Meraih Kemuliaan Dengan Iman dan Ibadah –
Dalam sebuah hadits Rasululloh saw bersabda:
طَعْمُ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ اللهَ رَبًّا وَ بِااْلإِسْلاَمِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً
“Rasa iman akan lezat bagi orang yang ridho Alloh sebagai Robbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rosulnya”
(HR. Muslim: 150)
Saat mendengar adzan, seorang mukmin diajarkan untuk mengucapkan doa:
مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ الْمُأَذِن: أَشْهَادُ اَنْ لَا إِلَهَ اِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, رَضِيْتُ بِااللهِ رَبَّا, وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً, وَ بِا الإِسْلاََمِ دِيْنًا, غَفَرَ لَهُ ذَنْبَهُ
“Bagi siapa saat mendengar muadzin dia berdoa: aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang diibadahi secara benar kecuali Alloh yang maha esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba utusa Alloh. Aku ridho Alloh sebagai Robb, Muhammad sebagai rosul, dan Islam sebagai din (agama), niscaya akan diampuni dosa-dosanya”
(HR. Muslim: 386)
Iman adalah pokok dan asas kemuliaan yang sesungguhnya bagi manusia, karena imanlah ukuran nilai yang ada disisi Alloh subhanahu wata’ala. Dengan iman, manusia akan meraih ‘izzah (kemuliaan) dan kehormatan. Sebaliknya, tanpa iman manusia hanya akan mendapat kehinaan dan kerendahan.
Iman bukan hanya berada di dalam hati, yang berisi ilmu yang diyakini atau irodah (niat, kehendak) kecintaan, ketundukan dan kepatuhan. Iman bukan pula hanya terbatas pada ikrar lisan dengan ucapan syahadatain. Iman berarti pula sikap yang ada dalam amal zhohir anggota tubuh manusia, seperti; Shalat, menerapkan hukum Alloh subhanahu wata’ala, jihad dan seluruh amal perbuatan lainnya secara global. Dalam ketiga unsur ini pula iman dapat bertambah dengan berbagai ketaatan dan berkurang dengan berbagai kemaksiatan.
Disaat manusia telah membuktikan kejujuran iman dalam diri mereka, maka di saat itulah seluruh janji yang Alloh subhanahu wata’ala tentukan akan menjadi kenyataan. Janji-janji Alloh subhanahu wata’ala tersebut adalah:
- Mendapatkan wilayah (perlindungan dan karamah) dari Alloh subhanahu wata’ala.
“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62-63)
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa wali-wali Alloh adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa. Tidak ada satu ayat atau haditspun yang menegaskan bahwa yang di maksud dengan wali adalah mereka yang bisa terbang, yang bisa menyembuhkan penyakit, yang bisa sholat di dua tempat dalam waktu bersamaan dan karamah-karamah palsu lagi menipu lainnya. - Meraih ridho Alloh subhanahu wata’ala dan tempat kemuliaan-Nya.
“Alloh menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. dan keridhaan Alloh adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taubah: 72) - Mendapatkan dukungan pembelaan dari Alloh subhanahu wata’ala.
“Sesungguhnya Alloh membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38) - Meraih hayatan thoyyibah (kehidupan yang baik) di dunia dan akhirat.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97) - Memperoleh kemuliaan dan kepemimpinan dalam agama.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Sebuah buah iman yang dipaparkan di atas dapat diraih dan dicapai dengan manisnya rasa iman dalam diri kita masing-masing. Manisnya rasa iman akan dicapai menurut kedua hadits tersebut dengan tiga pondasi utama, yaitu:
Pertama: Ridho kepada Alloh subhanahu wata’ala, terhadap rububiyyah dan uluhiyyah-Nya. Meridhoi rububiyyah Alloh subhanahu wata’ala (dimana kita berikrar hanya mengakui Alloh-lah satu-satunya Dzat pencipta, pemilik dan pengatur alam semesta) mengandung arti:
- Ridho terhadap aturan yang dibuat-Nya untuk hamba-hamba-Nya
- Mengesakan Alloh dalam bertawakal, meminta pertolongan, mempercayainya, dan berpegang teguh kepada-Nya.
- Meridhoi apa saja yang diperbuat-Nya
Adapun meridhoi uluhiyyah Alloh mengandung arti:
- Meridhoi hukum Alloh sebagai satu-satunya tuntunan dan pedoman hidup hambanya.
- Menyerahkan dan mengerahkan semua praktek-praktek peribadatan (seperti sholat, nadzar, sumpah, menyembelih, doa dan lain-lain) hanya kepada Alloh dan hanya untuk-Nya
- Mencintai dan loyal hanya kepada Alloh serta apa-apa yang dicintai dan diloyalitasi-Nya, baik agama, rosul-rosul, hal apa saja atau siapapun juga. Serta membenci dan menjauhi musuh-musuh Alloh dan apa saja yang dibenci dan dijauhin-Nya.
Kedua: Meridhoi Muhammad sholallohu’alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rosul Alloh.
- Membenarkan secara utuh apa saja berita yang disampaikan Rosululloh sholalohu’alaihi wasallam, baik tentang hal ghoib, berita tentang masa lalu ataupun tentang masa depan, tanpa ragu tertancap di dalam hati, bahwa apapun yang keluar dari lisan beliau tak mungkin dusta ataupun palsu.
- Menjujung tinggi segala perintahnya dan menjauhkan diri dari apa yang dilarangnya. Secara total menerimanya dengan penuh ketundukan, tanpa pilah-pilih atau mengabaikan. Sempurna dalam ketaatan dan kepatuhan, karena itulah hakekat kecintaan kepadanya.
- Saat melakukan pengabdian kepada Alloh yang maha rohman, maka dengan hanya mengikuti aturuan Rasululloh sholallohu’alaihi wasallam, tanpa pengurangan atau penambahan.
Ketiga: Meridhoi Islam sebagai agama yang diridhoi Alloh subhanahu wata’ala.
Apa saja yang dikatakan Islam, dihukumkan, diperintahkan dan dilarang, maka kita ridho dengan sepenuh kesungguhan. Tidak ada sesak dada menerima aturan, menyerah diri pada pedoman, walaupun bertentangan dengan keinginan jiwa yang melenakan atau pendapat orang yang mengagumkan. Semua itu harus di tinggalkan dan dijauhkan hanya untuk pembuktian keislaman kita semua.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh : 208)
“Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Alloh, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allohlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali-Imron: 83)
Oleh karenanya tidak ada kemuliaan hakiki bagi manusia yang tidak mau beriman dan beribadah kepada Robb semesta alam, dengan mengimani-Nya serta tunduk dan patuh hanya kepada-Nya mampu meninggikan derajatnya ke sisi Alloh subhanahu wata’ala.