Lisannya begitu indah lagi tajam, ibarat mata pedang, tidak-lah menyentuh sesuatu melainkan memutuskannya tanpa meninggalkan luka. Ini tidaklah mengherankan, karena Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman kepadanya :
وقل لهم في أَنفُسِهِم قولاً بليغاً…
“Dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa-jiwa mereka.” (QS. An-Nisaa’ : 60).
Jikalau kita menelaah deretan daftar keindaahan sastranya dan merenungkan himpunan kefasuhan ungkapannya, maka akan kita dapati kalamnya begitu memikat kuat hati manusia. Pembicaraannya begitu mempesona menawan jiwa. Makhraj hurufnya sangat benar dan lancar. Ungkapannya begitu cemerlang membuat pikiran melayang. Untaian mutiara kalamnya begitu indah semerbak wangi bunga. Susunan kalimatnya begitu kokoh, nyaris tak tergoyahkan.
Kalamnya begitu sederhana, ringkas, akan tetapi mempunyai makna yang dalam, sedalam palung di lautan. Hal itu dapat di buktikan melalui dialog-dialog beliau Shollollohu ‘Alaihi Wasallam dengan keluarga, para shahabatnya maupun musuh-musuhnya. Kata-katanya mampu merubah rona muka seketika itu juga. Sihir, demikian orang-orang kafir Quraisy menyebutnya karena begitu ngeri terhadapnya. Nasehat-nasehatnya yang berharga tertulis rapi dalam tinta emas hadits Nabawi. Juga bisa di kenal melalui ungkapan beliau sendiri yang tertuang dalam sabdanya :
أُوتِيتُ جوامِعَ الكَلِمِ…
“Aku telah dianugerahi Jawaami’ul Kalim, ungkapan yang serba mencakup lagi bermakna.”(H.R Muslim)
وَاختُصِرَ لي الكَلَامُ اختِصَارًا…
“Dan aku dianugerahi kalam yang seringkas-ringkasnya.” (H.R Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Jikalau kita ingin mengetahui ketinggian kalamnya, keindahan kata-katanya, kekuatan ungkapannya, dan kejelasan keterangannya, coba bandingkan ia dengan kalam manusia lainnya, betapapun besarnya tingkat kefasihannya. Seandainya terdapat beberapa kalimat yang abadi dan ungkapan yang menyentuh dari para orator dunia, para penyair berkaliber Maestro dunia, dan orang- orang jenius sepanjang masa, kemudian dibandingkan dengan kalam Nabi Muhammad Shollollohu ‘Alaihi Wasallam, tentulah kalam Nabi Shollollohu ‘Alaihi Wasallam merevisi kalam yang lainnya, seakan-akan tiada kalam yang mengagumkan kita sebelumnya. Apa lagi ketika logika Iman telah memenuhi rongga dada kita.
Sejenak marilah kita perhatikan dialog dan nasihat Nabi terhadap para shahabatnya. Di dalamnya menggambarkan kefasihan dan ketinggian gaya bahasanya :
1. Nabi Muhammad Shollollohu ‘Alaihi Wasallam dan Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu.
Saat Nabi hendak mengungkapkan kepada shahabat Mu’adz bin Jabal Radiyallahu ‘Anhu tentang suatu pesan yang mencakup seluruh kebaikan,dan mudah untuk segera di sikapi, beliau menyampaikan ungkapan yang ringkas lagi sarat dengan faidah. Beliau bersabda :
اتّقِ اللهَ حَيثُمَ كُنتَ وَاتبِعِ السَيّئَةَ الحسنةَ تمحها وخالقِ الناسَ بخُلقٍ حَسَنٍ.
“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaulah dengan manusia, dengan akhlak yang baik.”(HR Ahmad, no : 20847; Tirmizi, no : 1987).
Seandainya seorang ahli sastra bermaksud mengungkapkan makna yang semisal, ia akan bertele-tele dalam pesannya dan memperpanjang nasihatnya. Akan tetapi, jika kita perhatikan sabda Rosululloh Shollollohu ‘Alaihi Wasallam tersebut, maka kita dapati kesimpulan yang ringkas, dan penuh makna.
2. Nabi Muhammad Shollollohu ‘Alaihi Wasallamdan ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu.
‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Nabi Rosululloh Shollollohu ‘Alaihi Wasallam tentang amalan yang dapat menyelamatkan pelakunya dari api neraka. Beliaupun mengungkapkan dengan ungkapan yang tegas dan sarat dengan makna. Lisannya yang mulia dan suci dengan spontan mengeluarkan ungkapan yang mengandung kesadaran. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasllam bersabda :
كُفّ عليكَ لسانكَ واليَسَعكَ بيتكَ وابكِ على خَطِيعَتِكَ…
“Jagalah lisanmu, betahlah tinggal di rumahmu, dan tangisilah kesalanmu (dosamu).” (HR. Ahmad,21732; Tirmizi, no : 2406; Ibnu Abi ‘Ashim dalam Az-Zuhdu 1/15 dan di nilai shahih olehnya, melalui ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu).
Tiga penggalan konteks hadits di atas :
1. Jagalah lisanmu.
2. Betahlah tinggal di rumahmu.
3. Tangisilah kesalahanmu (dosamu).
Renungkanlah keindahan dalam pembagian dalam tiga kalimat tersebut, yang memiliki sastra tinggi disertai dengan makna yang sangat berarti, dan ungkapan yang begitu ringkas, tanpa di susun terlebih dahulu, tanpa melakukan persiapan sebelumnya dan tanpa membaca teks. Demikian itu karena si penanya berdiri di depan, dan menunggu jawaban seketika itu juga, si penanya butuh jawaban segera dan ingin mendapatkan nasehat.
Itulah, beberapapengalan kisah yang pernah di lukiskan oleh Rosululloh Shollollohu ‘Alaihi Wasallam. Semoga kita senantiasa dapat menjadikan perangai beliau sebagai acuan. Semoga shalawat dan salam dari Allah tercurah kepada beliau, para keluarga dan shahabatnya sampai hari kemudian.