Adab-Adab Dalam Berbicara Dan Berkomunikasi

Adab-Adab Dalam Berbicara Dan Berkomunikasi

Berbicara merupakan karunia luar biasa yang diberikan Alloh subhanahu wata’ala kepada seluruh manusia. Berbicara bukanlah hal yang sulit. Setiap hari kita berbicara, setiap hari kita berkomunikasi. Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur lagi kita sering berbicara dan berkomunikasi. Bahkan sejak lahir kita sudah berbicara. Menangis, tertawa, teriak adalah bentuk berbicara yang telah kita lakukan sejak bayi. Ketika kita berdoa misalnya, sesungguhnya kita sedang berbicara dengan Alloh subhanahu wata’ala.

Berbicara dan berkomunikasi adalah kebutuhan setiap insan. Oleh sebab itu, bicara dan komunikasi yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman akan membawa dampak positif serta mendatangkan beragam kebaikan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Dan sebaliknya, kesalahan dalam berbicara dan berkomunikasi akan membawa dampak negatif yang sangat besar baik dalam tatanan kehidupan bernegara, bermasyarakat maupun keluarga.

Betapa banyak konflik yang terjadi antar desa, karyawan dengan atasannya karena perkataan dan tidak adanya komunikasi yang baik. Tidak sedikit problema dalam rumah tangga muncul disebabkan oleh kata-kata dan kurangnya komunikasi antar pasangan. Dan berapa banyak masalah antara anak dan orang tuanya timbul disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang baik.

Oleh karena pentingnya masalah ini, maka Islam dengan kesempurnaannya tampil untuk memberikan tuntunan dan rambu-rambu dalam melakukan aktivitas berbicara dan berkomunikasi ini, agar mampu mendatangkan banyak kebaikan baik di dunia lebih-lebih di akhirat nanti. Diantara adab-adab dalam berbicara dan berkomunikasi yang perlu kita perhatikan serta hendaknya kita mengajarkannya kepada anak-anak kita adalah sebagai berikut;


1. Merendahkan suara saat berbicara

Hukum asal dalam berbicara hendaknya dengan suara rendah tanpa meninggikan suara kecuali jika dibutuhkan. Misalnya ketika seorang khotib berkhutbah, maka pada saat ini dianjurkan untuk meninggikan suara sebagaimana Nabi  apabila berkhutbah meninggi suaranya, memerah wajahnya seakan-akan komandan yang sedang memperingatkan para prajuritnya.

Perhatikanlah firman Alloh subhanahu wata’ala ketika menceritakan kisah Luqman di saat beliau menasehati putranya,

“Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS. Luqman: 9)


2. Berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa era globalisasi ini telah banyak ikut andil dalam upaya pengrusakan jati diri dan akhlak kaum muslimin terutama para kaula mudanya.

Realita membuktikan akan kebobrokan akhlak sebagian para remaja. Hal ini tampak pada pergaulan mereka, gerak-gerik dan tutur kata mereka yang kasar dan jauh dari norma keislaman. Oleh sebab itu, tidak sedikit dari mereka yang berbicara dan berkata kasar kepada orang tua atau gurunya -na`uzubillah– padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman,

“Dan bertuturlah kepada manusia dengan perkataan yang baik.”
(QS. al-Baqorah: 83)

Dalam ayat lain, secara spesifik Alloh subhanahu wata’ala melarang berkata kasar terkhusus kepada orang tua kita,

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”
(QS. al-Isro`: 23)

3. Mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan orang lain

Mendengar perkataan lawan bicara adalah salah satu adab dalam berbicara dan berkomunikasi, apalagi yang disampaikan oleh lawan bicara adalah firman Alloh subhanahu wata’ala. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. al-`Araf: 204).

Begitu juga halnya ketika seorang guru menyampaikan hadits Nabi shollallohu’alaihi wasallam dan ilmu-ilmu Islam.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam telah mencontohkan bagaimana adab ketika kita berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain sekalipun ia orang kafir. Ketika kaum kafir Quraisy merasa terpukul dengan tersebarnya dakwah Nabi shollallohu’alaihi wasallam di Mekkah, akhirnya mereka bersepakat untuk menawarkan beberapa alternatif kepada Nabi shollallohu’alaihi wasallam agar beliau shollallohu’alaihi wasallam berhenti dari dakwahnya.

Datanglah salah seorang utusan dari mereka untuk menemui Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Nabi shollallohu’alaihi wasallam berkata, “Katakanlah, saya akan mendengarnya”. Kemudian utusan Quraisy pun mulai menyampaikan keinginannya sampai selesai, lantas Nabi shollallohu’alaihi wasallam bersabda lagi. “Sudah selesaikah anda” dia menjawab, Ya, sudah. Sekarang “Dengarkan dariku” kata Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Subhanallah, alangkahkah mulianya akhlak Nabi shollallohu’alaihi wasallam padahal kalau kita simak apa-apa yang disampaikan utusan Quraisy itu sungguh menyakitkan. Perhatikan diantara tawaran mereka, ‘jika kamu berdakwah karena kamu menginginkan jabatan dan kekayaan, kami akan berikan itu semua kepadamu atau jika kamu sudah gila, biarkan kami panggilkan dokter agar bisa mengobati penyakit gilamu’. Tapi Nabi shollallohu’alaihi wasallam tetap di atas prinsipnya tak sedikit pun bergeming.

4. Berbicara jika mengandung kebaikan

Berbicara dalam hal yang tidak mengandung manfaat atau kebaikan apalagi membawa kepada kemudhoratan bagi pembicara maupun orang lain adalah salah satu tanda berkurangnya kesempurnaan iman seseorang. Dalam hal ini Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam pernah bersabda,

“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim). 

Pada dasarnya Islam menganjurkan berkata baik, tapi jika berkata itu berakibat buruk atau  tidak jelas, maka Islam memerintahkan untuk diam saja karena itu lebih aman dan selamat.

5. Tidak berdusta dalam berbicara

Dusta adalah sikap yang sangat dibenci dalam Islam bahkan Islam menjadikannya sebagai salah satu sifat orang munafik. Berdusta tidak diperbolehkan meskipun terhadap anak kecil, tapi sangat disayangkan hal ini sering kita jumpai di realitas masyarakat kita, dimana kita melihat orang tua sering menakut-nakuti anaknya dengan sesuatu yang tidak ada atau menjanjikan sesuatu tapi tidak pernah dipenuhi. Ada juga diantara manusia yang berkata dusta dengan tujuan menertawakan orang lain. Padahal Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam telah mendoakan kecelakaan bagi orang yang berbuat demikian. Nabi shollallohu’alaihi wasallam bersabda,

Kecelakaan bagi orang yang berbicara lalu ia berdusta agar manusia tertawa karenanya, kecelakaan baginya , kecelakaan baginya.”
(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

6. Memulai dengan salam sebelum berbicara

Etika yang diajarkan Islam sebelum berbicara adalah memberikan salam kepada lawan bicara. Jika kita ingin bertemu dengan seseorang baik orang tua, guru atau teman yang seiman, maka dahulukan dengan mengucapkan salam. Bahkan Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam melarang kita menjawab orang yang memulai berbicara kepada kita tanpa memberi salam terlebih dahulu.

Qudwah kita Nabi Muhammad shollallohu’alaihi wasallam dalam haditsnya bersabda,

“Barangsiapa memulai berbicara tanpa mengucapkan salam makan jangan kalian jawab.”
(HR. Al-Baihaqi).

Demikianlah diantara adab-adab islam dalam berbicara dan berkomunikasi. Oleh karena itu sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap muslim dalam berbicara dan berkomunikasi, karena tiada hari yang kita lalui pasati kita pernah berbicara dan berkomunikasi. Semoga tulisan singkat dan sederhana ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Semoga Alloh subhanahu wata’ala meridhoi setiap kata yang kita ucapkan dan setiap huruf yang kita tuliskan.

Wallahu A`lam.


Oleh: Ust. Abu Umair, Lc.

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot