Banyak cara bersyukur kepada Tuhan, mulai dari berdoa, beramal, serta mengadakan ritual khusus. Sebab, berbagai rasa syukur menjadi sebuah tradisi yang ada di masyarakat Indonesia. Di Kecamatan Pusakanegara, Subang, Jawa Barat, misalnya. Pada Ahad (16/5), ratusan nelayan Patimban menggelar tradisi pesta laut.
BANDUNG, 16/2-RUWATAN. Seorang anak kecil menari di tengah acara pembukaan ‘Ngaruwat Kampung Dago’, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/2). Ngaruwat kampung Dago merupakan acara untuk melestarikan mata air yang pernah dibangun masa penjajahan Belanda dan kini dalam kondisi yang tidak terawat.
Saudara-saudaraku kaum muslimin….
Ruwatan merupakan salah satu budaya yang sangat marak di negeri ini. Ruwatan sendiri pada asalnya adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian, atas dosa/kesalahan seseorang atau masyarakat yang diperkirakan bisa berdampak kesialan di dalam hidupnya.
Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Menurut ceriteranya, orang yang manandang sukerto ini, diyakini akan menjadi mangsanya Batara Kala. Tokoh ini adalah anak Batara Guru (dalam cerita wayang) yang lahir karena nafsu yang tidak bisa dikendalikannya atas diri Dewi Uma, yang kemudian sepermanya jatuh ketengah laut, akhirnya menjelma menjadi raksasa, yang dalam tradisi pewayangan disebut “Kama salah kendang gumulung “. Ketika raksasa ini menghadap ayahnya (Batara guru) untuk meminta makan, oleh Batara guru diberitahukan agar memakan manusia yang berdosa atau sukerta. Atas dasar inilah yang kemudian dicarikan solusi, agar tak termakan Sang Batara Kala ini diperlukan ritual ruwatan. Kata Murwakala/ purwakala berasal dari kata purwa (asal muasal manusia) ,dan pada lakon ini, yang menjadi titik pandangnya adalah kesadaran: atas ketidak sempurnanya diri manusia, yang selalu terlibat dalam kesalahan serta bisa berdampak timbulnya bencana (salah kedaden)
Ritual ruwatan dimulai dengan sungkeman (salaman dengan mencium tangan) lalu dilajutkan dengan pagelaran wayang kulit dengan judul cerita Murwakala. Setelah selesai pagelaran dilajutkan dengan ritual potong rambut. Dalam ritual ini seluruh peserta satu persatu dimandikan dengan air kembang. Selanjutnya acara puncak yaitu larungan (mengantarkan persembahan ke tengah sungai).
Ruwatan merupakan satu praktek kesyirikan yang berasal dari agama Hindu atau Budha. Ritual ini sangat bertentangan dengan prinsip tauhid. Menurut Islam, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa acara ruwatan adalah acara meminta perlin-dungan kepada selain Alloh , yaitu permintaan perlindungan kepada syaithan dan Iblis, entah de-ngan nama batara guru, nyi loro kidul dan nama-nama lainnya. Kesyirikan budaya inilah yang juga telah menjadi budaya besar di zaman Jahiliyyah.
Alloh berfirman:
Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. al-Jin [72]:6)
“Dulu bangsa Arab di zaman Jahiliyyah, jika singgah di suatu lembah tertentu mereka meminta perlindungan kepada jin, tokoh batara guru yang menghuni tempat tersebut agar tidak terkena kesialan. Ketika, Jin tersebut melihat bahwa ma-nusia meminta perlindungannya karena takut, Jin itupun bertambah sombong dan lacur serta men-jadi semakin melampaui batas kepada manusia”. (aysar at Tafasir, As`ad Humad: 1/5331)
Sebuah syirik besar yang menghantarkan para pelakunya ke neraka Jahannam, kekal selama-lamanya. Na`udzu billah.
Alloh berfirman:
“Dan (ingatlah) hari di waktu Alloh menghim-punkan mereka semuanya, (dan Alloh berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkata-lah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Robb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Alloh berfirman: “Neraka itulah tempat diam kalian, sedang kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Alloh menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. al-An`am [6]:128)
Maksud Firman Alloh tentang perkataan wali-wali syethan “sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain)” memiliki 3 arti, di antara arti tersebut adalah:
1. Manusia mendapatkan kesenangan dari Jin adalah saat mereka musafir, lalu singgah di suatu lembah dan hendak menginap, seseorang di antara mereka akan berkata: aku berlindung kepada batara guru lembah ini dari keburukan penghuni lembah ini. Sedangkan jin yang mendapatkan ke-senangan dari manusia adalah saat mereka mem-banggakan dirinya di kalangan kaumnya dengan mengatakan: kami telah berhasil menguasai manusia hingga mereka meminta perlindungan kepada kami. Itulah yang diriwayatkan oleh Abu Sholih dari Ibnu Abbas , itu pula yang dikatakan oleh Muqotil dan al-Farra… (Zadut Tafsir : 4/112)
Para ulama telah berijma` (bersepakat penuh) bah-wa meminta perlindungan kepada selain Alloh adalah kesyirikan dan tidak diperbolehkan di dalam Islam.
Mula Ali Qori al Hanafi dengan tegas mengatakan: “Tidak boleh meminta perlindungan kepada Jin, karena sesungguhnya Alloh men-cerca orang-orang kafir yang telah melakukan yang demikian itu”… Kemudian beliau menyebutkan Qs. 72: 6. (Fathul Majid: 141)
Islam adalah tauhid, memerintahkan dan mem-bentuk manusia yang hanya mengabdi dan beribadah hanya kepada Alloh , tidak boleh sedikitpun mempersekutukan-Nya dengan apapun juga. Salah satu ajaran tauhid yang diajarkan Islam adalah bahwa meminta perlindungan hanya kepada Alloh .
Khoulah binti Hakim berkata bahwa Rosulu-lloh bersabda:
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, lalu berdo`a:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A`udzu bi Kalimatillahit Tammah Min Syarri ma Kholaq (Aku berlindung dengan Kalimat-kalimat Alloh Yang Sempurna dari keburukan apa saja Yang Dia ciptakan). Niscaya tidak ada satu apapun yang dapat membahayakannya sampai dia berangkat kembali dari tempat persinggahannya tersebut”. (HR. Muslim).
Tak ada yang dapat menyelamatkan kita dari segala marabahaya kecuali Alloh . Maka dengan bertauhid dan melaksanakan segala konsekwen-sinya merupakan hisn (benteng) yang amat kokoh untuk menjaga diri dan masyarakat kita semuanya dari berbagai bencana.
Sebaliknya, acara ruwatan dan yang sejenisnya justru merupakan bencara besar yang juga menjadi sebab muncul bencana-bencana lain yang akan menimpa diri dan masyarakat secara umum, karena kesyirikan adalah kedzaliman yang amat besar. Alloh berfirman yang menceritakan tentang nasehat seorang manusia bijak, Luqman kepada puteranya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada-nya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutu-kan Alloh, sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman [31]: 13)
Marilah kita jaga diri-diri kita, anak-anak kita, keluarga kita dan masyarakat kita dari berbagai budaya syirik yang akan menghantarkan manusia ke dalam neraka..!!