إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Seringkali kita mendapat perilaku baik dari teman atau saudara dan tanpa ada yang memerintahkan ataupun bahkan memaksa kita, kita akan mengucapkan terima kasih padanya baik langsung ataupun tidak atau bahkan memberikan penilaian lebih terhadap orang tersebut. Perilaku ini adalah naluri manusia yang akan muncul saat menerima kebaikan orang lain. Tapi apakah kita melakukan itu saat kita menerima nikmat Alloh ???
Pertanyaan ini mungkin sangat sederhana sekali, akan tetapi ia membutuhkan renungan kita dan memerlukan jawaban dari masing-masing kita.
Alloh telah menyatakan bahwa kita tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat-Nya. Alloh berfirman:
“Dan telah datang kepada kalian segala apa yang kalian minta, dan jika kalian menghitung nikmat Alloh, kalian tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia adalah mahluk yang dzolim lagi suka ingkar.” (QS. Ibrahim [14]: 34)
Di antara sekian banyak nikmat Alloh yang telah dianugerahkan kepada kita adalah diutusnya Rasulullah kepada seluruh umat manusia dan dijadikannya beliau sebagai penutup para nabi. Alloh utus beliau disaat kesesatan banyak tersebar dan kebodohan dimana-mana sampai pada tingkat kebobrokan baik aqidah maupun akhlak manusia. Maka dengan diutusnya Rasulullah ini, Alloh telah mengeluarkan manusia dari lembah kesesatan kepada ketinggian petunjuk dan ilmu dengan menghubungkan manusia yang rendah ini dengan Dzat yang telah menciptakan mereka yang Maha Tinggi.
Jama’ah sholat jum’at yang berahagia….
Untuk bisa lebih mensyukuri diutusnya Rasulullah kepada manusia kita perlu melihat beberapa gambaran kondisi manusia saat beliau diutus dan bagaimana beliau melakukan perubahan terhadap kondisi tadi.
Di antara gambaran masyarakat yang ada pada saat Rasululloh diutus adalah adanya beberapa penyakit yang merajalela di masyarakat, terutama penyakit ruhani. Dimana Alloh jelaskan bahwa obat bagi penyakit-penyakit yang ada itu ada pada apa yang telah Alloh turunkan melalui nabiNya Muhammad .
Alloh berfirman:
“Dan telah Kami turunkan dari al-Qur’an yang merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, (dan al-Qur’an itu) tidak menambah bagi orang-orang yang dzolim kecuali kerugian” (QS.al-Isra [17]: 82)
“Katakanlah, ‘Dia (alQur’an) adalah petunjuk dan obat…” (QS. Fusshilat [41]: 44)
Dan penyakit terparah yang ada saat itu adalah ketika jiwa-jiwa manusia saat itu bergantung kepada selain Alloh dan menyerahkan hak-hak privasi Alloh kepada sesama manusia atau bahkan kepada mahluknya yang lain yang lebih rendah. Sehingga Rasululloh pun bangkit dengan membersihkan jiwa-jiwa tadi dari kotoran syirik ini dan mengisinya dengan rasa cinta pada Alloh, rasa takut hanya padaNya, tawakkal tidak pada selainNya dan meperuntukkan seluruh peribadatan hanya padaNya. Karena hanya Dialah yang berhak untuk mendapatkan itu semua dari manusia.
Dalam mewujudkan itu semua Rasululloh bukan tanpa hambatan dan rintangan, akan tetapi ia mendapatkan berbagai cobaan dari kaumnya yang selalu berusaha untuk menggagalkan dakwah beliau dengan berbagai cara yang mereka rancang, penolakan terang-terangan, tuduhan-tuduhan dan berbagai usaha lain yang jelas-jelas ingin menghancurkan Islam dan tidak ingin tauhid tertancap dimuka bumi ini. Akan tetapi janji Alloh adalah benar bahwa kemenangan hanya untuk hamba-hambaNya yang bertaqwa dan kejayaan adalah untuk Alloh dan RasulNya dan orang-orang yang beriman.
Alloh berfirman:
“Dan kekuatan itu hanya agi Alloh dan rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, akan tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya.” (QS. Al-Munafiqun [63]: 8)
Perjuangan Rasululloh dalam menegakkan tauhid dan menyampaikan amanat dari Alloh dengan berbagai rintangannya merupakan nikmat yang sangat agung sekali. Namun sedikit dari kita yang merasa bahwa ini adalah anugerah bagi kaum muslimin yang harus disyukuri. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya kaum muslimin yang mau mempelajari tentang beliau dan ajaran-ajarannya dan disisi lain ada usaha-usaha untuk kesana hanya saja usaha itu seringkali di bubuhi dengan hal-hal yang sebenarnya tidak dituntut sama sekali untuk dilakukan.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Mensyukuri nikmat adalah sebuah keharusan, karena tanpa itu kita tidak akan pernah bisa memberikan rasa cinta ini kepada Alloh , atau kalaupun bisa tidak akan sama dengan orang yang tahu bahwa ia hidup dari seluruh pemberianNya. Dan sebagaimana yang telah kita sampaikan pada khutbah pertama bahwa salah satu nikmat yang harus kita syukuri adalah diutusnya Rasulullah sebagai penutup para nabi dan rasul. Alloh telah mengingatkan hal tersebut dalam salah satu firman-Nya:
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…” (QS. Ali-Imran [3]:103)
Alloh mengutus Rasululloh untuk mengeluarkan manusia dari kehinaan peribadatan manusia kepada sesamanya atau mahluk Alloh yang lain kepada kemuliaan pemurnian ibadat hanya kepada Alloh , mengeluarkan manusia dari kedzaliman dan kesewenang-wenangan menuju keadilan dan keamanan, mengeluarkan manusia dari tolong menolong dalam kejahatan menuju tolong menolong dalam kebaikan, dari penipuan dan pengkhianatan menuju amanat dan kejujuran, dari ketidakpatuhan kepada ketaatan atas semua perintah Alloh .
Dari sini sudah sepantasnya bagi kita semua untuk bersyukur kepada Alloh atas nikmat yang sangat agung ini.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.