Mengerikan. Mungkin, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan akibat dakwah ditinggalkan. Tentang hal ini, Al-Qur’an dan as-Sunnah sangat keras dalam memberi peringatan. Nas-nas yang tegas, menyeruak di alam realita yang panas. Mulai dari tertimpa laknat Alloh, terancam azab, tidak dikabulkan-nya do’a, tersebarnya kerusakan dan kebinasaan secara massal, hingga orang-orang jahat menjadi penguasa, leluasa menzholimi umat.
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Israel melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 78-79)
Bani Israel itu dikutuk oleh Alloh, ka-rena tidak melarang tindakan mungkar di antara mereka. Sebagian dikutuk menjadi kera, sebagian lagi menjadi babi, sedang sisanya hidup terlunta-lunta hingga saat ini. Nama Yahudi semacam identik dengan licik, angkuh, pengecut, tak pernah menepati janji hingga semua orang benci. Banyak Ne-gara yang tidak rela negerinya ditinggali orang Yahudi, seperti Spanyol, sampai de-ngan hari ini tidak menerima eksistensi Ya-hudi.
Kisah terkutuknya mereka berawal ke-tika mereka melanggar larangan Alloh menangkap ikan di hari sabtu. Sebagian mempermainkan larangan itu dengan me-masang perangkap ikan pada jum’at sore, lalu mengambil hasilnya di hari ahad pagi. Kelompok pertama mengingatkan bahwa itu adalah pelanggaran, kelompok kedua diam. Kelompok pertama yang berdakwah diselamatkan oleh Alloh, sedang orang-orang yang bermaksiat dikutuk menjadi kera. Sedang kelompok yang diam para ulama berbeda pendapat, menurut pendapat yang kuat, mereka diazab dengan azab se-rupa. (Lihat tafsir QS. al-Baqarah: 65-66)
Kutukan ini tidak hanya khusus bagi Yahudi di masa lampau, tapi bisa menimpa kepada orang-orang yang semisal mereka dimana saja. Rosululloh sudah memberi tahu kita bahwa hukuman semacam itu bisa saja mengena umat Islam.
“Sebelum kiamat akan terjadi manusia yang dirubah bentuknya, pembenaman di bawah perut bumi dan lemparan.” (Shohih Ibnu Majah no. 3280)
Rosululloh bersabda, “Sekelompok orang dari ummatku benar-benar akan me-minum khamr, dan mereka akan menama-kan khamr dengan nama yang lain. Di atas kepala mereka akan dimainkan alat-alat musik dan penyanyi-penyanyi wanita. Alloh akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan menjadikan yang lainnya menjadi kera-kera dan babi-babi. (Hadits shohih ligairihi diriwayatkan dalam kitab at-Tarikh; Ibnu Majah no. 4020 dan ini lafadznya, Al-Baihaqi, dan lainnya).
Kutukan itu bisa sirna jika da’wah di-tegakkan, sebab da’wah adalah obat mu-jarab pencegah laknat dan azab.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman , Rosululloh bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Alloh akan mengirimkan untuk kalian hu-kuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani)
“Tidaklah suatu kaum yang di hadapan mereka ada orang yang melakukan kemak-siatan, padahal mereka lebih perkasa dari-nya dan lebih mampu (untuk mengubah-nya), namun mereka tidak mengubahnya, melainkan Alloh menimpakan azab kepada mereka karenanya.” (HR. Ahmad)
“Perumpamaan orang-orang yang men-cegah berbuat maksiat dan yang melanggar-nya adalah seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di ba-gian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas-nya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semua-nya”. (HR. Bukhari)
Kapal yang sudah bocor lalu tenggelam telah pernah dialami negeri ini. Hantaman gelombang Tsunami, semburan Lumpur Lapindo, gempa bumi di Sumatera Barat, letusan gunung berapi di Yogyakarta, banjir dimana-mana memusnahkan anak bangsa beserta harta bendanya. Kapal karam, pe-sawat hilang di lautan dan di belantara hu-tan. Semua adalah akibat kemaksiatan yang tidak segera diingatkan, akibat da’wah ter-abaikan.
“Sesungguhnya Alloh tidak akan meng-azab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemung-karan itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak me-nolaknya. Apabila mereka seperti itu, nis-caya Alloh akan mengazab orang yang me-lakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” (HR. Imam Ahmad)
“Hendaklah kalian memerintahkan ke-ma’rufan dan mencegah kemungkaran, kalau tidak, Alloh pasti akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian menguasai kalian”(HR al-Bazzar dan ath-Thabrani).
Di depan mata, kita sudah bisa menyak-sikan kerusakan besar akibat da’wah di-tinggalkan. Kebodohan tumbuh subur de-ngan dianggapnya kebathilan sebagai kebe-naran. Manusia tenggelam dalam pelang-garan hukum-hukum-Nya, sedang di waktu yang sama pelanggaran dipahami sebagai sebuah kebanggaan. Tindak kriminal bak wabah, menyebar luas lebar, tinggi dan me-ngakar. Hati hati menjadi keras lagi bebal tak mempan lagi dinasehati. Kebencian antar sesama terjadi setiap saat hampir me-nyelimuti segala sisi kehidupan. Sangat mengerikan.
Saat ini, kita semua sedang dalam si-tuasi genting sekali. Masa ini adalah masa darurat da’wah. Terabaikannya da’wah berarti kengerian akan terus saja mengaliri ruas-ruas kehidupan kita bahkan anak ke-turunan kita sepanjang hari. Kita tak bisa untuk tidak peduli.
Sebab, tidak peduli terhadap kemung-karan adalah tindak kriminal. Suatu waktu, sekelompok pemabuk dihadapkan pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk men-dapatkan hukuman. Sementara di sana juga ada seorang muslim yang duduk bersama mereka, tetapi dia tidak ikut-ikutan karena sedang berpuasa. Saat itu, polisi diperintah-kan untuk mencambuk semua orang yang ada di sana. Namun, sang polisi bertanya,
“Wahai Amirul Mukminin, si fulan ini tidak ikut minum bersama mereka; dia sedang ber–puasa.” Umar bin Abdul Aziz tegas berkata, “Cambuklah delapan puluh kali deraan, karena ia seperti orang-orang yang mabuk itu!” Me-ngapa demikian? Karena tindakan ini se-rasi dengan firman Alloh QS. an-Nisa: 140.