Oleh: Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I.
Di zaman Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam terdapat kelompok orang yang masuk Islam pura-pura, karena takut atau karena hanya ingin menipu. Mereka disebut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai kelompok masyarakat munafiqun. Sifat-sifat dan karakter mereka banyak disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam banyak ayat-Nya, di antaranya:
1) Mereka melakukan kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan dengan nama reformasi dan kemajuan.
2) Mereka memandang sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang-orang pandir yang tidak pantas untuk dijadikan standar beragama.
3) Mereka sangat memandang sinis orang-orang yang beriman dengan konsekwen, akan tetapi loyal dengan kalangan ahlil Kitab, Yahudi atau Nasrani.
4) Mereka selalu berharap jatuhnya kesialan dan kesengsaraan di setiap kesempatan bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan bagi orang-orang kafir, mereka selalu berharap kemenangan dan kesuksesan dengan harapan mereka dapat bagiannya.
Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan tentang mereka dengan firman-Nya:
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqoroh [2]: 15-16).
Sejarah telah mencatat, bahwa sejak kemenangan dakwah Islam yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam telah memasuki semua pelosok negeri dan menghancurkan banyak kerajaan setan, para pemeluk agama setan sangat geram dan marah luar biasa. Walaupun mereka sudah tak mampu lagi untuk berbuat banyak di saat itu, akan tetapi dendam kesumat yang terpendam di dalam jiwa terus membara.
Lihatlah bagaimana usaha Abdulloh bin Saba` yang telah mampu membangkitkan kembali gerakan anak-anak penyembah api Persia menumpahkan dendamnya. Lihatlah para filosof yang memulai merintis universitas-universitas filsafat di negeri-negeri Islam untuk merebut kembali kerajaan setan Romawi mereka.
Usaha merintis dendam inipun terus berlanjut sampai mereka berhasil meruntuhkan khilafah islamiyah, rumah besar kaum Muslimin. Dr. Ali Muhammad al-Shollabi menyatakan bahwa (puncak sebelum runtuhnya khilafah) kelompok-kelompok sesat menemukan momentumnya dengan datangnya kolonialis Salibis yang telah melibas umat Islam. Mereka seperti biasanya selalu berdiri dan bergandeng tangan dengan musuh-musuh Islam. Di antara sekte-sekte menyimpang yang paling masyhur adalah Syi`ah Itsna `Asyariyah, Druz, an-Nushoiriyah, Isma`iliyyah, Ahmadiyah-Qodiyani dan sekte-sekte lainnya yang menggerogoti Islam.
Sejak itulah, sesungguhnya banyak sekali kepalsuan yang menyelimuti negeri-negeri Islam di Timur-Tengah, bahkan di seluruh pelosok dunia. Mayoritas negeri-negeri itu sebenarnya hanyalah boneka dari dua kekuatan negeri setan, Romawi (Amerika, Barat dan sekutunya) dan Persia (Iran dan sekutunya).
Suriah, adalah sebuah negara di Timur Tengah yang saat ini menjadi salah satu bukti dari kepalsuan itu. Saksi berdarah kekejaman Thogut Nushoiriyah yang berkuasa di Suriah merupakan saksi bahwa mereka bukanlah pemimpin kaum Muslimin, tetapi boneka negara setan Persia.
Berita hingga tanggal 17 April 2012 korban tewas telah mencapai 11.100-an orang lebih. (http://www.eramuslim.com/ berita/dunia/korban-tewas-di-suriah-sudah-mencapai-11-100-jiwa.htm).
Basyar al-Asad adalah thogut zaman ini yang menjadi saksi sejarah tentang dendam yang terpendam dari para anak keturunan Majusi Persia. Peristiwa pembantaian di Suria tidak dapat ditolak oleh fakta berita manapun bahwa pembantaian yang terjadi adalah pembantaian penganut agama Syi’ah kepada kaum Muslimin.
Basyar al-Asad adalah penganut Syi’ah Nushoiriyah, sebuah agama penyembah api yang telah menjadikan Ali Radhiyallahu ‘anhu sebagai Tuhan (padahal `Ali ibn Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu sangat membenci mereka dan berhasil menghukum mati sebagian penganutnya).
Iran yang merupakan negara agama Syi’ah Itsna `Asyariah mendukung seutuhnya pembantaian yang dilakukan oleh Basyar al-Asad. Karena sama saja, baik Istna ‘Asyariah maupun Nushoiriyyah tetap Syi’ah, agama syirik penyembah api yang menyimpan dendam kepada para sahabat Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam yang telah berhasil meruntuhkan setan Pesia.
Fa’tabiru.. ya.. ulil Abshor…
Musuh tetaplah musuh… Agama setan tetaplah agama setan, walau dibalut dengan berbagai aksesoris dan ajaran-ajaran berbau keislaman (bagi yang tidak mengerti manhaj Islam yang murni).
Apakah sejarah ini harus terjadi di Indonesia? Mudah-mudahan kita sadar siapa Syi’ah sebenarnya. (Admin-HASMI/ed).