Sunnah adalah wahyu Alloh Subhanahu wa Ta`ala.
Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman :
231. … dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta Ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman :
113. … dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.
Imam Asy Syafi`i rohimahulloh mengatakan :
“Alloh menyebutkan Al Kitab yang berarti Al Qur`an. Diapun menyebutkan Al Hikmah di mana aku mendengar para ahli ilmu Al Qur`an yang aku ridhoi berkata : bahwa makna hikmah adalah sunnah Rosululloh Sellewlohu `alaihi wa sallam…” (Ar Risalah : 78 – 79)
Di dalam ayat ini, Alloh Subhanahu wa Ta`ala menurunkan wahyuNya bukan hanya dalam bentuk AL Kitab, tapi juga menurunkan al hikmah yang berarti sunnah. Ini berarti bahwa sunnahpun diturunkan oleh Alloh swt sebagai wahyu.
Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman :
3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Sehingga saat Abdulloh bin `Amr bin Al `Ash diejek oleh orang – orang musyrik yang berkata : “apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang engkau dengar darinya, sedangkan Muhammad hanyalh manusia yang berbicara saat murka dan senang?”. Maka Rosululloh saw bersabda dengan tegas :
“Tulislah! Demi Rob Yang jiwaku ada di tanganNya, tidak ada yang keluar dari mulutku kecuali kebenaran”. (Hr. Abu Daud : 3646, Hakim dalam Al Mustadrok 1/104 dan beliau menshohihkannya serta disepakati oleh adz Dzahabi)
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata :
“Artinya tidaklah beliau mengatakan suatu perkataan dari hawa nafsu dan keinginannya (Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) yang berarti bahwa beliau mengucapkan apa yang beliau diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia secara sempurna dan tuntas, tanpa ditambah ataupun dikurangi”. (Tafsir Al Qur`an Al `Adzim : 1307)
Rosululloh sellewlohu alaihi wa sallam bersabda :
“Ketahuilah… Sesungguhnya aku diberikan Al Qur`an dan yang semisalnya bersama-sama”. (Hr. Abu Daud : 4604, Ahmad : 4/130, Ibnu Hibban : 11, At Tirmidzi : 2666, Ibnu Majah : 12 dan Ad Darimi : 1/144 serta dishohihkan oleh syeikh Al Albani dalam kitab Misykat Al Mashobih : 1/57 dan Ahmad Syakir terhadap hadits Imam Ahmad).
Abu Sulaiman Al Khottobi rohimahulloh berkata :
“Sabda beliau sellewllohu alaihi wasallam (Sesungguhnya aku diberikan Al Qur`an dan yang semisalnya bersama-sama) mengandung dua kemungkinan makna : pertama : maknanya bahwa beliau diberikan wahyu bathin yang tidak dibaca seperti beliau diberikan wahyu dzohir yang dibaca. Makna lain berarti bahwa beliau diberikan Al Kitab sebagai wahyu yang dibaca, serta diberikan al Bayan yang artinya beliau diberi idzin menjelaskan apa yang ada di dalam al Kitab, makna umum, makna khusus, menambahnya dan menentukan syari`at yang tidak disebutkan al Kitab. Semua itu mewajibkan hukum dan konsekwensi mengamalkannya, seperti lafadz dzohir yang dibaca”. (Ma`alaim As Sunan : 4/298)
Rosululloh sellewlohu alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya ruhul amin (Jibril `alaihissalam) telah menyampaikan ke dalam jiwaku bahwa tak ada satu jiwapun yang mati sampai disempurnakan rizkinya, maka perbaguslah oleh kalian dalam mencari rizki”. (Hr. Asy Syafi`i dalam Ar Risalah : 93, Al Hakim dalam Al Mustadrok : 2/4 dan Al Baihaqi dalam Al Jami Li Syu`ab Al Iman : 1141. Ahli tahkiknya mengatakan : Isnadnya memiliki rijal-rijal yang tsiqot)
Imam Asy Syafi` rohimahulloh berkata :
“Di antara wahyu yang disampaikan Jibril ke dalam jiwa beliau adalah sunnahnya, itulah hikmah yang disebutkan oleh Alloh”. (Ar Risalah : 103)
Kita tidak dapat pungkiri bahwa ajaran Dienul Islam adalah kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam yang bukan hanya lafaz-lafaz tanpa makna dan hakekat pelaksanaannya. Semua makna dan hakekat pelaksanaan dari kalamulloh yang diwahyukan itulah yang disampaikan dan dilaksanakan oleh Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam dengan tuntas dan sempurna. Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman :
2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Karena itu, kita melihat bahwa Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam diajarkan langsung oleh Jibril tentang berbagai makna dari lafadz-lafadz wahyu dan tata-cara pelaksanaan yang diperintahkan dan dilarang wahyu.
Jibril `alaihis salam datang kepada Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam dalam bentuk seorang laki-laki di hadapan para shohabat beliau untuk mengajarkan makna dari Al Islam, Al Iman dan Al Ihsan serta tanda-tanda kiamat. (Hr. Muslim : )
Ibnu `Abbas rodiyallohu `anhu berkata bahwa Nabi sellewlohu alaihi wa sallam bersabda :
“Jibril `alaihis salam mengimami aku dua kali di sisi Baitulloh…” (Hr. At Tirmidzi : 149, Ahmad : 1/33 dan Abu Daud : 393).
Ibnu Hazm Al Andalusi berkata ;
“Telah shohih bahwa semua kalam Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam adalah agama, tidak ada keraguan bahwa itupun wahyu dari Alloh `Azza wa jalla. Tidak ada satu ulama bahasa dan syari`ahpun yang berbeda pendapat bahwa setiap wahyu yang turun dari Alloh Subhanahu wa Ta`ala adalah dzikir yang diturunkanNya”. (Al Ihkam : 1/135)
Masih ragukah kita? Bahwa Sunnah beliau saw adalah wahyu? Masih percayakah anda dengan omongan orang-orang kotor yang sama sekali tidak kenal keimanan mereka yang mengatakan sunnah bukan wahyu? Oh… aneh… orang-orang yang sama sekali tidak menunjukkan komitmennya kepada Islam, baik secara ilmu dan amal menjadi orang-orang yang dipercayai komentarnya saat ini… Tidakkah kita berpikir? Ada Al Qur`an, Perkataan Rosululloh saw yang mulia dan perkataan para Ulama terhormat yang telah menjelaskan kepastian bahwa sunnah adalah wahyu.