Jalan dakwah merupakan jalan yang penuh liku, rintangan dan cobaan. Oleh karena itu perlu adanya pesona keikhlasan dan kesabaran yang tinggi dari para penitinya.
Keikhlasan dan kesabaran, dua hal yang menjadi pilar kesuksesan dakwah kemurnian. Kedua pilar ini harus terus ada, seiring dengan semangat dakwah yang ada. Keikhlasan yang tidak diiringi dengan kesabaran dipastikan akan jatuh kepada keputusasaan yang dapat mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas yang salah dalam meraih cita-citanya. Begitu juga kesabaran dalam berdakwah yang tidak diiringi dengan keikhlasan, akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia belaka. Sebab Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima amal dakwah yang dihinggapi ketidak ikhlasan. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya telah mendengar Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Aku adalah sekutu yang paling tidak butuh kepada sekutu, barangsiapa yang melakukan satu amal dimana ia membuat syirik kepada-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan perbuatan syiriknya.”
(HR. Muslim)
Ujian dalam dakwah bukan hanya sekedar cacian dan ejekan semata, tapi lebih dari itu, bahkan sampai tingkat menghilangkan nyawa sekalipun bisa terjadi dalam ujian dakwah. Ini adalah fakta, berapa banyak para sahabat Rodhiyallohu ‘anhum mengalami siksaan yang pedih disebabkan mereka memegang teguh amanah dakwah dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
Dari ‘Abdulloh bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata: “Ada tujuh orang yang pertama kali menampakkan keislaman mereka, yaitu Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Sallam, Abu Bakar, ‘Ammar, Ibunya (Sumayah), Suhaib, Bilal dan Miqdad.” Adapun Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Sallam, maka Alloh melindungi beliau dengan (perantara) pamannya Abu Tholib. Adapun Abu Bakar, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala melindungi beliau dengan perantara kaumnya. Adapun selain mereka, maka semuanya disiksa oleh orang-orang musyrik. Mereka diperlakukan tanpa rasa prikemanusiaan.
Tanpa terkecuali Bilal Rodhiyallohu ‘anhu, disebutkan bahwa Umayyah bin Kholaf menyeret Bilal keluar ketika matahari tepat berada diatas kepala. Kemudian ia menjemurnya di batha’ (saluran air sungai) yang luas berpasir dan berkerikil di negeri Mekkah). Ia (Umayyah) menyuruh agar diambilkan sebuah batu besar, lalu ditindihkan di dada bilal, seraya berkata, “Tidak, demi Alloh, engkau akan tetap dalam keadaan begini hingga engkau mati atau mengkufurkan Muhammad, lalu menyembah Latta dan ‘Uzza”. Maka ketika dalam keadaan seperti itu Bilal berkata, “Ahadun, Ahad.” Subhanalloh…
Shohabiyah Sumayah Radiyallahu ‘anha pun disiksa hingga menemui ajalnya karena ia memegang teguh ‘aqidah Tauhid’, bukan dikarenakan dirinya adalah seorang pembesar politik.
Ya… dua kisah diatas cukup menggambarkan bagi kita bagaimana dahsyatnya ujian yang diterima bagi mereka para pelaku dakwah. Lantas, apakah kita akan menyerah begitu saja?
Rasanya terlalu bodoh bila kita harus menyerah karena ujian dakwah. Selama dunia ini masih berputar, selama makhluk bumi masih berkeliaran di jagad raya, maka ujian itu tidak akan pernah berhenti. Hidup itu penuh ujian. Dimanapun kita berada, ujian pasti ada. Pelajar, mahasiswa, pengusaha sampai seorang kepala negara pun tidak luput dari ujian tanpa terkecuali dengan dakwah. Oleh karena itu, bagi yang sudah mengazamkan niatnya untuk menghabiskan sisa hidupnya dalam dunia dakwah harus faham betul tentang konsekuensi ini.
Orang-orang yang mukhlis yang mencari keridhoan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam dakwahnya, senantiasa melepaskan diri dari keuntungan dan kepentingan pribadi. Merekalah yang layak menjadi pasukan dakwah, pengemban risalah dan pewaris para nabi. Merekalah yang mau menolong dakwah sekalipun mereka tidak berharta, tidak berkedudukan dan tidak terpandang di tengah masyarakat. Merekalah yang disebutkan dalam sebuah hadits yang mulia:
“Berapa banyak orang kusut yang ditolak di ambang-ambang pintu, namun seandainya ia bersumpah atas nama Alloh, niscaya Alloh akan memenuhinya.”
(HR. Muslim)
“Sesungguhnya Alloh menolong umat ini hanya dengan orang-orang yang lemah di antara mereka yaitu dengan dakwah, sholat dan ikhlas mereka.”
(Shohihul Jami’ Ash-shoghir: no. 2388)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala pernah melarang Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Sallam untuk meninggalkan mereka dan diperintahkan untuk bersabar bersama mereka.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan bersabarlah kalian bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Robb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua mata kalian berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kalian mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. al-Kahfi [18]: 28)
Benar, sesuatu yang seringkali menimpa dakwah Robbani adalah keberadaan para penyusup yang mempergunakan dakwah itu sebagai jembatan untuk mendapatkan tujuan dan kerakusan mereka, sambil berpura-pura bertakwa, menggunakan kata-kata manis bak madu, semangat yang dibuat-buat dan sentuhan yang memikat, padahal batin mereka rusak, hati mereka penuh hawa nafsu.
Begitulah ujian dakwah, penuh rintangan dan cobaan. Akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala berjanji bagi siapapun yang istiqomah dalam meniti jalan ini, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan sesuatu yang sangat agung dan tinggi yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Akhirnya kita berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar kita senantiasa ditetapkan dalam kesabaran yang maksimal dalam menghadapi semua ujian hidup terutama dalam dakwah. Sehingga kita senantiasa istiqomah di dalam manhaj yang benar, manhaj shirōtulmustaqim, jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
(Red-HASMI)
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.