Dalam suatu pertemuan (majlis) saat perang Tabuk, seorang munafik dengan sangat fasih, lantang dan tanpa tedeng aling-aling namun membuktikan kepalsuan imannya selama ini, berkata tentang para sahabat de-ngan ucapan kotor dan lisan gegabahnya:
()مَا رَأَيْتُ مِثْلَ قُرَّائِنَا هَؤُلاءِ لا أَرْغَبَ بُطُونًا، وَلا أَكْذَبَ أَلْسِنَةً، وَلا أَجْبَنَ عِنْدَ اللِّقَاءِ((
“Kami tidak pernah menjumpai orang-orang se-perti para qori kami ini (maksudnya para sahabat); (1) perutnya berbalut kerakusan; (2) lisannya ber-lumur kedustaan; dan (3) tatkala bertemu musuh malah berselimut ketakutan.”
Mendengar nada penghinaan dan ucapan pe-lecehan tersebut, sontak seorang sahabat mulia menjawab, “Kamulah yang berdusta, karena kamu adalah munafik. Saya benar-benar akan melaporkan ucapanmu tersebut kepada Rosululloh .”
Ketika dilaporkan, dengan tergopoh, si mu-nafik tersebut sontak meminta maaf kepada Ro-sululloh yang sedang menaiki onta seraya ber-ucap, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”. Mendengar kepalsuan pengakuan dan kedustaan alasan, Rosululloh segera menjawab, “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kalian selalu berolok-olok?”. (Atsar shahih diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu abi Hatim, Abi asy-Syaikh dan lainnya. Tercantum pula dalam Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir dan as-Suyuthi)
Realitas dari Petunjuk Ilahi
Selain bercermin dari atsar shahih tersebut, kegemaran orang-orang munafik yang hobi meng-olok-olok, menghina dan melecehkan Alloh , Rosul-Nya , para sahabat dan agama Islam, telah banyak diwarning dan diingatkan Alloh dalam al-Qur’an, hingga banyak ulama mengate-gorikan kegemaran munafik tersebut sebagai ka-rakter pribadi (khashaa’ish dzaatiyyah) mereka yang selalu melekat.
Alloh berfirman:
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang itu (sahabat) telah beriman.”. Mereka menjawab: “Akan ber-imankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?”. Ingatlah, sesung-guhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.”. Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesung-guhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-olok.” (QS. at-Baqarah [2]: 13-14)
“Dan sungguh Alloh telah menurunkan ke-kuatan kepada kalian di dalam al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat
Alloh diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Alloh akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS. an-Nisa’ [4]: 140)
“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi da-lam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekan kalian (terhadap Alloh dan Rosul-Nya).”. Sesungguhnya Alloh akan menyatakan apa yang kalian takuti itu. Dan jika kalian tanyakan kepada mereka (ten-tang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”. Katakanlah, “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kalian selalu ber-olok-olok?”. Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kalian (lantaran me-reka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka ada-lah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. at-Taubah [9]: 79)
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang mem-beri sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina me-reka. Alloh akan membalas penghinaan me-reka itu, dan untuk mereka adzab yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 64-66)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang semisal.
Tipologi Pelecehan
Sifat melecehkan, termasuk terhadap para sahabat dan juga kepada seluruh kaum Mus-limin hingga akhir zaman, tidak hanya telah men-jadi karakter pribadi (khashaa’ish dzaatiyyah) saja, namun juga memiliki banyak ragam dan tipologi bentuk pelecehan. Berdasarkan penelusuran ter-hadap ayat-ayat al-Qur’an, tipologi pelercehan ter-sebut ditengarai memiliki beberapa bentuk dan ragam, yaitu:
- Mendambakan mudharat dan kesengsa-raan menimpa kaum Muslimin, dan bila tidak, munafik akan menanpakkan pe-nyesalan mendalam (tamannii adh-dharar wa al-masyaqqah li al-Mu’miniin wa at-tahas-sur idza lam yajidu sabiilan li at-tasyaffi).
- Membeci kaum Muslimin (karaahah al-Mu’miniin).
- Berduka manakala melihat kaum Musli-min beroleh kebajikan, seperti kemena-ngan, dan bersuka cita ketika kaum Mus-limin ditimpa keburukan (al-huzn li ma yushiibu al-Muslimiin min al-khair wa al-farah li ma yasu’uhum). (Point 1-3, lihat: QS. Ali ‘Imran [3]: 118-200)
- Melecehkan, bermakar ria dan selalu meng-investigasi kelemahan kaum Mukminin (takhdziil al-Mu’miniin wa al-kaid lahum wa at-tarabbush bihim). (Lihat: QS. Ali ‘Imran [3]: 173)
- Memecah belah kaum Mukminin, selalu mematai-matai dan menyebarkan citra ne-gatif kepada mereka (at-tafriiq baina al-Mu’-miniin wa at-tajassus ‘alaihim, nasyr al-isya’at wa al-araajif). (Lihat: QS. al-Ahzab [33]: 13; al-Anfal [8]: 49; Ali ‘Imran [3]: 173; at-Taubah [9]: 107-108)
- Menestapakan kaum Mukminin, gemar menuduh mereka dan selalu melempar isu negatif tanpa bukti (idza’ al-Mu’minin wa ilshaq at-tuham bihim wa qadzfuhum bi la dalil). (Lihat: QS. an-Nur [24]: 11-19; al-Ahzab [33]: 57)
Demikianlah kegemaran dan hobi buruk kaum munafikin terhadap para sahabat dan kaum Muslimin. Karenanya, waspada dan berhati-hati-lah wahai kaum Muslimin. Deteksi dan siaga dari “musuh dalam selimut” yang ibarat “api dalam sekam”, yang gemar “menggunting dalam lipatan” dan “menjegal kawan seiring”. Mereka sangat berbahaya…!!!