Sehari setelah umat Islam merayakan hari raya ‘Idul Adha, umat Islam khususnya di Indonesia, tiba-tiba dikagetkan dengan pemberitaan media elektronik dan cetak dengan judul besar “11 Orang Terduga Teroris Dari Kelompok HASMI”. Surat kabar INDOPOS edisi Minggu 28 Oktober 2012 memberikan judul berita “Polisi: HASMI Jaringan Baru”, di waktu yang sama Warta Kota menulis “Penangkapan 11 Orang Terduga Teroris Kelompok HASMI”, sementara koran Seputar Indonesia mencetak judul “Teroris HASMI Siapkan Bom Besar”.
Sementara itu di situs berita online juga tidak sedikit dijumpai judul berita yang mengaitkan HASMI dengan 11 orang terduga terorisme. “Densus 88 Dalami Kelompok Teroris Baru Bernama HASMI” demikian laporan wartawan Tribunnews.com Adi Suhendi, http news.detik.com menulis “Polri: Bom Kelompok Teroris HASMI Berdaya Ledak Besar”, dan news.viva.co.id mewartakan “HASMI, Jaringan Terorisme Baru di Indonesia”. Masih banyak lagi media yang memberitakan HASMI dalam kaitannya dengan terorisme, apalagi di media televisi, hampir setiap saatnya tersaji dalam acara berita.
Pemberitaan-pemberitaan “Miring” dari media tersebut tentu merugikan ormas HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami) yang berkantor pusat di Jalan Raya Cimanglid Gg Purnama RT 05/01 Sukamantri Tamansari Bogor. Banyak diantara anggota dan simpatisan HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami) yang risau dengan kebenaran pemberitaan tersebut bahkan banyak dari orang tua yang menitipkan anaknya di lembaga sekolah HASMI menghubungi kantor pusat guna mengecek kebenaran berita di media. Dan yang paling naas adalah simpatisan HASMI nyaris tidak jadi menikah akibat adanya pemberitaan yang mengaitkan HASMI dengan teroris.
Wajar saja bila anggota dan simpatisan HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami) merasa ketar-ketir dengan pemberitaan media yang mengaitkan HASMI dengan tertangkapnya 11 orang terduga teroris, karena mereka mengenal betul bahwa HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami) merupakan sebuah ormas yang menempuh jalan perbaikan umat dengan jalan dakwah secara damai, bukan dengan jalan kekerasan, apalagi sampai urusan bom mengebom, boleh dibilang sangat mustahil hal ini dilakukan oleh HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami)
Laporan dari http www.gatra.com dengan judul MISTERI TEROR SEL HASMI menyatakan bahwa selama 10 tahun ini, Michdan tak pernah mendengar soal HASMI. Beberapa pemerhati terorisme yang dikontak GATRA juga belum pernah mendengar sosok HASMI dalam kaitan terorisme. “Itu belum ada dalam catatan riset saya,” kata Wildan, doktor muda periset terorisme dari UIN Yogyakarta yang alumnus Pesantren Ngruki. “Saya belum pernah dengar, Mas,” kata peneliti terorisme dari STAIN Salatiga, Zakiyuddin Baidhawi. Begitu pula komentar Noor Huda Ismail, analis terorisme yang juga alumnus Ngruki.
Untuk memberikan ketenangan kepada semua pihak terutama anggota dan simpatisan HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami), ketua DPP HASMI yang bermarkas di Bogor, Muhammad Sarbini, Senin lalu memberi klrarifikasi ke Mabes Polri bahwa organisasi mereka tak terlibat terorisme. HASMI Bogor singkatan dari Harakah Sunniyah untuk Masyarakat Islami, sedangkan HASMI Solo adalah Harakah Sunny untuk Masyarakat Indonesia. “Jadi, berbeda, tidak berkaitan,” ujar Karopenmas Mabes Polri, Brigadir Jendral Polisi Boy Rafli Amar.
Mantan Kapolda Sumatera Utara itu mengaku belum tahu secara detail soal HASMI. Kemiripan nama ini dengan HASMI di Bogor juga sempat membingungkan dia. “Saya sempat berulang kali mengecek HASMI ini. Itu kan nama yang asalnya dari mereka (terduga teroris yang ditangkap)” tuturnya. (Red-HASMI)