إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Sesungguhnya Alloh telah membagi rezeki dengan ilmu-Nya kepada setiap hamba-Nya. Dengan hikmah-Nya, Alloh memberi kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan dengan keadilan-Nya, Dia menahan dari siapa saja yang Dia kehendaki serta menjadikan umat manusia ini sebagian memanfaatkan sebagian yang lainnya. Alloh berfirman:
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Az Zukhruf [43]: 32).
Rezeki yang telah Alloh berikan kepada hamba-hamba-Nya dengan adil seperti yang terungkap dalam ayat di atas, seringkali identik dalam benak kita adalah sebagai harta, penghasilan, dan kekayaan yang semua itu adalah bagian dari segelintir kenikmatan dunia yang fana.
Harta yang telah menjadi rezeki bagi kita bukanlah masalah remeh dan tidak bernilai di sisi Alloh , akan tetapi harta adalah merupakan masalah penting dan sangat berat serta ketat sekali pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Rasululloh :
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang lima perkara; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia pergunakan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, serta tentang ilmunya apa yang sudah diperbuat denganya”. (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu para pendahulu kita salafushalih memberikan perhatian besar terhadap harta yang dimiliki dan diusahakan oleh mereka untuk memenuhi kehidupannya, darimana mereka mendapatkannya dan ke mana mereka membelanjakannya?.
Kaum muslimin rahimakumullah…..
Para salafushalih sangatlah takut dengan fitnah harta, namun demikian mereka yakin apabila harta dikelola oleh seorang muslim dengan baik justeru akan menjadi sarana yang menghantarkannya kepada kehidupan mulia di dunia dan kebahagian di kampung akhirat. Rasululloh bersabda: “Sebaik-baik harta yang bagus adalah yang dimiliki oleh hamba yang sholeh”. (HR. Tirmidzi).
Ibnu Qudamah berkata: “Harta itu secara dzatnya tidaklah tercela, bahkan sepatutnya terpuji. Sebab harta merupakan sarana untuk menggapai kemaslahatan agama dan dunia. Alloh sendiri menyebutnya sebagai sebuah kebaikan dan harta itu sendirilah yang menjadi penopang kehidupan manusia”.
Hakikat inilah yang menjadikan para salafushalih sikap zuhud terhadap dunia. Zuhud bukan dalam artian meninggalkan harta sama sekali atau menghambur-hamburkannya. Akan tetapi mereka meninggalkan dunia karena tahu betapa remehnya ia jika dibandingkan dengan akhirat.
Bagi mereka memperoleh harta yang halal adalah merupakan pokok dari agama dan keyakinan mereka. Mereka sangat takut untuk berbuat maksiat kepada Alloh , karena mereka tahu salah satu sebab memperoleh rezeki yang halal adalah meninggalkan dosa dan maksiat. Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar diharamkan mendapatkan rezeki disebabkan dosa yang ia lakukan”. (HR. Ahmad).
Keterikatan salafushalih dengan Alloh begitu erat, rasa takut mereka kepada perbuatan maksiat sangatlah kuat. Tidak heran jika mereka bisa melihat bekas perbuatan maksiat, meskipun sedikit, pada hewan tunggangan, isteri, dan anak-anak mereka. Hal ini pula yang menjadikan harta dan rezeki yang mereka terima senantiasa mendapat keberkahan dari Alloh tanpa melihat besar dan sedikitnya harta tersebut.
Kaum muslimin rahimakumullah..
Harta dan dunia dimata salafushalih bukanlah orientasi terbesar serta bukan pula puncak terakhir dari usaha mereka. Bagi mereka, yang terpenting, yang terlengkap, dan paling sempurna adalah nikmat Islam, sehat dan afiat serta kenikmatan beribadah kepada Rabbul ‘Izzah.
Harta benda bagi mereka tak lebih dari sebuah sarana, sementara tempat kembali dan terminal akhir adalah jannah ‘Adn. Maka wajar, jika respon dan harapan-harapan mereka selalu berkutat dengan akhirat. Sebab itulah puncak pencaharian dan kedudukan paling tinggi untuk mereka.
Dalam pandangan mereka harta ibarat seekor ular, yang memiliki bisa tetapi juga memiliki penawarnya. Obat penawar itulah faedahnya, sementara hal-hal yang merusak adalah racun bisanya. Maka barangsiapa yang mengerti mana faedahnya, ia akan bisa melindungi diri dari keganasannya serta mengambil kebaikannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، رَبِّ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَصَحْبِهِ الرَّافِعِيْنَ قَوَاعِدَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah…
Rasululloh sudah mewanti-wanti, agar jangan sampai dunia dan kelezatannya menjadi orientasi seorang muslim serta menjadi rutinitas kegiatan siang dan malamnya, menyibukan dirinya dari berbuat taat dan memalingkan dirinya dari ibadah. Demikian pula para salafushalih sering berwasiat untuk selalu qona’ah dengan yang sedikit tetapi halal, sebab di sanalah terdapat rasa cukup dan keberkahan.
Seperti halnya syair yang mengatakan;
Orang ingin agar semua keinginannya terkabul…Sementara
Alloh tidak menginginkan selain apa yang Dia kehendaki terjadi..
Orang mengatakan; “duhai harta dan keuntunganku”…Padahal
takwa kepada Alloh adalah sebaik-baik yang diambil keuntungannya…
Semoga Alloh selalu memberi kita rezeki yang halal, baik, dan berkah, serta berkenan menjadikan apa yang kita miliki sebagai sarana yang membantu kita untuk berbuat taat. Sebagaimana para pendahulu umat ini dalam memandang dunia dan harta, hingga tidak memalingkan mereka dari ketaatan kepada Alloh .
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.