Nabi Muhammad adalah sosok mengagumkan hingga akhir zaman. Meskipun beliau kini sudah tidak ada di dunia ini, namun sebagian besar penduduk di muka bumi ini masih senantiasa setia dan taat dalam menjalankan ajaran yang dibawanya, yaitu ajaran Islam. Sifat-sifat yang menghiasi Nabi Muhammad adalah cerminan dari Kitabulloh, Al Quranul Karim. Maka tak salah jika Alloh mengatakan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad itu terdapat suri tauladan yang baik.
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (QS. Al Ahzab: 21)
Akhlak-akhlak Nabi Muhammad yang merupakan satu bentuk realisasi dari kemuliaan Al Quran itulah yang akhirnya membuat Nabi Muhammad menjadi orang yang paling disenangi bahkan oleh sebagian besar penduduk dunia hingga akhir hayatnya.
Beliau bersikap lemah lembut. Alloh berfirman
“Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron [3]: 159)
Menginjak usianya yang ke-20 tahun, Nabi Muhammad mendirikan Hilful-Fudul. Hilful-Fudul merupakan sebuah lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Keadaan di Mekah pada waktu itu memang sedang tidak kondusif, hal ini karena adanya perselisihan antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad mulai tampak. Melalui aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Kejujuran yang sudah kental dan melekat erat dalam jiwa Nabi Muhammad akhirnya menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Dengan kejujuran yang dimilikinya, Nabi Muhammad akhirnya mampu memperluas relasi dagangnya. Dan dengan keujurannya itulah, akhirnya Nabi Muhammad memperoleh gelar Al Amin yang artinya orang dapat dipercaya.
Nabi Muhammad selain terkenal dengan kejujurannya, beliau juga terkenal dengan memiliki sifat adil dan rasa kemanusiaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas beliau di sepanjang sejarah perjuangan Islam yang beliau tempuh hingga akhir hayat. Salah satu contoh keadilan yang dilakukan oleh Nai Muhammad dapat kita lihat dalam sejarah perbaikan Ka’bah yang rusak karena banjir. Ketika bangunan Ka’bah rusak karena banjir, penduduk Mekah-pun kemudian bergotong-royong untuk memperbaikinya. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu dari mereka kemudian berkata, “Serahkan putusan ini pada orang yang pertama memasuki pintu Shafa ini.”
Mereka semua berhenti bekerja dan menunggu orang pertama yang akan memasuki pintu Shafa tersebut. Tidak lama setelah itu, tampaklah Nabi Muhammad muncul dari sana. Melihat sosok Nabi Muhammad , mereka semua kemudian berseru, “Itu dia al-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya.”
Setibanya ditempat itu, merekapun menceritakan perselisihan yang tengah mereka hadapi. Setelah mengerti duduk perkaranya, Nabi Muhammad lalu membentangkan sorbannya di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta semua kepala suku memegang tepi sorban itu dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah Hajar Aswad telah sampai pada ketinggian yang diharapkan, Nabi Muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku tersebut dan mereka pun puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu.
Begitulah akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang baik. Sebuah akhlak yang merupakan realisasi dari kitab suci Al Quran. Maka sudah sepatutnya bagi kita selaku umat muslim untuk menjadikan beliau sebagai satu-satunya uswah dalam kehidupan kita. □
Dari Berbagai Sumber