Sebab-Sebab Lemahnya Pengagungan Terhadap Allah

images

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

 ﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ﴾

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيُ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah…..

Jika kita amati dengan seksama keadaan manusia sekarang ini kita akan merasa heran dengan jiwa-jiwa yang kering dari pengagungan terhadap Allah . Kita dapati banyak jiwa-jiwa yang jika diingatkan tentang Allah tidak tergugah, jika diberikan nasehat tidak menjadi sadar dan jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat tentang janji pahala dan ancaman siksa tidak merasa takut atau terkesan. Juga tidak sedikit di antara manusia saat ini yang melakukan beragam kemaksiatan dan kemungkaran sambil tertawa. Sebagian lagi justru bangga dengan kemungkaran yang ia lakukan. Tidak diragukan lagi ini merupakan suatu peringatan bahaya jika mereka tidak segera bertaubat, mengkoreksi dirinya dan melakukan muhasabah. Boleh jadi faktor utama yang membuat manusia sampai seperti itu ialah karena tidak adanya perasaan mengagungkan Allah  dalam hatinya dan jauh dari rasa takut kepada-Nya .

Tidak adanya pengagungan terhadap Allah dalam hati adalah sesuatu yang akan ditanya pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, hendaknya kita melakukan muhasabah dan meluruskan jiwa kita serta memperhatikan hubungan kita dengan Rabb kita .

Kaum muslimin rahimakumullah…

Boleh jadi sebab-sebab utama tidak adanya atau lemahnya rasa pengagungan terhadap Allah  adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mentadabburi al-Qur’an saat membacanya, tidak memperhatikan janji-janji gembira dan ancamannya. Perhatian orang yang membacanya hanyalah pada bagaimana mengakhiri surat yang dibacanya tanpa memperhatikan maksud diturunkannya al-Qur’an. Padahal Allah  berfirman:

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad [38]: 29)

2. Menggampangkan perintah-perintah Allah . Kita lihat banyak dari manusia yang tidak menunaikan ibadah dengan cara yang semestinya. Seandainya mereka mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan niscaya mereka akan mengagungkan perintah-perintah-Nya.

3. Sering terjatuh dalam maksiat. Ini adalah suatu musibah dan malapetaka. Ia merupakan sebab semua bencana dan musibah serta terjauhnya seorang hamba dari Allah . Ibnul Qayyim  berkata, “Dan cukuplah hukuman bagi orang yang berbuat maksiat itu adalah menjadi lemah dalam hatinya rasa pengagungan terhadap Allah  dan pengagungan terhadap larangan-larangan-Nya. Dan sebagian hukuman atas hal ini dicabutnya oleh Allah kewibawaan dirinya dalam hati-hati makhluk dan ia pun diremehkan oleh manusia sebagaimana ia meremehkan perintah-Nya.”

Bisyir bin al-Harits  berkata, “Seandainya manusia mau memikirkan tentang keagungan Allah  niscaya mereka tidak akan berani bermaksiat kepada Allah .”

Kemaksiatan yang sering dilakukan akan mengotori hati sehingga hati tersebut tidak tersentuh oleh ayat-ayat al-Qur’an. Allah  berfirman tentang hal ini:

“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu. Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya dosa-dosa yang selalu mereka kerjakan itulah yang  menutupi hati mereka.” (QS. al-Muthaffifin [83]: 13-14)

4. Ghoflah (lalai) dari dzikrullah. Tidak jarang salah seorang dari kita ketika sedang di kantor-kantor pemerintah atau di rumah sakit, duduk di ruang tunggu dalam waktu yang lama tanpa berdzikir, bertasbih atau bertakbir. Dan ini adalah suatu masalah yang harus kita terapi pada diri-diri kita. Allah  berfirman:

“Dan sebutlah (nama) Robbmu dalam jiwamu dengan merendahkan hati dan rasa takut, tanpa mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, serta janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf [7]: 205)

5. Melihat kepada apa yang diharamkan Allah. Pandangan yang haram akan melahirkan kebekuan hati (qaswatul qalb), dan hal ini tidak sejalan dengan ta’zhim (pengagungan), karena ta’zhim tidak akan muncul kecuali dari hati yang tunduk, khusyu’, dan lembut serta menghadap kepada Allah dengan sepenuhnya.

Inilah beberapa faktor yang  menyebabkan lemahnya rasa pengagungan Allah   dalam hati kita.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kaum muslimin rahimakumullah….

Oleh karena itu, tidaklah heran jika salafush shaleh adalah orang-orang yang paling mengagungkan Allah, karena mereka adalah orang-orang yang paling bersungguh-sungguh dalam mentaati Allah, paling jauh dari maksiat terhadap-Nya. Al-Qanuji berkata, “Mereka, yakni salafush shaleh, sangat mengagungkan Allah dan mensucikan-Nya dari apa-apa yang tidak layak bagi-Nya.”

Ibnu Mundih  berkata dalam kitab al-Iman, “Para hamba Allah bertingkat-tingkat dalam hal keimanannya sesuai dengan kadar pengagungan terhadap Allah dalam hati mereka dan adanya rasa pengawasan Allah baik dalam keadaan sendiri maupun di tengah keramaian.”

Kaum muslimin rahimakumullah…

Marilah kita renungi diri kita masing-masing. Apakah kita telah mengagungkan Allah atau belum? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat keadaan kita saat mengerjakan suatu perintah Allah, apakah kita mengerjakannya dengan penuh rasa harap dan takut? Ataukah perintah tersebut kita lakukan hanya karena telah menjadi adat yang kita lakukan setiap hari tanpa kita menyadari hikmah dari pelaksanaannya?

Apakah seorang wanita ketika mengenakan hijab syar’i ia mengenakannya karena itu merupakan syariat Allah ataukah karena itu merupakan suatu tradisi yang diwarisi? Demikian juga kita lihat keadaan kita ketika melakukan maksiat, apakah kita merasa seakan-akan kita berada di bawah sebuah gunung yang hampir menjatuhi kita ataukah seperti seekor lalat yang hinggap di hidung salah seorang kita lalu ditepisnya begitu saja? Demikian juga kita lihat keadaan kita saat menunaikan shalat dan berdiri untuk Rabbul ‘alamin, apakah kita merasakan keagungan Dzat yang kita hadapi sehingga kita khusyu’ dalam shalat kita ataukah kita disibukkan oleh pikiran-pikiran dan bisikan-bisikan? Apakah ketika kita menghadap seorang raja dari raja-raja dunia kita berbuat di sisinya seperti yang kita perbuat dalam shalat kita? apabila kita jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas maka kita akan tahu dengan persis apakah sebenarnya kita telah mengagungkan Allah  atau belum.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot