabatan?
Seperti itulah jika virus hedonis telah merasuk menjangkiti mayoritas jiwa para wakil rakyat, menjadikan lupa akan tujuan hidup, tidak peduli lagi dengan hukum “halal” atau “haram”, “dari mana” dan “untuk apa”, yang terpenting hajat bisa terlaksana dan terpenuhi.
Siang malam pikirannya selalu disibukkan dengan materi dan kepuasan syahwat, serta bagaimana menambah simpanan sebanyak-banyaknya meski dari harta yang haram. Na’udzu billahi min dzalik.
Padahal Rosululloh [saw] telah mem-berikan peringatan yang sangat keras berupa balasan dan akibatnya di dunia maupun di akhirat, sabdanya :
إنه لا يدخل الجنة لحم ولا دم نبتا من شحت كل لحم ودم نبتا من شحت فالنار أولى بهما
“Sesungguhnya setiap daging dan darah yang tumbuh dari yang haram tidak akan masuk ke surga, maka nerakalah yang lebih pantas bagi daging serta darah yang tumbuh dari yang haram.” (HR. Thobroni, al–Mu’jam al–Kabir XIV/34 no. 15692)
Adapun di dunia Alloh [swt] cabut keberkahan hartanya serta per-mohonan do’anya tidak akan dika-bulkan. Maha Benar Alloh [swt] atas wahyu-Nya yang disampaikan melalui Rosululloh [saw] dalam salah satu hadits tentang kondisi umatnya:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa di mana sese–orang tidak lagi menghiraukan dengan apakah dia mengambil harta, apakah dari yang halal atau haram”. (HR. al-Bukhori, no. 2083)
Seorang ulama hadist Abdulloh Ibnul Mubarok [rahimahu] berkata: “Sungguh aku mengembalikan harta satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih aku cintai dari pada bersedekah dengan seratus ribu dirham”.
Semoga Alloh menjauhkan kita dari sesuatu yang syubhat dan haram. Dan semoga Alloh memberikan kemudahan kepada kita dalam men-jawab salah satu pertanyaan-Nya kelak di padang Mahsyar: “Darimana hartamu didapatkan, dan untuk apa harta tersebut digunakan?”
Wallohu ta’ala a’lam.
(Red-HASMI/Deden, S.Pd.I)