Mencintai sesama muslim merupakan bentuk keimanan kepada Alloh subhanahu wata’ala. Kecintaan sesama muslim berawal dari kecintaan kepada Alloh subhanahu wata’ala. Sebab, Alloh subhanahu wata’ala telah memerintahkan setiap hamba-Nya yang beriman untuk mencintai sesama hamba beriman. Karenanya, pahala yang disediakan pun sangat besar nan agung.
Berkaitan dengan balasan bagi hamba yang mencintai karena Alloh subhanahu wata’ala, Imam at-Tirmidzi meriwayatkan hadits shahih dalam kitab sunannya:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ.
Muadz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rosululloh bersabda bahwa Alloh subhanahu wata’ala berfirman, ‘Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang yang mati syahid.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini termasuk ke dalam hadits qudsi, karena Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menyandarkan sabdanya pada Alloh subhanahu wata’ala. Dalam hadits ini, terdapat penjelasan tentang keutamaan saling mencinta karena Alloh subhanahu wata’ala. Mencintai adalah amalan hati yang bisa mendatangkan kebaikan, mencinta bisa mempertebal keimanan dan mendatangkan pahala yang besar ketika cintanya karena Alloh subhanahu wata’ala.
Dua orang muslim yang saling mencinta karena Alloh subhanahu wata’ala, mereka akan menjalankan semua aktifitasnya berdasarkan ibadah pada Alloh subhanahu wata’ala. Saling mengunjungi karena Alloh, saling memberi karena Alloh, saling bertemu karena Alloh, saling mengajar karena Alloh dan lain sebagainya. Mereka menjadikan Alloh subhanahu wata’ala sebagai alasan aktifitas keseharian sehingga amalan yang mereka rencanakan dan mereka lakukan selalu menjadi landasan ibadah pada Alloh subhanahu wata’ala.
Di akhirat mereka akan duduk di atas mimbar-mimbar dari cahaya yang telah Alloh subhanahu wata’ala sediakan untuk mereka. Dalam hadits lain Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
الْمُتَحَابُّونَ فِي اللَّهِ عَلَى كَرَاسِيَّ مِنْ يَاقُوتٍ حَوْلَ الْعَرْشِ
“Orang-orang yang saling mencinta karena Alloh, mereka berada pada kursi-kursi Yaqut (permata) di sekitar ‘Arsy.”
(HR. ath-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Karena begitu tinggi dan indahnya cahaya yang Alloh subhanahu wata’ala berikan kepada mereka yang saling mencinta karena Alloh, maka para Nabi dan Syuhada pun mengharapkan cayaha itu. Para Nabi dan Syuhada adalah orang-orang mulia dan mendapatkan kemuliaan yang besar di sisi Alloh subhanahu wata’ala, akan tetapi ketika melihat kemuliaan orang yang saling mencinta karena Alloh subhanahu wata’ala, timbul sifat ghibtoh pada mereka yaitu sifat mengharapkan mendapat kemuliaan sebagaimana orang lain yang mendapatkannya tanpa keinginan sedikitpun hilangnya kemuliaan itu dari orang tersebut.
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pahala dan balasan yang Alloh subhanahu wata’ala berikan pada mereka yang saling mencinta karena Alloh subhanahu wata’ala. Rasa ghibtoh yang menghampiri setiap hati para Nabi dan Syuhada kepada orang-orang yang saling mencintai, sama sekali tidak menunjukan mereka lebih baik dari Nabi dan Syuhada, hal ini sebagaimana seseorang yang memiliki rumah sangat mewah, indah dan luas, merasa senang dan mengharapkan rumah kawannya yang terlihat minimalis dan tersusun rapi, walaupun pada hakekatnya kualitas dan harganya serta kemewahannya berada jauh dari rumah yang dia miliki. Sifat ini tidak tercela selama tidak diiringi sifat hasad, yaitu sifat yang menjadikan pelakunya menginginkan kenikmatan orang lain disertai hilangnya kenikmatan orang itu darinya.
Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi, Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
“Kecintaan-Ku berhak didapat oleh orang yang saling mencinta karena-Ku, saling memberi karena-Ku, dan saling mengunjungi karena-Ku. Orang-orang yang saling mencinta karena Alloh, akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, di bawah naungan ‘Arsyi ketika tidak ada naungan keculi naungan-Nya.”
(HR. Ahmad)
Sungguh Maha luas rahmat Alloh subhanahu wata’ala, ketika kecintaan-Nya diberikan kepada setiap orang yang saling mencinta karena-Nya. Ketika Alloh subhanahu wata’ala sudah mencintai hamba-Nya, ini berarti hamba itu telah selamat dari murka-Nya. Hamba itu tidak akan pernah diazab oleh Alloh yang Maha Rohman, sebab Alloh subhanahu wata’ala tidak akan mengadzab hamba yang dicinta-Nya. Kecintaan Alloh subhanahu wata’ala tidak diperoleh hanya karena pengakuan seorang hamba, oleh karena itu Yahudi dan Nasrani yang mengklaim dicintai oleh Alloh subhanahu wata’ala justru akan diazab oleh-Nya karena kekufuran keduanya.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
“Orang-orang Yahudi dan Nasroni mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Alloh dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Alloh menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian?” (Kalian bukanlah anak-anak Alloh dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kalian adalah manusia(biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya dan Alloh mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya…”
(QS. al-Maidah [05]: 18)
Pembahasan hadits ini, memberikan pelajaran yang begitu berharga kepada kita. Di antaranya:
- Saling mencintai karena Alloh subhanahu wata’ala adalah satu ibadah besar di sisi Alloh subhanahu wata’ala dan akan mendatangkan keutamaan-keutamaan besar.
- Tempat tinggi di akhirat nanti akan Alloh berikan kepada mereka yang di dunianya saling mencinta karena-Nya.
- Orang yang mencinta karena Alloh termasuk golongan orang akan mendapat naungan dari Alloh subhanahu wata’ala pada hari tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, naungan ini sangat dibutuhkan oleh setiap hamba pada waktu itu, karena matahari yang sangat panas didekatkan oleh Alloh subhanahu wata’ala di atas kepala hamba-hamba-Nya sehingga sebagian orang akan tenggelam dengan keringatnya sendiri.
- Keutamaan terbesar bagi orang yang mencinta karena Alloh akan mendapatkan kecintaan dari Alloh subhanahu wata’ala, sehingga ia akan mendapatkan surga-Nya dan terhindar dari neraka-Nya.
Wallohu a’lam…