إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
“Alif, laam roo. (ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Robb mereka, (yaitu) menuju jalan Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrohim [14]: 1)
Dalam ayat ini, Alloh [swt] menyampaikan bahwa al-Qur`an diturunkan untuk manfaat sebesar-besarnya manusia dan kemanusiaan. Dengan al-Qur`an, Rosululloh berupaya mengeluarkan manusia dari berbagai bentuk dan jenis kegelepan menuju satu cahaya kehidupan. (Taisir al-Karim al-Rohman, As-Sa`di)
Saat Rosululloh [saw] hidup mengemban amanah ikhroj (pengeluaran) manusia, umat manusia saat itu sedang berapa di alam kegelapan. Menurut sejarah, Bangsa-bangsa dunia saat itu, khususnya bangsa Arab mengalami kegelapan kemanusiaan di berbagai bidang, kesyirikan paganisme, ruhani yang kosong dari keimanan dan kebaikan, pertumpahan darah antara suku dan bangsa, hubungan sex bebas dan jual-beli wanita, riba yang merajalela, penyerangan dan perampokan, miras yang menjadi budaya dan masih banyak lainnya. Walaupun sisi-sisi moralitas tabiat yang baik masih hidup di tengah-tengah mereka, seperti kedermawanan dan kemurahan hati, pemberani dan ksatria, akan tetapi dominasi kegelapan tujuan dan arah hidup serta pengabdian telah melenyapkan sisi-sisi kebaikan yang ada. (al-Siroh al-Nabawiyyah, Ash-Shollabi: 12-37)
Rosululloh [saw] mengerti benar tentang tugas mulia ini. Bahkan, syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menggambarkan bahwa setelah menerima ayat tugas ikhroj (QS. 74: 1-5) bangkitlah Rosululloh [saw] menyampaikan dakwah dan terus melakukannya selama lebih dari dua puluh tahun, tanpa sempat beristirahat maupun menikmati hidup untuk kepentingan dirinya maupun keluarganya. Bangkit dan tetap bangkit menegakan dakwah, mengemban di pundaknya beban yang amat berat dan sarat, namun beliau tidak merasa berat dan terbebani. Beban amanah yang sangat besar di muka bumi ini, tugas kemanusiaan secara keseluruhan, tugas akidah secara keseluruhan serta tugas perjuangan dan jihad di berbagai medan yang berbeda-beda. (al-Rohiq al-Makhtum: 88-89)
Begitulah jiwa mulia itu tak pernah surut untuk selalu berjuang, tidak membiarkan umat dalam kegelapan. Seruan yang selalu dideklarasikannya melalui para pejabat dan sahabatnya. Kegelapan akan terus meliputi umat manusia, kegelapan yang terus menumpuk, kegelapan yang terus pekat gulita, jika kau biarkan hal itu merajalela.
Kegelapan yang menurut para ulama meliputi:
1. Kegelapan syirik dan kekufuran.
Situs-situs wahana kesyirikan tak pernah padam, kyai slamet sang kebo bule hampir setiap tahun keluar mempertontonkan kehinaan dan rendahnya manusia, sedekah laut dan bumi tetap diekspos televisi, seonggok tanah kuburan ramai setiap hari untuk dimintai jodoh dan rezeki, para dukun dan master menakjubkan sudah bukan lagi kesyirikan yang mengerikan, bahkan berjubah oelama dan guru pengajian, aliran-aliran yang menuhankan para pendiri, wali dan imam-imam adalah suatu hak asasi manusia, walau seburuk Syi’ah yang menghina para sahabat yang mulia atau menuhankan Khomeini dan para Imam 12nya.
2. Kegelapan melanggar aturan dan hukum Alloh [swt].
Meninggalkan sholat, meminum khomr, pelacuran, membuka aurot, homoseks dan lesbianisme bejat, perjudian, miras dan narkoba, sampai kepada musik-musik seruling setan telah menjadi budaya anak-anak bangsa.
3. Kegelapan saling mendzholimi umat manusia dan alam semesta.
Peristiwa tawuran antar pelajar dan mahasiswa, pembantaian antar suku dan kampung seperti di Lampung, Sidoarjo dan lain-lain, korupsi yang memakan harta rakyat tanpa malu, penculikan anak yang dieksploitasi, dan masih banyak bentuk kezholiman yang terbiarkan. (Waqofat Tarbawiyyah, al-Julayyil: 34)
Semua ini akan terus menjadi tontonan dan tatanan bangsa dan masyarakat kita, jika kita biarkan mereka terus dalam kegelapan tanpa usaha dakwah.
Undang-undang Ilahi menggariskan bahwa turunnya siksa dan kebinasaan umat berkaitan dengan meningkatnya grafik keburukan karena minimnya para penyeru kebenaran. Ummu Hakam Zainab binti Jahsy pernah bertanya kepada Rosululloh [saw]: “Mungkinkah kita binasa, sementara di tengah-tengah kita ada orang-orang sholih?.” Beliau bersabda: ‘Ya,’ bila keburukan merajalela.” (Muttafaq `Alaih, Riyadush Sholihin: 194)
Di antara bukti tersebarnya keburukan adalah kemaksiatan yang dilakukan secara fulgar, tidak ditutup-tutupi. Bahkan ada kebanggan dalam mengerjakannya.
Oleh karenanya, Bilal bin Sa`ad mengucapkan:“Bila maksiat dilakukan tersembunyi, maka hanya akan merugikan pelakunya saja. Tapi, bila ditampakkan dan tidak dicegah, maka dapat membahayakan orang banyak.” (Baca: Kholid Abu Syadi, Shofaqot Robihah: 172)
Saudaraku! Jangan biarkan umatmu dalam kegelapan. Ingatlah sabda Rosululloh [saw] yang agung:
“Tiadalah seseorang membiarkan seorang muslim di satu tempat yang kehormatannya dilanggar dan kesuciaanya dinodai, kecuali Alloh tidak akan memperdulikannya di tempat ia sangat mengharapkan pertolongan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, Shohihul Jami` al-shogir: 5690)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH Ke-2
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْأَرْبَابِ، وَمُسَبِّبِ الْأَسْبَابِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْعَزِيْزُ الْوَهَّابُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ مَنْ قَامَ بِالدَّعْوَةِ وَالْاِحْتِسَابِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُوْلِي الْبَصَائِرِ وَالْأَلْبَابِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْمَآبِ.
Saudaraku… Jadilah kalian sebab keselamatan kapal masyarakat. Jadilah kalian takdir baik Alloh yang menolak takdir buruk Alloh. Yaitu, takdir perbaikan yang menangkal takdir kehancuran. Jadilah kalian ibarat unsur-unsur kekebalan dan anti bodi yang mengepung virus perusak, belum akan berhenti dan istirahat sampai berhasil membasminya. Sehingga, si sakit menjadi sembuh dan penyakit menjadi hilang dengan izin Alloh. Jadilah kalian bagaikan klep pengaman masyarakat; mengentaskan masyarakat dari tenggelam dalam lautan nilai-nilai kerendahan yang berarti terkubur dalam adzab Alloh, dan dari berendam di dalam kolam-kolam kemunkaran yang bersinonim dengan menceburkan diri dalam air panas neraka.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة