Tunisia adalah sebuah Negara Islam Afrika Utara yang menghadap bagian tengah Laut Mediterranean dan berdekatan dengan Libya. 40% dari bentuk muka buminya adalah Gurun Sahara. 99% dari penduduknya adalah beragama Islam.
Selama ratusan tahun semenjak abad ke-16, Empayar Turki Othmaniah telah menguasai kawasan Afrika Utara termasuk wilayah Tunisia.
Daulah Islam ini telah sukses membina sebuah komunitas yang stabil di situ.
Sejak tahun 1547 Masehi, kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan yang sesungguhnya mulai dinikmati di Tunisia, yaitu ketika Turki Othmaniah mulai memerintah. Era keemasan ini berlanjut sehingga terjadi penaklukan oleh Perancis pada tahun 1881.
Pada awalnya, Perancis mendapati kesulitan untuk membatasi dan menghalangi protes-protes dan juga pemberontakan rakyat Tunisia yang memiliki kesadaran Islam yang kuat.
Pada akhirnya, Perancis melantik Habib Bourgiba yang dipercaya untuk memimpin kerajaan boneka itu.
Presiden Habib Bourguiba (July 25, 1957 – November 7, 1987) adalah orang yang mendapat gelar Mustafa Kamal Atarturk Tunisia. Sewaktu mudanya, Habib Bourgiba berpura-pura berjuang untuk mendapatkan popularitas dengan cara menentang pendudukan kolonialis Perancis.
Dia telah memasuki penjara selama beberapa kali, dan berakting untuk menunjukkan bahwa dirinya seorang pahlawan dengan melarikan diri dari Tunisia ke Kaherah. Sekembalinya ke Tunisia, dia mencoba untuk mempengaruhi rakyat agar memberontak menentang Perancis.
Ketika pendudukan Perancis berakhir pada 1956, dia justru menjadi wakil Perancis di negara tersebut.
Hal itu ditunjukkan dengan kebijakkan yang telah menjadikan Tunisia bergantung sepenuhnya kepada Perancis dari segi budaya, ekonomi dan politik. Malah kekayaan Tunisia turut dipindahkan ke Perancis.
Dia tidak memberikan keutamaan kepada umat Islam Tunisia, sebaliknya memberikan keutamaan tersebut kepada French Great Lodge.
Bourgiba telah memerintah Tunisia selama 31 tahun, sehingga pada 7 November 1987 dia disingkirkan oleh Perdana Menteri Zein Al-Abidine Ben Ali.
Ben Ali yang menyingkirkan Bourgiba dari tampuk kekuasaannya pada awalnya memberikan sedikit harapan kepada rakyat Tunisia. Seperti tindakannya membebaskan tahanan-tahanan politik era Habib Bourgiba.
Namun setelah sukses mengukuhkan kekuasaannya, dia tak jauh beda dengan pendahulunya, bahkan lebih berbahaya lagi.
Revolusi Jasmin
Setelah 24 tahun ditindas, kebangkitan rakyat Tunisia akhirnya mampu melucutkan kekuasaan Presiden Zein Al-Abidine Ben Ali yang cabut lari bersama keluarganya meninggalkan Tunisia.
Kisahnya bermula dengan seorang pemuda bernama Mohamad Bouazizi. Hampir diantara kita semua mengetahui kisahnya yang bermula dari perampasan gerobak dagangnya oleh pihak kemanan karena dianggap tidak memiliki izin berdagang.
Pada akhirnya, dia yang begitu kecewa dengan tindakan rejim korup itu nekad membakar dirinya di hadapan pejabat pihak berkuasa di kota kelahirannya Sidi Bousaid. Api yang membakar Bouazizi tak disangka jika kemudian dapat membakar hangus rejim Ben Ali.
Aksi nekad Bouazizi yang dilakukan setelah selesai sholat Jumaat, 17 Desember 2010 itu telah membakar semangat rakyat Tunisia. Demonstrasi besar-besaran meletus di kota Sidi Bousaid. Bara dalam sekam yang selama ini terpendam di hati warga Tunisia selama ini meledak, membakar. Lautan manusia yang berdemostrasi merebak ke seluruh kota-kota besar Tunisia seperti ibu kota Tunis, Sfak, Cartagho, Qairawan dan lain-lain.
Seluruh lapisan masyarakat turun berdemonstrasi. Bukan saja para penganggur… namun turut disertai pula oleh para intelek, profesional, politikus, dan berbagai elemen masyarakat.
Peristiwa kemarahan yang bermula dengan satu percikan yang membakar Bouazizi kini mulai mematik dan membakar amarah seluruh Tunisia sehingga rejim yang terkenal zholim dan korup pimpinan Presiden Ben Ali tidak lagi memiliki pilihan lain kecuali lari menyelamatkan diri dan keluarganya…. Pada mulanya dia pergi ke Perancis, namun setelah pemintaannya ditolak, pesakitan politik tersebut menuju ke Arab Saudi…. Sungguh memalukan!
Akhirnya, kemenangan berpihak kepada RAKYAT Tunisia. Rejim korup lagi zholim tersungkur jatuh menyembah bumi.
Kebebasan Itu
Umumnya, ramai yang tidak mengetahui bahwa dibalik Revolusi Jasmin sebenarnya terdapat peranan gerakan-gerakan Islam.
Setelah Ben Ali melarikan diri, sinar Islam mula memancarkan sinarnya. Sekurang-kurangnya selama 50 tahun Islam ditekan dan penganutnya ditindas di bumi Tunisia.
Pada hari Jumaat 21 Januari yang lalu, untuk pertama kalinya semenjak larangan mengerjakan sholat Jum’at dibuat oleh Rejim Ben Ali, warga muslim Tunisia telah dapat kembali mengerjakan sholat Jum’at.
Dalam laporan Akhbar al-Quds disampaikan, “Inilah sholat Jum’at pertama setelah 50 tahun berlalu karena kekejaman diktator itu yang melarang melakukannya”. Fenomena ini disambut dengan gembira oleh oleh seluruh kaum Muslimin.
Selain itu, untuk pertama kalinya juga suara azan berkumandang di telivisi dan masjid-masjid di Tunisia. Praktek yang selama ini dilarang di Tunisia berdasarkan alasan bahawa ucapan azan mengakibatkan pencemaran bunyi di Tunisia.
Tunisia di bawah pimpinan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali dan Presiden sebelumnya mendapat sokongan kuat dari para penguasa Barat.
Selain korup, zholim dan menyekat kebasan rakyat, mereka juga terkenal dengan tindakan bagi menyekat dan menekan gerakan Islam di negara mereka.
Para penguasa Barat ini seringkali menutup mata terhadap pelbagai penistaan dan kezholiman yang dilakukan oleh boneka mereka, yang sudah pastinya akan mengganggu kepentingan mereka di negara-negara terbabit.
Namun alhmadulillah, mulai saat ini, Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah membukakan pintu kemenangan bagi kaum Muslimin Tunisia sehingga tampaklah kebesaran-Nya tak terbendung oleh rezim-rezim yang hendak memadamkan cahaya-Nya di muka bumi ini.
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang menghalang menyebut nama-nama Alloh di dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Alloh), kecuali dengan rasa takut (kepada Alloh). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. al-Baqoroh: 114)