Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya; ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas RA, “Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu.” Ibnu Abbas berkata, “Dia benar.” Ibnu Abi Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, “Ibnu Abbas mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?”
Kata Ibnu Abbas, “Sesungguhnya wahyu itu ada dua; wahyu dari Allah dan wahyu dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW. Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya.” Lalu, Ibnu Abbas pun membaca ayat, “Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada kawan-kawannya untuk membantah kalian.” (QS. al-An’am: 121)
Dengan sangat jelas riwayat di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa setan pun menurunkan wahyu kepada manusia pilihannya. Sehingga ketika terbentuk rumusan hanya ada dua jalan hidup, “Imma syakiira wa imma kafuuro (menjadi hamba bersyukur atau hamba kufur), adalah sumber wahyu mana yang dijadikan sandaran, wahyu Alloh kah atau wahyu setan. Itu saja. Wahyu Alloh akan menghantarkan manusia menjadi hamba yang bersyukur, sedang wahyu setan akan menggiring manusia menjadi hamba yang kufur.
Maka saudaraku…, berhati-hatilah terhadap wahyu setan ini yang di akhir zaman ini akan sangat sulit bagi kita untuk membedakannya, kecuali bagi orang-orang yang dirahmati Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Wahyu setan bukanlah sebentuk kata-kata kotor, kasar, menjijikan, tak bermutu, sebagaimana yang kita bayangkan tentang setan yang hitam dan menyeramkan, namun ia sebentuk bunga-bunga yang dibungkus kain sutera, mewangi bertabur intan permata… ia bisa lahir dari orang-orang tak berstrata hingga orang-orang bergelar doktor USA… ia bisa menyihir siapa saja, bahkan ia telah menyihir dan menggerakkan roda perputaran dunia menurut kehndaknya.
Sungguh, ini bukanlah kata yang dibuat-buat. Untuk menghadirkan bukti-bukti mungkin diperlukan segudang kertas dan sekolam tinta…, dan bahkan lebih. Hanya saja, mungkin kita bisa meringkasnya dari kisah di dalam sepenggal bait syair yang telah disampaikan oleh seorang ulama kita dalam seruannya: “Teruslah Bergerak HASMI”
…
Segalanya terbalik sudah kini, dimulai dengan memberi nama terkini…
Pelanggaran susila menjadi hak asasi; banyak kesyirikan dinamakan budaya negeri;
Pemurtadan bagian dari kebebasan pribadi; Amar ma’ruf nahi munkar adalah arogansi;
Ketegasan sikap artinya atoleransi; Goyangan erotis namanya seni;
Wanita tak malu, disebut pemberani; Hak asasi hanya untuk insan, hak Tuhan ditiadakan;
Manusia dituhankan dan Tuhan dimanusiakan; Hukum Alloh ditumbangkan;
Seruling setan dialunkan; Islam pun dipalsukan;
Para penyeru kepalsuan terus membual, terus dipuja dan dikultuskan;
…
La haula wa la quwwata illa billah… Jika sudah begini keadaannya, masihkah kita merasa selamat dari wahyu setan dan enggan kembali kepada wahyu Alloh Subhanahu wa Ta'ala ?