PENODAAN TERHADAP AL QUR’AN
Oleh : Dr. Hawari, Lc., M.E.I.
Aksi-aksi pembakaran dan penodaan mushaf Al Qur’an kerap terjadi di negara Barat seperti Dermark dan Swedia. Di Swedia sendiri, aksi pembakaran Al Qur’an legal dan bukan termasuk pelanggaran. Bahkan, aksi keji tersebut diizinkan oleh pihak kepolisian. Mereka berdalih hal itu sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Mereka juga sengaja melakukan aksi keji tersebut di depan masjid atau kantor kedutaan negara-negara muslim di Barat sebagai aksi protes terhadap sumber ideologi mereka.
Akar masalah dari penodaan terhadap Al Qur’an ini sebenarnya berangkat dari Islamophobia atau gerakan anti- Islam. Gerakan ini muncul karena ketakutan yang berlebihan terhadap Islam. Barat yang terkenal metodologis, empiris dan logis tiba-tiba menjadi dungu karena ketakutan yang berlebihan terhadap Islam.
Gerakan Islamophobia sendiri awalnya dipicu oleh para pemikir Barat seperti Huntington dan Fukuyama yang memprediksikan bahwa ke depan Islam akan menjadi ancaman dan musuh bebuyutan bagi Barat. Meskipun tidak mteruji secara empirik, menurut Gottschalk dan Greenberg dalam Islamophobia: Making Muslims the Enemy,mendefinisikan bahwa Islamofobia sebagai‘kecemasan sosial’ terhadap agama Islam sekaligus budaya-budaya Muslim. Hal inilah yang kemudian diasumsikan masyarakat Barat bahwa Islam sangat mengancam mereka dari sisi budaya, prinsip kebebasan, HAM bahkan sistem demokrasi yang menjadi berhala bagi mereka.
Tidak hanya di Barat, aksi penodaan Al Qur’an juga kerap kali terjadidiIndonesia.Halinisangat miris sebab para pelakunya masih mengaku beragama Islam. Bahkan, mengklaim mengusung Islam moderat.Dinegerikitapenodaan Al-Qur’an pernah juga dilakukan oleh oknum dosen di kampus Islam karena rusaknya pemahaman Islam karena dipahami dengan metode filsafat dan liberal.
Jika kita runut secara historis, penodaan terhadap Al-Qur’an telah terjadi semenjak awal turunnya wahyu. Dalam hal ini, kaum yahudi menjadi pelopor penghinaanterhadapayat-ayatAl- Qur’an.Lidahmerekaseringkali membuat ungkapan penghinaan dari ayat-ayat al-Qur’an dengan maksud melecehkan. Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan (kepada Muhammad):
“Roo ́inaa”, tetapi katakanlah: “Unzhurnaa”, dan “dengarlah”. Danbagiorang-orangyangkafir siksaan yang pedih.” (QS. Al- Baqoroh: 104.)
Roo’ina, dalam ayat tersebut artinya sudilah kiranya engkau memperhatikan kami. Ketika para sahabat menggunakan kata-kata ini kepada Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam, orang- orang Yahudipun memakainya pula, akan tetapi mereka memutar balik ayat tersebut.
Mereka katakan ru’unah, artinya ketololan yang amat sangat. Ungkapan buruk ini sebagai ejekan terhadap Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam. Oleh karena itulah, Alloh Subhanahuwata’ala menyuruh para sahabat agar menukar perkataan roo’ina dengan unzhurna, yang juga sama artinya dengan roo’inaa.
Selain itu, Bani Isroil di zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam juga mengejek firman Alloh yang diturunkan kepada Musa ‘Alaihissalam sebagaimana ayat berikut, yang artinya: “Ingatlah, ketika Kami berfirman, “Masuklah kalian ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak yang kalian sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “Hiththah/Bebaskanlah kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kalian, dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang- orang yang berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 58)
Dalam ayat tersebut mereka diperintah untuk mengucapkan hiththoh, yang artinya bebaskanlah kami dari dosa. Namun mereka ubah menjadi hinthoh, yang artinya beri kami gandum. Mereka juga mengubah ucapan salam kepada nabi yang harusnya Assalamualaikum menjadi assaamu ‘aalaikum yang artinya kematian atas kalian.
Hakikatnya seburuk apapun penodaan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan kaum kafir dan munafik tidak akan membuat Al-Qur’an ternoda sedikitpun. Al-Qur’an tetap suci dan terjaga hingga hari kiamat meskipun banyak orang yang mencoba menodai. Namun demikian, sikap seorang muslim dalam hal ini harus membela dengan cara- cara yang cerdas dan elegan. Pembelaan terhadap Al-Qur’an merupakan bukti keimanan. Ironisnya banyak yang mengaku muslim sendiri nyinyir ketika ada orang yang membela Al-Qur’an saat dinodai. Jadi, jangan sampai dibohongi dengan statement seperti, “Ngapain Al-Qur’an harus dibela-bela, Toh yang dibakar cuma kertasnya doang. Apa bedanya dengan kertas buku bacaan lainnya? Al-Qur’an tidak perlu kita bela tetap akan suci. Percuma kita bela-bela Al- Qur’an dengan berbagai aksi.” Sebenarnya sangat lucu statemen blagu ini. Jika kertas bergambar presiden saja dibakar seorang bisa dihukum karena dikenai pasal tentang penghinaan, begitu juga jika foto orang tua dari seseorang diinjak-injak dan dibakar anak- anak level TK pun akan sontak berontak dan membela. Lantas bagaimana jika yang dibakar adalah simbol suci agama kita? Masihkah akan dikatakan, ‘Aah biarin aja…” Kita khawatir jangan-jangan virus nifak dan islamophobia diam-diam telah bersemayam dalam hati mereka. Wallohu al Musta’an.
Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0003 Rubrik Komentar Islami