- Nama, Kelahiran dan Sifat-sifatnya
Beliau adalah Abu Sa’id Al-Bashari Yahya bin Sa’id bin Farraukh Al-Qaththan At-Tamimi Al-Ahwal Al-Hafizh. Menurut suatu pendapat dikatakan bahwa dia adalah Maula Bani Tamim, sedangkan menurut pendapat lain dinyatakan bahwa dia tidak berstatus sebagai budak .
Kelahirannya : Adz-Dzahabi mengatakan bahwa Yahya bin Sa’id Al-Qaththan lahir pada permulaan tahun 120 Hijriyah.
Sifat-sifatnya : Ibnu Ammar Al-Hafidz berkata, “ Ketika melihat sosok penampilan Yahya Al-Qaththan, maka aku hanya mengira bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan sedikitpun. Namun, ketika dia berbicara, maka para pakar ahli fiqih terdiam mendengarkan apa yang dia bicarakan.
Ahmad bin Muhammad bin Yahya Al-Qaththan berkata, “Kakek_ku tidak pernah bergurau dan tertawa kecuali hanya tersenyum saja. Dia juga tidak pernah masuk kamar mandi kecuali memakai sandal.
- SANJUNGAN PARA ULAMA TERHADAPNYA
Bundar berkata, “ Yahya bin Sa’id Al-Qaththan adalah seorang Imam di masanya.”
Ishak bin Ibrahim Asy-Syahidi berkata, “Aku pernah melihat Yahya Al-Qaththan setelah shalat ashar bersandar di bawah menara masjidnya .
Dalam keadaan yang demikian itu, Ali bin Al-madini, Asy-Syadzkuni, Amr bin Ali, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, dan yang lainnya berdiri di sekitarnya. Mereka semua berdiri sanbil bertanya tentang hadits kepadanya hingga menjelang waktu shalat maghrib. Yahya Al-Qaththan tidak memerintahkan salah seorang diantara mereka, “Kamu duduklah,” dan merekapun tidak duduk karena memuliakan dan menghormati Yahya Al-Qaththan.
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata, “ Aku pernah mendengar ayahku berkata, “Yahya Al-Qaththan telah meriwayatkan hadits kepadaku. Sungguh, kedua mataku belum pernah melihat orang seperti dirinya.”
Dari Abdullah bin Basyr Ath-Thaliqani, ia berkata, “Aku telah mendengar imam Ahmad bin Hambal berkata, “Yahya bin Sa’id adalah manusia yang paling tsabbit. Aku belum pernah memperoleh hadits dari orang yang seperti Yahya Al-Qaththan.” Abu Uwwanah berkata, “Apabila kalian ingin mendapatkan hadits, maka pergilah kepada Yahya Al-Qaththan.” Kemudian seseorang bertanya, “Lalu bagaimana dengan Hammad bin Ziad ?” Abu Uwwanah menjawab, “Yahya bin Sa’id adalah guru kami.”
Abdurrahman bin Mahdi mengatakan bahwa suatu ketika pernah terjadi perselisihan antara Syu’bah dengan beberapa ahli hadits yang lain. Mereka berkata kepada Syu’bah, “ Mintalah seseorang menjadi hakim penengah diantara kami dan kamu!” Lalu Syu’bah membalas dengan berkata, “Kalau begitu, orang yang paling tepat menjadi hakim penengah dalam masalah ini adalah Ahwal.” (Maksud Syu’bah adalah Yahya Al-Qaththan).
Kemudian Yahya Al-Qaththan datang memberikan keputusan atas Syu’bah. Akibat keputusan itu, maka Syu’bah lalu berkata, “Siapakah yang mampu mengkritik keputusanmu wahai Ahwal…?
Muhammad bin Bundar Al- Jurjani berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnul Madini, “Menurutmu, siapakah orang yang lebih bermanfaat bagi Islam dan keluarganya…?” dia menjawab, “ Yahya bin Sa’id Al-Qaththan.
Muhammad bin Sa’ad berkata, “Yahya bin Sa’id Al-Qaththan adalah seorang yang tsiqah, dapat di percaya, mulia dan menjadi hujjah bagi manusia.
Ali bin Al-Madini berkata, “Dalam tidur aku bermimpi melihat Khalid bin Al-Harits, lalu aku bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu terima dari Rabbmu…? Dia menjawab, “Rabbku telah mengampuniku. Sesungguhnya permasalahannya sangatlah berat !” Kemudian aku bertanya lagi “Lalu bagaimana dengan Yahya bin Sa’id Al-Qaththan…?” Dia menjawab, “Aku melihat Yahya bin Sa’id Al-Qaththan sebagaimana engkau melihat bintang bersinar di langit. [] Redaksi.
..:: WALLAAHU ‘ALAM ::..