Saatnya Memberi, Bukan Memiliki

Saatnya Memberi, Bukan Memiliki

﴿ وَمَالَكُمْ أَلاَّ تُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَلِلهِ مِيْرَاثُ السَموَاتِ وَالأًرْضِ… ﴾

“Kenapa kalian tidak mau berinfak fii sabilillah, padahal milik Alloh-lah perbendaharaan yang ada di langit dan di bumi…” (QS: al-Hadiid [57]: 10)

Setiap Muslim harusnya menyadari bahwa harta yang dia miliki adalah titipan dari Alloh , sebab Alloh-lah yang memudahkan baginya untuk mendapatkan rizki. Kalau bukan karena rahmat Alloh , tentu manusia menjadi orang yang miskin dan kelaparan. Jadi pemilik sesungguhnya atas harta yang ada di tangan kita adalah Alloh . Manusia hanya diberi amanah agar mengolah harta itu dijalan yang diridhoi-Nya.

Masih banyak di antara kaum Muslimin yang memiliki sifat Qorun, ingin mengumpulkan harta yang banyak, seolah-olah dia akan hidup di dunia selamanya tanpa mengenal kematian. Bahkan mungkin dia mencintai harta itu melebihi cintanya kepada Alloh, begitulah asal tabi’at manusia:

﴿ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْد ﴾

“Dan sesungguhnya manusia sangat kuat mencintai hartanya.”(QS: al-‘Adiyat [100]: 8)

Hitunglah berapa banyak harta yang kita belanjakan setiap hari untuk makanan, minuman, dan pakaian, demi memuaskan nafsu syahwat? Coba bandingkan itu semua dengan harta yang kita infakkan untuk menolong jalan dakwah! Adakah lima persennya? Masih terlalu jauh.. Bahkan boleh jadi tidak pernah sama sekali.

Seandainya semua manusia mempunyai tabiat buruk seperti ini, agama ini tidak akan sampai ke puncak kejayaan yang diharapkan. Tidak mungkin dakwah kemurnian Islam bisa tersebar apabila jiwa-jiwa “Qoruniyah” masih mengakar di dada-dada kaum Muslimin. Belum cukupkah bagi kita tuk menjadikan kisah Qorun sebagai ibroh?? Ataukah kita merasa aman dari makar Alloh tuk membinasakan kita bersamaan dengan harta yang kita tumpuk? Sudah saatnya kita hancurkan berhala “cinta harta” di dada-dada kita, dan kita jauhkan penyembahan kepada harta, sebelum laknat dari Rosululloh  menimpa kita. Beliau mendo’akan keburukan bagi para penghamba harta; “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khomishoh (sejenis pakaian). Celakalah dan sungguh celaka. Jika ia tertusuk duri semoga tidak bisa tercabut” (HR. Bukhori).

Adalah Imam al-Laits bin Sa’d  beliau mempunyai pemasukan uang sebesar delapan puluh ribu dinar (sekitar 112 milyar) setiap tahunnya, namun beliau tidak pernah mengeluarkan zakat. Apakah karena beliau bakhil?? Tidak..!!, tapi karena harta beliau habis semuanya, diinfakkan sebelum sampai haulnya (1 tahun).

Ingatlah wahai saudaraku, pundi-pundi harta yang diinfakkan di jalan dakwah akan berkata  kepada Alloh di hari kiamat nanti; “Yaa Robb, aku adalah sedekah fulan, selamatkanlah ia dari neraka dan masukkanlah ke dalam surga”. Sebaliknya, apabila tumpukan harta itu tetap disimpan, maka pada hari kiamat nanti ia menjelma menjadi ular hitam besar yang melilit dan berkata kepada pemiliknya: ”Akulah hartamu”.

Setelah seruan infak ini, silahkan anda tentukan pilihan anda sendiri. Jenis harta seperti apa yang kita inginkan? Harta yang menyelamatkan ke dalam surga ataukah harta yang akan menjerumuskan ke dalam kubangan api neraka.

“Ingatlah, kalian ini adalah suatu kaum yang diseru untuk berinfak fii sabilillah, lalu di antara kalian ada yang pelit. Barangsiapa yang pelit maka sesungguhnya ia pelit terhadap dirinya sendiri…”(QS: Muhammad [47]: 38)

Check Also

Ketika Galau Melanda, Kemanakah Diri Menambal Luka

Ketika Galau Melanda Kemanakah Diri Menambal Luka Tanpa perlu banyak penelitian, sungguh pasti bahwa di …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot