.:: Ritual Syirik Cupu Panjala, dihadiri Ribuan Warga.

GUNUNG KIDUL Kembali kita menyaksikan betapa ironisnya kehidupan beragama di Negara yang mayoritas beragama muslim ini. Tepatnya di rumah abdi dalem Kasultanan Ngayogyakarta Dwijo Sumarto di Dusun Mendak, Desa Girisekar Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada hari selasa (4/10/11) dini hari telah terjadi ritual pembukaan Cupu atau (Guci) Kiyai Panjala yang menimbulkan banyak tafsiran-tafsiran kesyirikan.

Para pengunjung ritual itu meyakini citra yang muncul di kain kafan pembungkus cupu adalah gambar karakter pewayangan, kuda, pistol, hingga perempuan telanjang. Terdapat tiga guci berukuran sekepal tangan orang dewasa yang diletakkan dalam peti kecil dan tertutup hampir 500 lembar kain kafan selama satu tahun.

Di sisi lain mereka meyakini bahwa cupu paling besar bernama Semar Kinandu, yang agak kecil Kalang Kinantang sedangkan yang paling kecil Kenthiwiri. Ketiganya diyakini sudah berumur 500 tahun.

Ironisnya, pembukaan Cupu Kiai Panjala dihadiri ribuan pengunjung dari DIY dan Jawa Tengah. Mereka memadati rumah di kaki bukit di Dusun Mendak sejak Senin (3/10/11) sore. Mereka percaya gambar dan benda yang muncul di setiap kain kafan pembungkus cupu merupakan petunjuk akan terjadinya berbagai peristiwa mulai dari kejadian alam, pertanian, ekonomi bahkan politik selama setahun ke depan.

Sejumlah citra yang muncul di atas kain kafan kemarin malam juga diyakini sebagai pertanda terjadinya sesuatu. Ada pengunjung yang takut dengan kemunculan berbagai gambar itu.

“Entah apa yang akan terjadi, yang jelas masih muncul gambar bercak darah, tokoh Durno, nasi aking, buto, gunung api berangka lima dan sepucuk pistol hingga wajah anjing.” Kata Zamroni, yang merupakan salah satu pengunjung.

Namun, munculnya citra yang diyakini sebagai karakter Gatotkaca membuat pengunjung lega. “Tapi ini tidak berarti kita jadi lengah karena masih ada gambar perempuan telanjang dan anak kecil membawa parang. Kotak peti cupunya saja posisinya doyong [miring],” ujar Andri, pengunjung asal Bantul.

Sejumlah petani yang mengikuti pembukaan Cupu Kiai Panjala juga merasa lega karena dua lembar kain pembungkus cupu basah. Mereka yakin itu merupakan pertanda bakal segera turun hujan.

Sementara, ahli waris Dwijo Sumarto tidak menguraikan makna dari setiap benda ataupun gambar yang dibaca beberapa pembantunya. Ia mengakui posisi peti yang ambruk ke arah timur baru pertama kali terjadi. Biasanya posisi peti tetap tegak dengan tutup berada di atas.

Posisi peti cupu doyong utawa amruk ngarah wetan. Mugo-mugo iki dudu babagan sing elek kanggo bangsane dewe. Awake dewe kabeh kudu tetep eling lan waspada [Guci miring ke arah timur. Semoga ini bukan pertanda buruk untuk bangsa kita. Kita harus tetap waspada],” ungkap Dwijo, mengakhiri pembukaan cupu.

Ternyata tidak hanya kalangan petani saja yang menghadiri acara ini, Cupu Panjala juga dihadiri sejumlah pejabat Pemkab Gunungkidul, Dewan Kebudayaan, camat dan perangkat desa. Ritual itu berakhir pada pukul 03.30 WIB setelah beberapa pengunjung diberikan kesempatan memegang ketiga cupu secara bergiliran.

Sungguh ini merupakan kesesatan yang sangat nyata dan ini pertanda bahwa perjuangan da’wah harus lebih di perkuat hingga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kemenangan yang hakiki dalam juang. Amiiinn… (Redaksi-HASMI).

Check Also

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Ahad, 14 Mei 2023

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Dengan Tema : 🌷 “Tarbiyah Romadhon Melahirkan Mujahid Dakwah” …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot