Jangan Marah, Niscaya Bagimu Surga
Jannah atau yang dikenal dengan surga adalah tempat penuh kenikmatan tiada tara. Istananya yang terbuat dari emas dan perak telah berdiri kokoh tanpa cela. Airnya telah mengalir di bawah taman-taman. Buah-buahnya telah matang dan siap dipetik oleh penghuninya. Alloh subhanahu wata’ala telah menyiapkan ini semua untuk orang-orang yang taat kepada-Nya.
Di antara ketaatan kepada Alloh subhanahu wata’ala adalah menahan amarah, yang racunnya menjadikan akal pikiran seorang hamba kacau tak berarah. Tangan mengepal, lisan mencela, kaki menendang, dan muka memerah. Semua ini disebabkan dari pengaruh setan yang ingin menjadikan hamba jauh dari Alloh subhanahu wata’ala Yang Maha Pemurah.
Seorang Muslim yang bisa menjaga sifat marah akan dimasukkan oleh Alloh subhanahu wata’ala ke dalam Jannah. Hal ini sebagaimana hadits dari Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam at-Thobroni dengan sanad yang shohih:
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ:لا تَغْضَبْ، وَلَكَ الْجَنَّةُ
Abu Darda rodhiyallohu’anhu bertanya, “Wahai Rosululloh tunjukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukanku ke dalam surga? Beliau bersabda, “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.”
(HR. Thobroni)
Hadits Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam di atas menunjukkan betapa agungnya balasan menahan marah. Yaitu mendapatkan surga abadi. Berkaitan dengan hal ini Imam al-Munawi rohimahulloh berkata “Dengan menahan marah seseorang akan mendapatkan kebaikan duniawi dan ukhrowi.”
Di dunia, seorang yang mampu menahan marah akan dihormati dan disegani. Sedangkan di akhirat dia akan dimasukkan ke dalam jannah. Yaitu tempat yang penuh kenikmatan berupa istana, kebun, buah, makanan, minuman dan bidadari sungguh cantik jelita. Kemudian dia pun akan dipersilahkan menimkati memandang wajah Ilahi sebagai kenikmatan tertinggi.
Surga sudah dipersiapkan untuk mereka yang bertaqwa kepada Alloh subhanahu wata’ala. Di antara sifat mereka adalah berinfak diwaktu lapang dan sempit serta senantiasa berbuat ihsan.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran: 134)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, “Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, artinya adalah seseorang menyembunyikan rasa marahnya dan memaafkan keburukan yang dilakukan mereka.”
Ada beberapa riwayat yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin yang berkenaan dengan sifat menahan marah sebagai berikut:
Pertama, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang kuat adalah mereka yang bisa menahan diri ketika marah. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah kekuatan itu diukur dengan gulat. Tetapi, kekuatan itu adalah orang yang mengendalikan jiwanya ketika marah.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Riwayat tentang manahan diri ketika marah yang Kedua, yaitu diriwayatken oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad hasan bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ الْحُورِ شَاءَ
“Siapa saja yang menahan marah sedangkan dia mampu melaksanakan amarahnya itu maka Alloh Tabaroka Wa Ta’ala akan menyerunya di hadapan para makhluk sehingga Dia mempersilahkan baginya untuk memilih bidadari manapun yang dia kehendaki.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Sifat marah adalah tabiat bagi manusia. Sifat ini tidak mungkin untuk dihilangkan, sehingga Alloh subhanahu wata’ala pun tidak memerintahkan manusia untuk menghilangkannya. Akan tetapi, Alloh subhanahu wata’ala memerintahkan manusia untuk menahannya dan tidak menampakannya di hadapan kaum muslimin yang lain. Siapa saja yang bisa melakukan hal ini maka di dijanjikan masuk ke dalam surga dengan segala kesenangan yang ada di dalamnya.
Sifat marah tidak mutlak tercela. Ada juga sifat marah yang disukai oleh Alloh subhanahu wata’ala, bahkan menjadi tali iman yang begitu kokoh. Seperti membenci seseorang karena Alloh subhanahu wata’ala, baik karena kekafirannya maupun karena kefasikan dan kebid’ahannya. Berkaitan dengan hal ini, Imam Ahmad meriwayatkan hadits dalam musnadnya dan Syekh al-Albani menilainya hadits shohih bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersada:
إِنَّ أَوْثَقَ عُرَى الإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ فِي اللهِ، وَتُبْغِضَ فِي اللَّهِ
“Sesungguhnya tali Iman yang paling kokoh adalah engkau mencintai sesuatu karena Alloh dan membencinyapun karena Alloh.”
Seseorang yang senantiasa menahan marah dari tingkah laku saudaranya, maka orang itu akan terbiasa melakukan perbuatan terpuji yang lain sebagai konsekuensi dari usahanya menahan marah yaitu lemah lembut, dekat, dan ramah. Orang seperti ini akan dimasukan ke dalam surga dan diharamkan dari neraka. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيْ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: تَحْرِمُ النَّارَ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيْبٍ
Abu Huroiroh metiwayatkan hadits bahwa Nabi bersabda, “Neraka diharamkan bagi setiap orang yang lemah lembut, ramah, mudah, dan dekat.”
(HR. Baihaqi)