Pada Rabu kemarin (28/9) puluhan ribu warga Yaman melakukan aksi protes di Sana’a menentang kembalinya Presiden Ali Abdullah Saleh dari Arab Saudi, sementara suku oposisi mengatakan mereka telah menembak jatuh pesawat tempur rezim Yaman di luar ibukota dan berhasil menangkap pilotnya.
Sambil melambaikan bendera dan membuat lambang perdamaian, pengunjuk rasa menyerukan penghapusan Saleh dari kekuasaannya dengan berkumpul di alun-alun Perubahan sambil berteriak “Kematian, kematian”.
“Intinya adalah, jika kita tidak bisa hidup layak dan bermartabat, kami lebih baik mati,” kata Khalid Al-Mandi, salah seorang demonstran.
“Kami tidak menerima transaksi politik. Setelah semua pertumpahan darah, pilihan itu sudah pergi,” kata Hazim, seorang pengunjuk rasa berusia 21 tahun. “Kami berjuang untuk bertahan hidup, tetapi orang-orang Yaman adalah seperti lautan dan Anda tidak bisa melawan gelombang laut.”
Salah Sharfi, seorang mahasiswa, mengatakan ia siap untuk mati demi generasi mendatang. “Kami tidak ingin mati, tetapi jika kami harus membuat negara ini bebas, kami tidak akan ragu-ragu mati untuk itu.” Dia menyatakan bahwa dirinya telah mematikan teleponnya sehingga ibunya tidak akan tahu di mana keberadaan dia.
Diluar kota Sana’a, suku pemberontak telah menembak jatuh pesawat tempur rezim Saleh dan menangkap pilotnya di wilayah pegunungan Naham, di mana angkatan udara Yaman melakukan pengeboman terhadap suku oposisi bersenjata.
Seorang pejabat militer mengatakan pesawat Sukhoi buatan Rusia, telah jatuh ketika melakukan sebuah misi rutin.
Sumber suku mengatakan pasukannya telah menyerang pesawat-pesawat Yaman dengan senjata anti pesawat dan berhasil menahan pilot yang selamat.
Rakyat Yaman sendiri mengatakan mereka sudah muak dengan kemiskinan, korupsi dan pelanggaran hukum di negara ini di mana dua dari tiga orang warga harus bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari $ 2 per hari.
Kembalinya Saleh dari Saudi telah membuat marah rakyat Yaman yang mengira mereka telah melihat akhir dari Saleh ketika pasukan oposisi mencoba membunuhnya pada bulan Juni lalu sehingga memaksanya untuk terbang ke Arab Saudi untuk perawatan medis.
Sebelum kembali, pengunjuk rasa mencoba untuk memperluas aksi mereka di Sana’a namun terperangkap dalam pertempuran antara pasukan Saleh dan tentara yang setia pada seorang jenderal pembangkang anti Saleh. Setidaknya 100 orang, terutama pengunjuk rasa tewas dalam insiden tersebut.
Sementara kekerasan kembali marak sejak Saleh kembali, ketegangan masih tinggi dan pada akhirnya akan memberi jalan ke konfrontasi berdarah perang saudara.
(Redaksi-HASMI/Er).