Penyakit Hati Dan Obatnya

Hati bisa sakit sebagaimana halnya tubuh. Hal itu disebabkan ada unsur-unsur dan sebab yang membuat hati itu sakit.

1. Jenis Penyakit Hati

Penyakit-penyakit hati, dibagi menjadi dua jenis:

  1. Jenis pertama adalah yang tidak dirasakan oleh pemiliknya secara langsung, yaitu penyakit kebodohan, syubhat dan keraguan. Ini merupakan jenis penyakit hati yang lebih berat, akan tetapi hati yang telah rusak, maka ia tidak dapat merasakannya.
  2. Jenis kedua adalah penyakit hati yang bisa langsung dirasakan, seperti: kecemasan, kesedihan dan perasaan marah. Penyakit ini terkadang bisa hilang dengan obat-obatan alamiah, dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya dan sebagainya.

2. Penyembuhan Penyakit Hati

Penyembuhan hati yang sakit bisa ditempuh dengan empat cara:

1. Dengan al-Qur’an al-Karim.

Karena al-Qur’an adalah penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada, yang berupa keraguan. Al-Qur’an juga bisa menghilangkan kesyirikan, kekufuran, penyakit-penyakit syubhat dan syahwat yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang mengetahui dan mengamalkan kebenaran. Ia juga merupakan rahmat, karena dengannya orang-orang Mukmin bisa memperoleh ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat.

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan apakah orang yang sudah mati. Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al-An’am [6]: 122)

2. Hati itu membutuhkan tiga hal, dan pengobatannya sesuai dengan kebutuhannya tersebut:

  1. Apa yang bisa memelihara kekuatannya. Pengobatannya bisa berupa iman, amal sholih dan dzikir-dzikir.
  2. Perlindungan dari berbagai mudhorot. Pengobatannya bisa terwujud dengan menjauhi maksiat-maksiat.
  3. Menghilangkan unsur-unsur yang menjadikan sakit. Pengobatannya bisa dilakukan dengan taubat dan isthigfar.

3. Penyakit hati akibat dominasi hawa nafsu

Untuk hal ini, ada dua macam penyembuhan, yaitu melakukan muhasabah dan melawan hawa nafsu tersebut.

Muhasabah dibagi menjadi dua macam:

a. Sebelum beramal.

Dalam hal ini perlu diperhatikan  4 hal:

  • Apakah amalan ini mampu dikerjakan?
  • Apakah mengerjakan amalan ini lebih baik daripada meniggalkannya?
  • Apakah amalan ini ditujukan untuk memperoleh ridho Alloh subhanahu wata’ala?
  • Misalnya untuk mengamalkan amalan ini diperlukan bantuan orang, apakah ada orang-orang yang membantu? Jika jawabannya ada, maka ia bisa melaksanakan amalan terebut. Bila tidak, ia perlu mengukur kemampuannya.

b. Setelah beramal.

Dalam hal ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

  • Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan baik yang belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga mengurangi hak Alloh subhanahu wata’ala di dalamnya. Di antara hak-hak Alloh subhanahu wata’ala adalah keikhlasan, ketulusan, mutaba’ah (maksudnya, mengamalkan sesuai dengan tuntunan syari’at), perasaan senantiasa diawasi oleh Alloh subhanahu wata’ala, pengakuan terhadap karunia Alloh subhanahu wata’ala di dalamnya dan pengakuan akan kekurangan setelah melaksanakan semua itu.
  • Melakukan muhasabah terhadap amalan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.
  • Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan mubah atau adat kebiasaan yang dikerjakan, apakah untuk mencari ridho Alloh subhanahu wata’ala dan kebahagiaan di negeri akhirat, sehingga ia menjadi orang yang beruntung, ataukah untuk mencari kebahagiaan di dunia saja sehingga ia akan merugi.

Kesimpulan dari semua itu, hendaklah ia melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan wajib, kemudian menyempurnakannya apabila terdapat kekurangan, kemudian melakukan muhasabah terhadap larangan-larangan Alloh subhanahu wata’ala jika ia mengetahui bahwa dirinya melakukan salah satu darinya, ia mengiringnya dengan bertaubat dan beristighfar, kemudian melakukan muhasabah terhadap apa saja yang dikerjakan oleh anggota badannya dan apa saja yang dilalaikannya.

4. Pengobatan penyakit hati yang terkena godaan setan.

Setan adalah musuh manusia. Untuk menyelamatkan diri darinya, kita harus melakukan penyelamatan diri sesuai dengan yang disyari’atkan oleh Alloh subhanahu wata’ala, yaitu dengan cara beristi’adzah (memohon perlindungan). Nabi shollallohu’alaihi wasallam pernah menggabungkan permintaan, perlindungan dari kejahatan nafsu dan setan sekligus.

Nabi shollallohu’alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar :

 ))قُلْ: اَللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَ الأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ رَبَّ كُلِّ شَىْءٍ وَ مَلِيْكَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِى وَ مِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَ شِرْكِهِ وَ أَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِى سُوْؤًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ((

Katakanlah: “Ya Alloh, Pencipta seluruh langit dan bumi, Yang Mengetahui apa yang ghoib dan apa yang Nampak, Robb dan raja bagi sesuatu. Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan setan beserta sekutunya dan dari melakukan kejahatan terhadap diriku atau terhadap seorang Muslim”.”
[Lihat Shohih Tirmidzi: 3/142]

Isti’adzah, tawakkal dan keikhlasan akan melindungi seseorang dari dominasi setan:

Renungkanlah ayat-ayat Alloh subhanahu wata’ala dan sabda-sabda Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam di bawah ini:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ro‘d [13]: 28)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Ali ‘Imron [3]: 135)

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot