TAUHID ULUHIYYAH I

Tauhid  uluhiyyah adalah mempersembahkan seluruh peribadatan hanya kepada Allah –Subhānahuwa Ta’ālā–. Dengan kata lain, adalah pengesaan Allah –Subhānahu wa Ta’ālā– dalam peribadatan. Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–menegaskan bahwa Ia mengutus para rasul kepada manusia untuk mengingatkan mereka agar beribadah kepada-Nya semata.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka beribadahlah kalian hanya kepada-Ku.”(QS. al-Anbiyaa (21): 25)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah hanya kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki mereka memberi Aku makan.” (QS. adz-Dzaariyaat (51): 56-57)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

"Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”(QS. an-Nisaa’ (4):36)

Hakikat ibadah adalah mengesakan Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–dengan segala macam bentuk penghambaan seperti do’a, shalat, shaum, qurban, nadzar, serta berbagai macam ibadah. Itulah makna ‘Laa Ilaaha Illallah’ yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–.

Kewajiban yang pertama bagi orang-orang yang ingin menganut Islam adalah mengikrarkan dua kalimah syahadat. Jadi, jelaslah bahwa Tauhid uluhiyah adalah maksud atau intisari utama dari dakwah para rasul yang diutus. Dikatakan demikian karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah”, yang artinya dzul uluhiyah(yang memiliki uluhiyah).Juga disebut  “tauhid ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketahuilah, kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, tidak bisa dibandingkan dengan apa pun juga, tetapi dari sebagian sudut mirip dengan keperluan jasad kepada makanan dan minuman. Akan tetapi di antara keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan ruhnya, ia tidak dapat bergantung kecuali kepada Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia. Ia tidak bisa mendapatkan ketenangan di dunia ini kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah, maka hal itu tidak akan berlangsung atau bertahan lama, tetapi pasti akan berpindah-pindah dari suatu subjek kepada subjek yang lainnya. Adapun Tuhannya maka Dia diperlukan setiap saat dan setiap waktu, di mana pun ia berada maka dia selalu bersamanya.” (Majmu’ Fatawa, 1/24)

Tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan dasar perlaksanaan segala amalan. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena seandainya ia tidak ada, maka akan muncullah lawannya, yaitu kesyirikan. Sedangkan Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun), dan akan mengampunkan dosa selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan sesiapa yang berbuat syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun), maka Sesungguhnya ia telah melakukan dosa Yang besar.(QS.An-Nisa’ (4): 48)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa  syirik, dan akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa  yang dikehendaki-Nya  dan siapa yang berbuat syirik, maka Sesungguhnya ia telah sesat Dengan kesesatan Yang amat jauh. (QS.An-Nisa’ (4): 116)

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi yang sebelummu : Sesungguhnya! jika engkau (dan pengikut-pengikutmu) mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan Allah) tentulah akan gugur amalmu, dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi. (QS.Az-Zumar (39): 65)

Dan tauhid ini adalah kewajiban pertama seluruh hamba. Allah berfirman:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepada-Nya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa sebaik-baiknya… (QS.Al-Isra’ (17): 23)

Katakanlah: "Marilah, supaya aku bacakan apa yang telah diharamkan oleh Tuhan kamu kepada kamu, yaitu janganlah kamu sekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; dan hendaklah (kamu) berbuat baik kepada ibu bapa… (QS.Al-An’am (6): 151

Manusia tidak boleh memalingkan sedikit pun ibadahnya kepada selain Allah, tidak kepada malaikat, kepada para Nabi dan tidak juga kepada para wali yang sholeh dan tidak kepada  siapa pun makhluk yang ada. Karena ibadah tidak sah kecuali jika untuk Allah, maka siapa yang memalingkannya kepada selain Allah dia telah berbuat syirik yang besar dan semua amalnya gugur.

            Kesimpulannya adalah seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain Allah, menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada  Allah. Tidak cukup dalam tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar dari ajaran orang-orang musyrik serta apa yang mereka lakukan seperti berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang telah mati dan semacamnya, atau minta syafa’at kepada mereka (orang-orang mati) agar Allah menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan minta pertolongan kepada mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.

             

 

 

 

 

 

 

 

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot